Di malam ketika terjadinya penyerangan. Sophia dan rombongannya berdiam santai di dalam penginapan. Seakan telinganya tuli dan matanya buta. Sophia merajut bulu mata indahnya di ranjang empuk yang bertabur bunga. Kehamilan Sophia membuat dia meminta banyak hal aneh, di mulai setiap malam harus menabur bunga di ranjangnya, mandi taburan emas setiap harinya, dan dia sangat senang mengonsumsi makanan hewan liar. Tentu, poin terakhir adalah sesuatu yang dia rahasiakan bersama para pelayannya.
Keesokan hari setelah menginap, Sophia memutuskan untuk pergi ke sebuah perkampungan yang sangat kecil yang merupakan lokasi tempat sebenarnya yang akan dia datangi. Bersama rombongan kecil, Sophia bertemu seseorang yang sudah ia nantikan.
Sesosok tubuh tegap dan tinggi beserta surainya yang khas nampak jelas pada netra Sophia. Seulas senyum cantiknya menyambut kedatangan pria yang sudah ia tunggu lamanya.
"Kak." Sophia beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri seorang pria yang telah sangat lama menyentuh hatinya.
"Halo, bagaimana kabarmu?" Tanya pria itu dengan tenang. Ia mengusap surai Sophia halus hingga nampak guratan merah di kedua pipinya.
"Aku baik. Dan kakak?" Tanya Sophia cukup pelan dengan tatapan manja padanya.
Pria itu mengecup puncuk kepala Sophia sembari mengelusnya, "Tentu, aku baik. Bagaimana dengan bayinya?"
Sophia menanggapinya dengan cepat, "Sangat baik. Dia sehat sepertimu."
Raut wajah pria itu kembali mendatar. Ucapan Sophia membuat satu degupan di dadanya.
"Sophia, jangan mengatakan hal yang sembarangan. Anak itu bukan anakku. Hargai keberadaan ayah dari bayi itu."
Sorot wajah Sophia membeku. Hatinya terasa teriris. Ia tidak ingin mendengar kalimat itu dari mulut pria di hadapannya.
"Kak, aku memang selir Leonardo tetapi aku be--"
"Berhenti, Sophia. Kita hanya melakukannya beberapa kali. Aku pastikan aku tidak lalai."
Sophia hanya terkulai lemas. Dia tidak mau berdebat dengan pria itu. Dia sangat menyayangi pria di hadapannya.
'Aku bahkan tidak melakukannya dengan pria selainmu, Kak.'
Sophia hanya tersenyum kecut dan berusaha menutupi rasa sakit di hatinya.
Pria itu meminta Sophia duduk dan berakhir dengan pertukaran informasi.
"Jadi, kamu tidak mendapatkan informasi lain yang sangat penting?" Tanya pria itu.
Sophia menggeleng, dia enggan menjawab.
Pria itu menghela nafasnya panjang. Dia menggerakan kakinya beberapa kali kemudian mengalihkan pandangannya pada Sophia.
"Aku mengerti. Kamu tidak perlu khawatir. Terima kasih, adikku." Pria itu mendekat dan mengecup Sophia lembut.
Sophia merengut, kecupan yang ia terima tidak sepadan dengan informasi yang dia berikan.
"Kak, itu sangat kurang."
Pria itu menyeringai kemudian menciumnya sangat lama. Tangan gagahnya memegang setiap bagian tubuh Sophia.
"Nn.."
"Hati-hati bayimu." Bisik pria itu.
--
Waktu bergulir begitu cepat. Tak terasa Eliza sudah cukup lama di dalam hutan bersama Kim Seok. Eliza berpindah ke beberapa hutan hingga pada akhirnya ia melihat laut. Eliza memandang laut itu takjub. Air biru dengan pasir putih yang cantik terlihat menyatu begitu serasi. Eliza menghuni sebuah gua kosong bahkan ia tidak melihat seorang pun di sekitar pantai. Sepertinya, pantai yang ia temukan adalah pantai yang belum terjamah manusia. Ya, dia bisa akui. Lokasinya cukup sulit dilalui dan sangat jauh melalui hutan.
"Ini benar-benar surga dunia." Ucap Kim takjub melihat pemandangan yang benar-benar memanjakan matanya di atas ketinggian.
"Benar, aku belum pernah melihat laut yang secantik ini." Sahut Eliza.
Wajar saja, selama ia hidup menjadi Aaron. Dia jarang menghabiskan waktu untuk berlibur. Setiap hari dia akan bergelut dengan dunia masaknya.
"Benar. Aku pun sangat sibuk membangun karir hingga lupa untuk menikmati keindahan dunia. Aku cukup menyesal. Bahkan semua yang ku bangun tak ada yang ku bawa kecuali pengetahuan dalam kepalaku dan baju yang ku pakai saat datang ke dunia ini."
"--Tapi, Eliza. Apa kamu yakin dalam waktu dekat untuk kembali ke istana?" Tanya Kim.
Eliza terlihat tenang sembari menyalakan bara api untuk memanggang ikan dari hasil tangkapan mereka berdua. Lebih tepatnya, beberapa orang di balik bayang mereka yang memburu ikan-ikan yang akan mereka bakat.
"Iya. Sudah cukup aku menghilang dan melalaikan tanggung jawabku mengurus Lucas dan beberapa urusan istana ratu." Ucap Eliza menanggapi.
"Lalu, aku harus berperan menjadi apa?" Tanya Kim. Dia belum lupa bahwa saat ini dia tidak bisa mengaku bahwa dia adalah ratu sebelumnya yang menghilang, ditambah tubuhnya saat ini tubuh aslinya yang merupakan seorang pria. Mana mungkin orang-orang akan percaya menurutnya.
"Kamu tidak perlu khawatir. Apapun yang kamu perankan. Tidak ada yang akan mengusikmu kecuali raja, ayah mertua, dan Sophia." Tanggapan Eliza sangat enteng membuat Kim jengah.
"Baik, aku menyesal menanyakan itu padamu."
Srrkkkkk
Eliza mendengar suara tipis dari balik hutan.
'Waktunya kah sekarang?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...