You

875 104 1
                                    

Sudah dua minggu peperangan dimulai. Banyak pertumpahan terjadi di antara dua negara besar. Houssenburgg, habis setengah dari prajuritnya. Tidak ada bendera putih yang berkibar meskipun mereka telah kalah jumlah. Leon, pria yang saat ini tengah menyusut strategi perang untuk memenggal kepala Ivan. Mata emasnya terus menyalang selama peperangan dimulai. Di dalam pikirannya, bayangan sang ratu dan Ivan dalam ranjang yang sama terus menghantuinya. Dia tidak akan melepas pria itu barang sehelai saja rambutnya akan dia singkirkan. Eliza, tetaplah ratunya, permaisuri hidupnya. Entah sejak kapan, dia begitu ambisi untuk memiliki wanita itu.

"Tidak ada yang boleh menyentuh wanitaku" Batinnya.

Hanya dirinya yang dapat memiliki wanita itu bahkan jika dia wanita cacat tanpa tangan dan kaki, dia akan bersumpah setia tidak akan meninggalkannya.

Duke Fletzlingen, pria dengan zirah perangnya mengamati sang raja. Betapa gelapnya aura yang terpancar dari mantunya itu. Dia tidak pernah menyangka pria yang menikahi putri satu-satunya begitu ambisius untuk menemukan Eliza. Raja tidak berpikiran sempit untuk memulai perang. Tetapi, karena putrinya, pria yang sudah mulai membeku kembali haus dalam pertumpahan darah. Ini akan buruk jika peperangan tetap terjadi. Kekuatan militer yang telah dibangun akan melemah beberapa waktu akibat perang dengan Houssenburgg. Tidak memungkinkan bangsa lain tidak akan menyerang Moonariggh dalam proses pemulihan.

"Di mana sebenarnya kamu, Eliza?"

Seorang ksatria elit pasukan Black menghampiri Leon dan kemudian berkata, "Yang Mulia, para pasukan musuh sedang bergerilya."

Leon menatap lurus, dia tidak gentar dengan laporan ksatrinya dan berkata, "Aku sudah tahu. Orang licik itu akan melakukan rencana seperti ini."

"Qiang, panggil dia." Sambung Leon.

Ksatria itu mengangguk dan mengundurkan diri dari hadapan raja. Duke Fletzlingen tentu tahu siapa pria itu. Qiang, pemuda yang belum genap berusia dua puluh tahun yang dibesarkan di benua timur yang telah bersumpah mengabdi pada raja. Seorang ksatria dan assasin.

"Duke..." Suara beratnya membuat Duke Fletzlingen menunduk menghandap raja.

"Ya, Yang Mulia."

"Aku sudah gagal menjaga putrimu." Tanpa penekanan, ucapan Leon membuat Duke Fletzlingen tertegun.

"Tidak, Yang Mulia. Anda telah menjaga putri saya dengan baik. Saya yakin putri saya baik-baik saja." Ucap Duke Fletzlingen dengan hormat.

Leon menatap pedang yang sedang dia pegang dan berbicara, "Aku tahu itu. Dia wanita yang kuat."

Duke Fletzlingen tersenyum lembut, "Terima kasih, Yang Mulia. Atas belas kasihmu yang besar, putriku tumbuh menjadi wanita yang kuat dan anggun."

"Hn."

Leon kembali menyarungi pedangnya sebelum peperangan di waktu fajar tiba.

-

-

-

Di istana kerajaan Moonnariggh. Panther telah menyusut tuntas kasus yang terjadi akibat sekelompok orang yang menyebabkan penyakit menular di Desa Haritage. Penduduk desa sedang dalam masa pemulihan. Satu pekerjaan paling pentingnya saat ini telah selesai. Dia menarik nafasnya dalam begitu melelahkannya ia mengurusi beberapa kasus dalam satu waktu. Di sisi lain, dia menunggu ayahnya yang sedang berkelana datang. Sudah berapa lama sejak kakaknya memerintahkan beberapa orang untuk mencari ayahnya. Dia tidak ingin mengurusi urusan Leon beberapa saat. Dia membutuhkan ayahnya saat ini.

Bruak

Panther mengerjap. Pintu ruangannya terbuka begitu saja oleh seseorang yang baru saja dia pikirkan.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang