Menyamar

1.9K 218 3
                                    

Sudah dua hari Aaron mengikuti Leon untuk kunjungan. Namun selama dua hari pula ia terus di dalam istana. Ia benar-benar tidak merasakan perubahan sama sekali. Jika tahu seperti ini, ia lebih baik tidak ikut. Padahal ia ingin sekali pergi ke festival yang ternyata acara tahunan menjelang musim dingin selama tujuh hari tujuh malam.

"Aku bosan." Lirih Aaron menatap pemandangan dari jendela.

Cain memerhatikan Aaron dari jarak dua meter. Karena ia takut sang ratu merasa mual jika di dekatnya meski ia tidak memakai parfum sama sekali.

"Aku tahu.."

Seketika Aaron mendapat pencerahan. Ia meminta Cain untuk pergi mengambil buah persimmon di depan istana oleh Cain karena mengidam. Awalnya Cain ragu karena dengan begitu ia harus melonggarkan pengawasannya kepada sang ratu. Namun, Aaron mengatakan ia akan menunggu Cain di ruangannya karena ia merasa sedikit lelah. Akhirnya Cain percaya dan mematuhi keinginan Aaron.

Aaron segera berlari ke kamarnya membawa beberapa alat rias dan kemudian mencari tempat jemuran di mana para pelayan menjemur pakaian mereka. Ia segera ke halaman belakang dan tak lama ia melihat di mana tempat jemuran berada. Ia melirik ke kanan dan ke kiri mengawasi bahwa tak ada seorang pun yang melihatnya. Dengan cepat ia mengambil pakaian pelayan yang masih cukup kusut dan membawanya pergi. Ia menemukan sebuah ruangan kosong yang tak terkunci dan mengganti pakaiannya. Meski ia tak pandai merias, namun ia mencoba untuk merias dirinya agar tak terlalu dikenali. Beruntung sekali sepertinya dirinya memang tak banyak dikenali orang banyak karena ia hanya tinggal di istana selama ini.

Setelah merias dan menyamar. Ia berjalan layaknya layaknya pelayan biasa. Ia berpura-pura ada sesuatu yang harus ia beli saat ia ditanya oleh penjaga gerbang belakang istana. Sang penjaga percaya saja karena mereka berpikir bahwa memang Aaron adalah pelayan.

"Akhirnya.." Aaron terlihat senang setelah lolos dari gerbang belakang istana. Ia mulai berjalan menuju pusat kota yang tak terlalu jauh, ia hanya butuh menuruni bukit.

"Festival, I am coming." Ucapnya semangat.

Perlahan ia melihat tempat yang sudah ramai diisi para warga yang sedang menikmati festival di waktu sore menjelang malam. Ia masih memiliki beberapa jam karena Leon memiliki kegiatan sampai tengah malam. Namun ia tak memikirkan apa impact dari rencananya ini.

Aaron sudah dapat melihat banyak sekali stand makanan yang berjejeran. Ia juga melihat beberapa panggung yang sedang melakukan perlombaan. Dirinya mulai menjajali satu per satu stand makanan yang menurutnya menarik.

"Ini benar-benar enak!" Ia begitu semangat melahap setiap makanan yang ia beli dan duduk di pinggiran kolam mancur.

"Selanjutnya kita segera ke acara puncak. Apalagi jika bukan kompetisi menari!" Seru seorang pembawa acara.

Riuh tepuk tangan membuat Aaron melirik ke sebuah panggung yang paling besar dari semua panggung yang ada. Para warga sudah mulai berbondong-bondong mengerumuni sisi panggung. Aaron pun merasa penasaran setelah banyak orang sudah memenuhi sebagian besar sisi panggung. Ia pun ikut mengerumuni dan menyaksikan acara seperti apa yang membuat mereka begitu antusias menyaksikan.

Di lain tempat, Cain sudah memetik apa yang Aaron pinta dan membawanya menuju ruangan Aaron setelah mencuci bersih buah persimmon yang ia bawa.

"Kapten, sedang menunggu siapa?" Tanya seorang pelayan.

"Yang mulia ratu ada di dalam bukan? Bisakah kamu mengatakan kepada Yang mulia bahwa aku membawa buah persimmon seperti yang Yang mulia minta."

