Egois

2K 242 8
                                    

Aaron kembali menuju istana bersama Leon dengan menunggangi kuda. Selama perjalanan, tak ada satu patah kata pun yang terlontar diantara keduanya. Mereka memilih untuk membisu tak ada yang ingin memulai percakapan.

Kali ini, Aaron tak dapat menyangkal bahwa memang dirinya melakukan kesalahan. Seharusnya ia tak pergi begitu saja tanpa meminta izin kepada Leon. Namun, ia tak sepenuhnya salah. Leon berjanji akan mengajaknya untuk berkeliling di kota. Tapi, apa kenyataannya? Ia hanya harus terpenjara di dalam istana. Leon hanya memikirkan tentang pekerjaannya tidak dengan dirinya. Ia merasa terkekang terus menerus melihat pemandangan yang sama dan sebatas duduk di area halaman belakang. Leon begitu berbanding terbalik memperlakukan dirinya dengan selir yang belum lama ia angkat. Aaron sadar, dari awal dirinya memang salah menjadi seorang ratu. Seharusnya setelah Leon mengangkat Sophia menjadi selir, ia langsung meminta berpisah. Namun, ia harus terjebak dalam suatu insiden yang membuatnya harus mengandung anak dari Leon.

Sekitar setengah jam kemudian, mereka sampai di depan istana. Leon membantu Aaron untuk turun dari kudanya. Aaron tak mau ambil pusing dan mencari masalah lagi. Ia hanya mengikuti alur cerita yang sudah berantakan sejak awal kedatangannya. Tak lama, rombongan Cain pun sudah kembali dari pencariannya mencari Aaron.

"Yang mulia ratu, syukurlah anda baik-baik saja. Saya begitu khawatir ketika Yang mulia ratu menghilang." Ucap Cain terlihat lega ketika melihat tak ada luka yang terjadi pada Aaron.

"Maafkan aku sudah membuatmu khawatir, Cain. Aku juga bersalah karena aku berpura-pura menginginkan buah persimmon dan pergi dari istana." Ujar Aaron menyesal.

Cain terbelalak, "Saya tidak menyalahkan Yang mulia ratu. Ini kesalahan saya tidak benar-benar menjaga Yang mulia."

"Tidak, ini murni kesalahanku, Cain. Kamu hanya terlalu menuruti apapun permintaanku. Kamu sangat baik."

"Eliza. Masuk." Ucap Leon dengan suara parau dan bassnya membuat Aaron bergidik.

Cain sudah tahu bahwa saat ini Leon sedang kesal. Ia mengangguk kepada Aaron, "Yang mulia ratu, lebih baik anda sekarang beristirahat."

Aaron tersenyum tipis lalu ia masuk ke dalam istana.

"Cambuk Kapten Bastilion 100x karena melalaikan tugasnya." Perintah Leon lalu ia pergi ke dalam istana.

"Ka-Kapten.." Salah seorang bawahannya.

"Lakukan apa yang diperintahkan Yang mulia raja. Ini juga kesalahanku." Ucap Cain.

--

Aaron memasuki ruangan mereka berdua. Saat ini ia merasa tertekan sampai rasanya ingin menangis. Ia menjatuhkan tubuhnya di lantai menelungkupkan kedua tangannya untuk menutupi wajah cantiknya.

Krett

Suara pintu terbuka dan dirinya dapat merasakan aura mencekam dari belakangnya.

"Apa kamu ingin mati dibunuh oleh seseorang yang mengetahui bahwa dirimu seorang ratu?"

"Tidakkah kamu berpikir bahwa dirimu membawa janin dalam perutmu?"

"Mengapa kamu begitu egois?'"

"Apa? Egois? Kamu mengatakan bahwa aku egois setelah kamu membunuh seseorang, bermain perempuan, dan bahkan menghentikan acara festival hanya karena aku menghilang beberapa jam?"

Aaron menengadah memandang Leon yang sudah berdiri berhadapan dengannya, "Bukankah kamu terlalu egois dan terlalu sibuk dengan urusanmu? Mengapa kamu mengajakku jika kamu hanya berfokus pada pekerjaanmu? Mengapa kamu tak membiarkanku pergi kemana pun aku mau seperti yang dilakukan Selir Sophia? Apa aku sebegitu tidak berharganya di matamu, Leon? Apa karena aku bukan Selir--"

Plakkk

Aaron terdiam setelah mendapatkan tamparan di pipi kirinya. Air matanya menetes setelah merasakan pipi kirinya terasa panas akibat tamparan barusan.

