Mengabulkannya

2.2K 230 7
                                    

Aaron POV

"Apa yang semalam ku lakukan?"

Aku membatin sepulang dari tempat Leon ditemani Cain selama perjalanan dan langsung tidur setelah sampai.

Aku mengacak-acak rambutku ketika teringat semalam karena semalam aku tiba-tiba sedih, menangis, meracau, bahkan begitu tidak sopan di hadapan Leon.

"Yang mulia, Yang mulia raja datang berkunjung."

Aku terbelalak, ini masih jam setengah enam pagi. Bahkan aku sendiri belum ada niat bangkit dari kasurku.

"Gimana ini? Aku takut bertemu Leon."

Tak lama, ku lihat sosok pria jangkung dan besar sudah ada di ambang pintu. Ia mengusir seorang pelayan yang menyampaikan pesan kedatangannya.

Aku menunduk, sumpah aku takut. Aku takut bagaimana kalau Leon marah karena sikapku semalam? Aku berdoa dalam hati semoga apa yang ku pikirkan tidak terjadi.

"Aaron.."

Dia duduk di sisi ranjang, "Kamu baik-baik saja?" Tiba-tiba saja suaranya melembut.

Aku mengangguk, "Ya."

"Kamu harus memperhatikan dirimu, karena saat ini kamu sedang mengandung anakku meski kamu tidak menginginkannya. Aku juga sudah menyuruh orang-orang yang tahu kehamilanmu untuk menutup mulut mereka demi kebaikanmu. Ku harap kamu juga jangan memberitahu orang lain jika kamu hamil." Tandasnya.

"Aku bukan tak menginginkannya, aku hanya terkejut. Kamu dengarkan apa yang Pangeran bilang dan ku iyakan. Suasana hatiku mudah berubah meski hanya hal kecil. Lagian, aku juga tak berniat menyebarkannya demi kebaikanku dan bayi di dalam perutku." Ketusku.

"Duh kenapa sih aku jadi sensi padahal tadi aku takut."

"Baguslah. Lalu, apa yang kamu mau? Ku rasa ini pertama kalinya kamu merasakan hamil?

Aku menjawab sinis, "Tentu! Aku itu laki-laki. Sejak kapan laki-laki akan merasakan hamil." Aku merengut.

"Ya tapi kamu sekarang ada di tubuh Eliza. Jadi, tubuhmu sepenuhnya perempuan. Terima saja." Tukasnya.

"Huh.. Harusnya kamu juga tahu kalau kamu semestinya tidak melakukan itu. Kalau sudah begini bagaimana? Lucas juga jadi tidak nafsu untuk meminum asiku dan bagaimana jika dia jadi kurus kekuragan gizi? Aku jadi tidak becus jadi ibu yang baik buat dia." Tiba-tiba saja mataku berkaca-kaca.

"Hn. Aku harus bagaimana ketika aku tidak dapat menahan gairahku ketika mendengarkanmu mendesah dan menampilkan wajah yang menggoda."

Aku membuang muka karena malu, "I-itu karena aku mabuk. Dan itu juga pertama kalinya aku meminum minuman beralkohol."

"Kamu sungguh belum pernah meminumnya?" Tanya Leon.

"Iya. Aku dilarang meminum minuman beralkohol. Jadi aku tidak pernah meminumnya. Saat belajar studi memasak di Prancis pun aku menghindari menu yang menggunakannya." Tandasku.

"Aku mengerti. Karena itu, kamu dilarang meminumnya ketika bersama orang lain. Kamu boleh meminumnya ketika kamu bersamaku." Tukas Leon.

"Huh.. Aku tidak akan meminumnya meski di hadapanmu. Aku tidak mau ada Lucas ketiga keempat kelima bahkan keenam dalam waktu dekat."

"Ratu itu memang tugasnya mengandung dan melahirkan seorang calon penerus kerajaan."

Aku merengut, "Kamu masih punya Selir Sophia. Jadi lakukanlah dengannya."

Leon mengernyit, "Kenapa kamu dari semalam terus mengatakan itu?"

Aku melirik Leon, "Kamu mencintainya kan makanya kamu mengangkatnya menjadi selir? Jadi, lakukanlah dengan orang yang kamu cintai. Itu pasti membuatmu bahagia bukan? Memiliki anak dengan orang yang kamu cintai."

Leon menghela nafasnya berat, "Sudah. Tidak usah bahas lagi masalah itu. Sekarang, kamu menginginkan sesuatu? Seperti mengidam?" Tanya Leon mengalihkan topik.

"Aku ingin pergi ke ibu kota. Aku ingin belanja baju Lucas. Dulu kamu melarangku saat aku ingin pergi jalan-jalan ke luar istana." Ucapku.

"Tidak boleh."

Aku jadi kesal, "Tadi kamu menanyakanku apa keinginanku. Tapi sekarang kamu melarangku. Kenapa kamu selalu melarangku padahal semalam kamu membolehkan Selir Sophia ke kota lain untuk liburan. Oh iya aku lupa, dia kan perempuan yang kamu cintai, jadi wajar jika kamu mengabulkan apapun kemauannya." Rajukku.

Aku menarik selimutku dan menutup seluruh tubuhku, "Itu demi kebaikanmu, Aaron." Ucap Leon.

Aku memilih untuk tidak mengacuhkannya.

"Huhh.. Bagaimana kamu ikut saja denganku untuk kunjungan?"

Aku seketika bangun, "Kemana? Kapan? Jam berapa? Apa tempatnya bagus? Apa banyak makanan? Apa banyak tempat belanja untuk beli pakaian Lucas?" Tanyaku bertubi-tubi.

Leon menghela nafas dan memandangku, "Hn. Ada semua yang kamu mau."

"Terima kasih, Leon." Aku memeluknya tanpa sadar. Moodku memang senang sekali berubah dalam sekian menit.

"Ah mood swing pembuat onar."

Tak lama sejak kepulangan Leon. Robert dan Rossandro datang menjengukku. Mereka meminta maaf dan aku heran mengapa. Lalu mereka mengatakan bahwa berharap aku menerima kehamilanku saat ini.

"Yang mulia, memang ini sangat sulit. Yang mulia raja baru saja mengangkat selir dan sering sekali memanjankannya. Tapi, kedudukan anda lebih tinggi dibanding selir raja. Saya harap Yang mulia dapat menerima kehamilan anda saat ini." Tandas Rossandro.

Aku tersenyum, "Tuan-tuan, aku bukan tidak menerima kehamilanku. Aku hanya terkejut dan suasana hatiku sering kali berubah dengan cepat. Aku juga suka senang jika aku akan memiliki seorang bayi yang akan menemani Lucas." Jawabku, "Meski aku masih belum yakin bisa membesarkan dua anak sekaligus."

Rossandro terlihat lega, "Ah.. Saya sangat bersyukur. Saya kira anda memang tidak menginginkannya."

"Tidak mungkin. Aku menyukai anak kecil. Jadi, saat tahu aku cukup terkejut awalnya, namun sekarang aku bahagia."

Mereka saling berpandangan, "Yang mulia, anda memang terbaik." Tawa Robert, "Selamat juga atas kehamilan anak kedua anda, Yang mulia. Saya harap ia akan menjadi orang hebat di masa depan." Imbuhnya.

"Terima kasih, ku harap juga kalian berdua bisa jadi paman yang baik." Ucapku terkekeh.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang