Persiapan Perang (2)

2.1K 297 4
                                    

Author POV

Leon memanggil berbagai tokoh penting untuk persiapan peperangan melawan kerajaan Olirian. Leon mengetuk-ngetuk kursi singgasananya sembari mendengarkan berbagai pendapat dari para bawahannya yang tak jarang mereka berdebat sengit membuat telinga sang raja terasa panas.

"Melakukan peperangan dengan waktu yang tiba-tiba itu sangat riskan Yang mulia!"Seru Ronald Blynte seorang jenderal yang selalu berada di barisan depan bersama dengan ayah Cain.

"Blynte, Yang mulia sudah merencanakannya dengan matang! Ini bukan peperangan tiba-tiba!"Bantah dengan tegas oleh Nicholas Bastilion yang tak lain ayah Cain, seorang jenderal besar dan sebagai pimpinan seluruh tentara kerajaan.

"Jenderal besar, peperangan ini memang sudah direncanakan. Namun, memajukan waktu secepat ini begitu riskan!"Tandas Blynte.

"Kau salah, Blynte! Ini sudah waktu yang tepat untuk memajukan jadwal dari jadwal sebelumnya!"Seru Nicholas.

"Kau juga tahu, Jenderal besar. Saat ini kita harus mencegah kekeringan terlebih dahulu!"Balas Blynte.

"Kau juga sudah tahu! Kita sudah melakukan itu dari tiga hari yang lalu! Yang mulia sendiri yang memerintahkannya! Dan lihat! Sudah berjalan lancar bukan! Progress ini lebih cepat dari jadwal yang ditentukan dalam seminggu!"Seru Nicholas.

"Kita belum tahu hasil dari pemikiran ratu! Bisa saja ini akan gagal! Kita belum pernah menghadapi kekeringan sebelumnya!"

"Kau hanya terlalu bodoh Blynte! Kau tidak tahu ratu seperti apa dan kau takut ide ratu gagal?! Apa kau sudah lihat progress dari ide ini?!!"Nicholas semakin geram.

"Jenderal besar! Kau juga belum tahu ratu seperti apa! Lebih baik fokuskan terlebih dahulu untuk pencegahan kekeringan ini, Yang mulia raja."Blynte membuang muka dari wajah Nicholas yang sudah geram melihat rekannya begitu keras kepala.

"... Lalu, Yang mulia raja, untuk peperangan nantinya setelah selesai permasalahan kekeringan ini. Jumlah 50 ribu tentara itu terlalu sedikit."Imbuhnya.

"Ronald Blynte! Kau--"

"Penyerangan, tetap dilakukan rabu minggu depan. Rapat ditutup."Suara parau nan dingin yang mengintimidasi menghentikan debat sengit diantara mereka.

"Yang mulia, ini--"

"Blynte, apa kau meragukan kemampuanku?"Suara Leon membuat Blynte merinding. Meski usianya jauh 20 tahun lebih tua dari Leon, namun aura Leon lebih mengerikan dibandingkan jenderal besar Bastilion, bahkan raja sebelumnya.

"Yang mulia, hamba tidak dapat menandingi kemampuan anda."Blynte menunduk dan seketika berlutut di hadapan sang raja.

"Kau tidak perlu khawatir, tanpa pasukan yang banyak, kerajaan kita sudah dipastikan menang."Ujar sang raja.

"Kalian tidak tahu, betapa liciknya raja di hadapan kalian."Batin Robert.

Rapat berakhir, dalam ruangan yang besar ini, pada akhirnya diisi hanya oleh mereka berempat. Siapa lagi jika bukan sang raja dan ketiga kurcacinya.

"Leon, seperti biasa, kamu memang senang sekali melakukan hal gila."Ujar Robert dan sekarang tak sungkan untuk duduk di pinggiran kursi raja.

"Kamu memang hebat seperti biasa, rencana kali ini pun kamu seperti biasa selalu memanfaatkan hati orang."Rosandro pun duduk di sekitar tangga untuk mencapai singgasana raja.

"Aku tidak memanfaatkan hati mereka, aku hanya memanfaatkan kebodohan mereka."Jawab Leon dingin.

"Kamu juga membatalkan rencana kepergianmu dengan ratu ke desa Lyuwon."

"... Apa pendapat ratu mengenai itu, Cain?"Mata Robert teralihkan untuk menatap Cain di samping kanan raja.

"Yang mulia ratu tidak membantah."Jawab Cain.

"Ratu kita itu terlalu baik dan sabar bagi seorang Leon."Celetuk Robert, "Mungkin, dia memang pantas dengan putra mahkota kerajaan Housenburrgh."Ucapnya memancing Leon.

"Sepertinya sih begitu, laki-laki itu juga sepertinya terpikat dengan ratu. Bahkan kunjungan dia ke sini waktunya dihabiskan untuk melihat ratu bukan?"Rosandro melirik Cain.

Cain diam tak bergeming tidak mau mengikuti permainan mereka.

"Apa harus kita berikan saja ratu kita kepada Ivan?"Robert menyeringai tipis, ia memang senang sekali memancing emosi orang.

"Sepertinya."dan Rosandro juga senang sekali mengambil umpan Robert untuk lebih memancing emosi Leon.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang