Semua mata tertuju kepada Panther yang semena-mena meragukan Lucas sebagai anak dari Leon. Ia masih belum yakin jika anak dari kakaknya adalah darah daging dari kakaknya sendiri. Aaron tidak terlalu ambil pusing, mau dia percaya atau tidak, tidak akan mengubah takdirnya untuk menjadi Eliza bukan(?). Di tengah-tengah atmosfer tidak mengenakan ini, munculah seorang pelayan yang tadi menemui mereka. Aaron sudah memiliki feeling bahwa ada sesuatu yang berhubungan dengannya akan segera terjadi.
"Yang mulia raja, Yang mulia ratu.. Hamba menyampaikan pesan dari pengasuh Yang mulia putra mahkota bahwa Yang mulia putra mahkota tidak dapat berhenti menangis."Papar pria tersebut.
Aaron menghela nafas, "Benarkan feelingku.. Lucas selalu saja menangis di manapun aku jauh darinya."Batinnya.
"Bawa dia kemari."Ucapan ini bukan Aaron yang mengatakan, namun Panther dengan aura mengintimidasi di sekitarnya.
Aaron melirik dari sudut matanya ke arah Panther, "Dia benar-benar meragukan Lucas.."Ucapnya dalam hati.
Selang sekian menit, datanglah Han yang sibuk memegang Lucas yang mencoba terlepas dari gendongannya dengan tangisannya yang nyaring memekakan telinga dan Metty yang membawa botol susu di tangannya. Aaron segera menghampiri mereka dan mulai mengais Lucas, "Lucas, ini mama.."Ucap Aaron menenangkan dan menepuk-nepuk pelan pantat bayi buntal dalam pangkuannya. Panther yang sedari tadi berdiri hanya memandang dari kejauhan sampai akhirnya ia mendekat ke arah mereka berdua.
"Rambut dan matanya.."Batin Panther.
"Cup.. cup.. cup.. Lucas sayang.."Aaron terus mengayun-ngayun sembari menepuk-nepuk pelan Lucas. Ia pun meminta botol susu yang dipegang Metty.
"Ma.. Ma.. Oeeee..!!"Lucas meracau mencoba menyebut mama dengan suaranya yang menyatu dengan tangisan.
"Iya sayang, ini mama.."Suara lembut Aaron membuat Lucas menurunkan suara tangisannya yang nyaring.
"Ma.. Ma.. Oee.. Ppa.. Ppa.."Aaron saat ini menjadi melongo, ini kedua kalinya Lucas mencoba memanggil papa(?).
Panther yang diam memandang dua makhluk di hadapannya terperangah mendengar bayi buntal yang mulai sedikit lebih tenang ketika mendengar bayi itu mencoba menyebut mama dan papa.
"Berapa bulan bayi ini? Bayi ini bukan cuma mengoceh tapi dia sudah bisa nada dan pola bicara?"Batin Panther.
Panther semakin dibuat penasaran dengan bayi buntal bersurai hitam dengan kedua iris mata merah ruby yang mirip dengan kakaknya.
"Iya sayang, mama dan papa ada di sini ya.."Aaron mencoba kembali menenangkan Lucas dan Lucas akhirnya mulai berhenti menangis. Lucas mulai menyedot empeng dari botol susu dengan lahap.
"Lucas anak pinter.."Aaron seketika tersenyum melihat Lucas yang saat ini asyik menyedot susu dan jari kakinya menggeliat dibalik kaos kaki bayi yang terasa oleh lengan Aaron.
Lucas mendapati matanya yang memandang Panther yang tak jauh dari mereka. Lucas tersenyum cerah secara tiba-tiba membuat pipi Panther memerah.
"Bayi ini tersenyum kepadaku?"Panther menjadi merasa gemas melihat senyuman bayi yang sedang digendong Aaron.
Robert, Rosandro, Cain, dan Leon turut menyaksikan ketiga orang di hadapannya tersebut.
"Hnghh kekekekek.."Lucas malah tertawa secara tiba-tiba sembari menatap Panther.
"Dia malah tertawa sekarang?"Batin Panther membuatnya jadi benar-benar gemas.
"Halo, dede bayi.."Sapa Panther lalu memegang tangan mungil itu dengan telunjuknya. Aura yang mengintimidasi tadi di sekelilingnya seakan redup saat ini ketika melihat bayi tersebut tersenyum dan tertawa kepadanya.
"Kyaa.. kehe kekekek.."Lucas mulai meracau senang dan membalas menggenggam jari telunjuk Panther.
Wajah Panther semakin cerah, ia merasa Lucas ingin bermain dengannya.
"Biarkan aku menggendongnya."Ucap Panther tanpa mengalihkan pandangannya dari buntalan bayi di hadapannya.
Aaron mengiyakan dan pelan-pelan mengalihkan Lucas dari pangkuannya kepada Panther. Lucas tak melakukan penolakan, tandanya ia merasa baik-baik saja dengan Panther menggendongnya.
"Namanya Lucas?"Tanya Panther.
"Benar, Pangeran."Jawab Aaron.
"Nama yang bagus.."Senyumnya sembari memegang botol susu Lucas. Lucas terus menerus menggeliat seakan ingin meminum susu sambil bermain dengan Panther.
"Lihat anakmu malah terbawa suasana dengan pamannya.."Bisik Robert kepada Leon.
Leon hanya diam memandang makhluk-makhluk di hadapannya dengan mata tajamnya.
"Mungkin, anakmu kira Panther ayahnya.."Robert mulai membuat umpan untuk menarik emosi Leon.
"... Kalian berdua kan lumayan mirip.."Imbuhnya dengan seringaian licik di wajahnya.
"Leon, apa benar dia memang anakmu?"Saat ini Rosandrolah berbisik memancing, mereka berdua saling melirik seakan mereka menyetujui untuk bekerja sama memancing Leon.
"Hm.. bisa saja bukan.."Robert terkekeh pelan.
"Bayi itu juga tahu mana yang bisa membuatnya nyaman dan tidak.."Ujar Rosandro juga ikut terkekeh.
Leon mengeluarkan siku hitam transparan di pelipisnya, dia memang seolah tak peduli dengan ocehan mereka namun dia mendengarkan dengan jelas apa ocehan mereka. Cain hanya bisa menggeleng melihat kedua sahabatnya yang sedang asyik menggoda sang raja.
"Bayi ini mirip kakak.."Gumam Panther dengan sorot mata haru karena ia sekarang sudah mengakui bahwa bayi ini memang darah daging Leon, mengingat surai hitam itu di kerajaan ini hanya mereka berdua, tak ada yang lain. Namun, ia terharu bukan karena alasan itu saja, dia terharu karena saat ini ia sudah resmi menjadi paman.
"Panggil aku paman, bayi kecil.."Batin Panther dengan senyum hangat terpatri di wajah tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...