Pagi yang cerah, setiap manusia memulai menjalankan rutinitasnya tak terkecuali dengan Eliza. Pagi ini, Eliza sedang bersiap membuat sebuah kue yaitu nanaimo bars. Mendengar bahwa kapten tak dapat melatihnya selama beberapa hari akibat demam tinggi, karena itu Eliza merubah jadwal latihannya dengan memasak. Ya, memasak salah satu hal paling disukai olehnya.
"Yang Mulia Ratu, jika anda ingin berlatih. Saya dengan segenap hati akan membantu anda." Ucap Cain sembari mengikuti Eliza berjalan di lorong istana menuju dapur.
Eliza menjawab, "Tidak usah, Cain. Akhir-akhir ini aku berlatih setiap hari dari pagi hingga larut petang. Ku pikir mengambil waktu bersantai tidak salah juga."
"Baiklah, Yang Mulia." Ucap Cain menanggapi dan tetap melanjutkan perjalanan mereka.
Sesampai di dapur, para juru masak dan asistennya dengan mata berbinar menyambut ratunya. Sudah cukup lama, mereka tak menyaksikan dan mencicipi masakan sang ratu semenjak ia terbaring sakit. Eliza tersenyum menanggapi sambutan mereka, ia memulai memakai apron miliknya dan meminta bantuan untuk menyiapkan bahan-bahan dan alat yang ia butuhkan.
"Yang Mulia, anda akan memasak apa?" Tanya salah satu juru masak yang turut membantu Eliza.
Eliza memandang satu per satu bahan dan alat yang telah disiapkan, "Nanaimo bars. Sekaligus aku ingin mengirimkannya untuk Kapten Luiton." Jawab Eliza menanggapi.
"Nanaimo bars?" Gumam juru masak yang bertanya terlihat bingung.
Eliza mulai memperlihatkan kemampuan tingkat atasnya dalam dunia permasakan. Tak sedikit ia mendapat decak kagum dari para pegawai serta Cain. Bagi mereka, ketika ratu memasak, ia tak melihat bahwa memasak sesuatu yang melelahkan, dengan gerakan indah setiap stepnya, sangat melekat keindahannya di mata mereka. Eliza tak merasa risih mendapat pengamatan intens dari para bawahannya. Saat ia memasak, seakan dunianya hanya ada dirinya serta peralatan tempurnya.
"Selesai."
Mata mereka terpusat pada nanaimo bars yang telah berjejer di meja.
"Terlihat enak sekali." Ucap mereka serentak.
Eliza terkekeh, "Sebentar, aku akan memisahkannya untukku hadiahkan kepada Kapten Luiton dan Ayah Mertua."
Cain mengeces melihatnya terutama saat mencium wangi almond yang khas. Eliza segera menyusun pada beberapa wadah kaca tebal.
"Silahkan kalian boleh mencobanya." Tukas Eliza setelah memisahkan. Eliza menatap Cain di ujung ruangan dan menahan tawanya.
"Cain, kemarilah dan kamu harus mencobanya." Ajak Eliza.
Cain berjalan mendekat dan memandang Eliza, "Yang Mulia, apakah saya sungguh boleh mencobanya?"
Eliza mengangguk, "Tentu. Siapapun boleh mencobanya." Jawab Eliza tersenyum.
Secarik senyum dengan mata berbinar terlukis di mata ksatria penjaganya.
"Terima kasih, Yang Mulia."
Semua orang mencicipi dan tak jarang pujian muncul dari bibir mereka untuk sang ratu. Mereka puas hingga perut mereka terasa penuh.
Keesokan harinya.
"Metty, hari ini aku ingin pergi ke taman."Ucap Eliza.
Metty mengangguk, "Baik, Yang Mulia. Akan segera saya siapkan pakaian hangat untuk anda."
"Terima kasih, Metty."
Setelah siap. Eliza mengelilingi berbagai taman berdua bersama Metty. Cain tak dapat hadir karena Leon memanggilnya untuk suatu urusan. Saat ia berjalan di sebuah taman dekat dengan istana selir, ia mendengar suara isakkan dari balik sebuah labirin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...