"Percepat langkah, Liz!" Noer berteriak dan lari tergesa-gesa.
"Jalannya sangat terjal, Kek!" Eliza kesusahan dengan jalanan tanah yang licin dan banyak akar belukar yang merambat.
'Kita ketahuan.' Batin Eliza.
Pasukan Ivan tidak menyerah untuk mengejarnya. Hari kesembilan disaat mereka tengah beristirahat. Ia mendengar suara derap kaki yang sedang berjalan di dalam hutan. Dengan perasaan was-was, Eliza membangunkan Noer dengan kasar.
"Kek! Mereka datang!" Serunya menggoyangkan tubuh Noer cepat.
"A-apa?" Noer yang baru saja terbangun masih merasa linglung.
Eliza segera membereskan barang-barang mereka dan mematikan api unggun yang mulai redup akibat kayu yang habis.
"LEWAT SINI!" Seruan seorang pria dengan lantang membuat Eliza terperanjat.
Noer yang sudah sadar langsung menyuruh Eliza berlari. Eliza menggeleng, biarkan Noer berlari lebih dulu, ia bisa mengikutinya di belakang.
Mereka berlari menuju sisi lain hutan menuju pesisir. Tidak ada jalan yang lebih aman, ia yakin para pasukan sudah di penjuru hutan.
'Semoga mereka belum sampai pesisir pantai.' Harap Noer dengan nafasnya mulai tersengal.
Eliza menelan air salivanya ketika melihat laut lepas di ujung hutan. Namun, bukan karena ia menemukan laut ia tertegun. Tetapi, jika saja Noer tidak berhenti berlari. Mereka akan jatuh ke dasar jurang.
'Untung saja.' Batin Eliza menghela nafasnya.
"Lewat sana." Noer menunjuk sebuah jalan kecil bawah hutan menuju pesisir.
Eliza meminta Noer menuruni jalan kecil itu lebih dulu. Ia akan mencoba berjaga-jaga dari atas memerhatikan apakah pasukan Ivan menuju ke lokasi mereka.
Sebab jalan yang tidak memadai, Noer kesulitan untuk menuruninya. Eliza melirik kanan dan kirinya. Ada perasaan was-was jika pasukan Ivan terdengar derap kakinya. Ia tak mau tertengkap oleh pria itu lagi. Ia merasakan firasat bahwa hidupnya akan lebih buruk jika ia tertangkap kembali oleh pria itu.
"Eliza! Ayo!" Seru Noer menyuruh Eliza untuk turun.
"Baik--"
"KAPTEN! KAMI AKAN MEMERIKSA SEKITAR SINI!"
Ucapan Eliza terpotong. Dia terkejut mendengar suara pria lain berada dekat dengannya. Eliza meminta Noer bersembunyi, begitu pun dengannya.
Lain hal ia menuruni jalan kecil itu, ia memilih menaiki sebuah pohon tinggi sekitar sana.
Noer menohok melihat Eliza berlari membelakanginya. "Tidak, Liz. Kamu akan pergi kemana."
Eliza mengatur deruan nafasnya yang berat. Ia tidak lihai menaiki pohon dengan tinggi lebih dari 10 meter.
"Apa kau menemukan perempuan itu?" Tanya seorang ksatria yang tertangkap oleh netra Eliza.
Ia menggeleng, "Tidak, Hammout. Namun aku mendengar samar suara seorang pria." Ujarnya.
"Mungkin ada seseorang yang hidup di hutan belantara ini. Kita tetap fokus untuk mencari perempuan itu dan menyerahkannya pada Yang Mulia."
"Ya."
'Sialan, bajingan itu benar-benar belum menyerah.' Gerutu Eliza dalam hati.
Ia tak tahu mengapa pria itu begitu ambisius untuk memilikinya. Ia hanya seorang ratu yang memiliki anak. Apakah pria itu begitu tidak laku sehingga beralih pada ibu beranak satu sepertinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...