Seorang pelayan itu terlihat bingung, "Saya belum lama mengisi air hangat untuk Yang mulia, namun saya tidak melihat Yang mulia ratu di dalam."

Cain terkejut, "Kamu serius? Bisakah mengecek ruangannya?"

"Maaf, Kapten. Tapi sebagai pelayan, kami tidak diperbolehkan masuk tanpa maksud." Jawab seorang pelayan itu menunduk.

"Tapi ini tentang Yang mulia ratu. Bagaimana jika Yang mulia pingsan di ruangannya sehingga kamu tidak melihatnya sama sekali?" Ucap Cain tegas.

"Tapi, Kapten. Saya tidak sendiri, saya bersama Lisa dan Aparel untuk menutup tirai dan merapihkan kembali ruangan Yang mulia raja dan Yang mulia ratu. Jika Yang mulia ratu pingsan, kami pasti melihatnya di dalam."

Cain segera berlari mengecek satu per satu ruangan di dalam istana. Namun, ia tidak mendapati ratu di dalam istana.

"Tidak mungkin dia menuju ruang rapat Leon." Gumamnya. Namun ia tetap pergi mencoba mengecek ruang rapat yang Leon gunakan.

"Kapten.." Sapa seorang ksatria yang memang sedang berjaga.

"Carllen.."

"Ada apa, Kapten? Apa Kapten ada perlu dengan Yang mulia raja? Tapi, Yang mulia raja belum selesai dengan agendanya." Terang Carllen.

Cain menggeleng, "Bukan. Apa kamu melihat Yang mulia ratu kemari?"

Carllen mengernyitkan alis, "Yang mulia ratu? Saya berjaga sedari tadi tidak melihat Yang mulia ratu datang kemari, Kapten. Bukankah Yang mulia ratu dalam penjagaan anda, Kapten?"

Cain merasakan jantungnya semakin berdegup kencang, "Karena itu. Yang mulia ratu menginginkan buah persimmon, jadi aku ke depan istana untuk memetiknya. Tapi, Yang mulia tidak ada di manapun saat ini." Jelasnya.

Carllen terbelalak, "Anda sungguh tidak menemukan Yang mulia ratu?"

Cain mengangguk pasrah, "Yang mulia ratu tidak pernah pergi kemana pun tanpa mengatakan apapun. Ia tadi mengatakan bahwa ia ingin pergi ke ruangannya karena ia merasa sedikit lelah."

Cain mengusap rambutnya kasar, "Aku benar-benar tidak becus."

"Kapten, mungkin Yang mulia sedang berjalan-jalan." Tukas Carllen.

"Ya ku berharap seperti itu. Ya sudah, aku akan pergi mencarinya lagi. Jika rapatnya sudah selesai, beritahu Yang mulia raja." Ucap Cain lalu pergi.

Cain mencari ke setiap tempat, mulai dari halaman belakang, taman, tempat pacuan, tempat latihan, halaman depan, dan berbagai tempat lainnya.

"Yang mulia, anda di mana?" Lirihnya.

Sekitar pukul tujuh malam, Leon menghentikan rapatnya untuk makan malam. Leon makan di ruangan terpisah dengan para pejabat prefektur setempat yang memang mengikuti rapat kali ini.

"Salam hormat Yang mulia raja." Carllen memberikan salamnya kepada Leon.

"Hn."

Carllen menemani Leon menuju ruangan makan, "Yang mulia. Kapten Bastilion memberikan pesan bahwa beliau kehilangan jejak Yang mulia ratu."

Leon seketika menatap Carllen, "Kehilangan jejak ratu?"

"Benar, Yang mulia. Kapten Bastilion kehilangan jejak ratu setelah ia menjalankan permintaan Yang mulia ratu untuk mengambil buah persimmon. Kapten mengatakan bahwa Yang mulia ratu merasa sedikit lelah sehingga Yang mulia ratu pergi ke ruangannya. Namun saat Kapten akan kembali, Yang mulia tidak ada." Jelas Carllen.

Leon mengepal erat tangannya, "Tunda rapat dan siapkan kuda."

"... Dan panggil Cain untuk menghadapku." Ucap Leon tegas.

Carllen sedikit membungkuk, "Baik, Yang mulia."

Leon segera menuju ke pintu depan istana. Makan malamnya ia tunda dan memilih mencari Aaron.

"Kamu memang harus diberi hukuman."

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang