"Kemana kau membawa pengawal dan pelayanku?!!" Eliza berterik tepat di hadapan Ivan. Pria itu hanya terlihat bersantai ria di sofa sembari menikmati segelas champagne.
"Ivan anjing! Katakan mana mereka?!!!" Eliza yang sudah tersulut emosi menarik kerah pria itu hingga alkohol di gelasnya tumpah.
"Bisa kah kau lebih sabar sayang untuk menunggu nanti malam?" Ucapnya menyeringai lalu meminum sisa minuman di gelasnya.
Eliza meludah tepat di wajah Ivan, "Aku tak akan membiarkanmu jika kau menyakiti mereka." Ucapnya penuh dengan penekanan.
Ivan menatap Eliza tajam, senyum liciknya berbalik menjadi wajah kecut dan masam.
"Kau berani meludahku? E-li-za?"
"Kau pikir aku tak berani?! Dasar bajingan!" Seru Eliza tak kalah.
"Tunjukkan di mana merek berada!" Imbuhnya menahan diri agar tak melukai.
Ivan menata lagi emosinya yang hendak memuncak lalu tanpa merasa bersalah dia membawa Eliza ke sebuh penjara bawah tanah.
Eliza menatap nanar melihat pelayan dan penjaganya dikurung di penjara bawah tanah dengan tangan dan kakinya terikat kencang dengan rantai besi.
"Apa yang kau lakukan, Ivan?" Eliza geram melihat orangnya diperlakukan selayaknya hewan ternak bahkan lebih buruk dari sebatas ikatan leher anjing.
"Kau yang memintaku untuk mengajakmu menemui mereka." Sahut Ivan dengan santainya.
Eliza mendekat ke arah penjara dan menatapnya naas. Bagaimana bisa orang-orangnya merasakan penderitaan ini dari pemikirannya. Jika saja Eliza tak membawa mereka. Mereka tak perlu merasakan penyiksaan seperti ini.
"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" Metty mendekat lalu tangannya dipegang oleh Eliza.
"Aku baik-baik saja. Apa kamu baik-baik saja?" Eliza tahu mereka pasti tidak baik-baik saja. Matanya berkaca-kaca melihat kedua orang itu terlihat kesulitan akibat rantai yang mengikat mereka.
Ketika Eliza memandang Cain, dia lebih naas dengan beberapa luka di tubuhnya.
"Cain, siapa yang melukaimu?" Tanya Eliza mengamati luka-luka Cain yang terbuka. Masih ada beberapa luka yang basah hingga membasahi bajunya.
"Yang Mulia, Anda tidak perlu khawatir. Saya baik-baik saja. Saya senang Yang Mulia tidak terluka sedikit pun. Maafkan saya tidak dapat menjaga Yang Mulia dengan baik." Jawaban Cain membuat Eliza semakin bersalah.
Eliza berkali-kali meminta maaf pada mereka karenanya mereka terluka seperti ini.
Eliza menatap sendu pengawal dan pelayannya. Dia harus kuat dan membebaskan mereka dari sini.
"Ivan, kemana para ksatriaku yang datang bersamaku?" Tanya Eliza pada lelaki itu yang sedang bersender di dinding berlumut.
"Entahlah, mungkin mereka... mati?" Ucapnya enteng membuat Eliza memekik tajam.
"Ivan, entah butuh berapa lama, satu tahun bahkan seribu tahun lamanya. Aku akan membalas semua perlakuanmu pada kami."
Ivan malah terkekeh, "Aku takut~ Jangan bunuh aku Yang Mulia."
--
"Sanders, apakah kapal Yang Mulia Ratu sudah terlihat?" Tanya seorang kapten mendatangi seorang prajurit penjaga perbatasan Moonnarighh.
"Siap kapten! Kapal Yang Mulia Ratu belum terlihat!" Seru Sanders tegas.
"Apa kau yakin? Ini jadwal kepulangan Yang Mulia ke Moonnariggh." Ucap sang kapten bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...