"Bagaimana pun aku bersikap diantara kalian berdua. Itu kehendakku. Jangan pernah sekali lagi membandingkan dirimu dengannya. Aku memiliki caraku tersendiri untuk memperilakukan kalian berdua."

"Aku ingin pulang.." Lirih Aaron menahan agar air matanya agar tak membanjiri wajahnya.

"Kamu dilarang keluar istana selama sebulan. Apapun alasannya sebagai hukumanmu."

"Aku menerimanya asal kamu pulangkan aku pagi ini juga."

"Hn."

Leon pergi meninggalkan ruangannya. Aaron begitu terpukul setelah mendapat tamparan dari Leon. Ia memecahkan tangisannya yang sudah tak terbendung lagi.

"Dadakku terasa sakit.."

--

Pagi hari datang. Aaron terbangun cukup siang. Ia segera bergegas untuk mandi karena semalam ia terlalu lelah menangis sampai tertidur.

"Yang mulia, mata anda terlihat sembab." Tutur seorang pelayan yang sedang menata rambut Aaron.

"Ah ini, akhir-akhir ini aku kurang tidur." Jawab Aaron beralasan.

"Ku harap Yang mulia ratu tetap menjaga waktu tidur anda." Tukasnya.

Aaron tersenyum, "Tentu. Terima kasih atas perhatianmu, Merlyn."

Merlyn tersenyum lebar, "Sama-sama Yang mulia ratu. Saya harap hamba dapat melayani anda setiap hari."

"Yang mulia ratu, kereta kuda anda sudah siap." Ucap salah seorang pelayan yang datang.

Aaron bergegas untuk keluar ruangannya, "Cain tumben sekali tidak menyambutku hari ini."

"Selamat pagi Yang mulia ratu. Perkenalkan saya Erick pengawal sementara anda." Sapa seorang ksatria yang masih asing bagi Aaron.

Aaron memandang bingung, "Cain kemana? Apa kamu menggantikannya?"

"Kapten Bastilion semalam mendapat hukuman cambuk. Jadi saat ini ia harus beristirahat sampai lukanya membaik." Terang Erick.

Aaron terbelalak, "Cambuk?"

Erick mengangguk, "Benar, Yang mulia. Kapten Bastilion mendapat hukuman karena lalai menjalankan tugasnya."

"Bawa aku untuk bertemu Cain."

"Baik, Yang mulia."

Tak lama mereka sampai menuju sebuah kamar. Terlihat Cain sedang tidur tengkurap dengan bertelanjang dada.

"Cain.." Lirih Aaron. Ia melihat beberapa luka akibat cambukan di punggungnya.

Cain seketika melirik ke arah suara. Ia terbelalak melihat sang ratu menjenguknya, "Ya-yang mulia ratu." Cain mencoba berdiri namun Aaron cegah.

"Tidak usah berdiri. Lukamu pasti sangat sakit."

"Ya-yang mulia. Saya begitu malu anda melihat saya seperti ini."

Aaron menggeleng, "Cain, ini pasti karenaku kamu dihukum. Aku benar-benar minta maaf." Ucapnya lirih.

"Tidak Yang mulia. Sebagai ksatria, kami akan mendapatkan hukuman ketika melalaikan tugas kami. Jadi, ini semua bukan karena anda. Kami sudah terbiasa mendapat hukuman sejak kami berlatih." Terang Cain.

"Ta-tapi, aku menghilang. Kamu dihukum karena aku menghilang."

"Tidak Yang mulia. Ini salah saya karena saya tidak menjaga anda dengan baik."

"Cain.. Aku senang dan bersyukur selama ini kamu selalu menjagaku."

Cain tersenyum lebar, "Saya yang sangat bersyukur dapat melayani dan menjaga Yang mulia ratu. Saya bersumpah atas nyawa saya untuk melayani dan menjaga anda, Yang mulia."

"Tanpa kamu bersumpah, aku sudah tahu kamu sudah melakukannya."

Erick memerhatikan sang ratu dan kaptennya begitu dekat. Ia sekarang paham, mengapa kaptennya begitu setia dan hormat kepada ratu. Tanpa sadar, ia tersenyum melihat mereka berdua.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang