Unconscious

1.8K 197 13
                                    

Aaron melangkah mengikuti Zulius menuju sebuah ruangan di ujung istana. Sepertinya, Zulius masih ingat betul setiap tatak letak bangunan ruangan di dalam istana tersebut. Makanzie yang berjalan membututi keduanya terkadang mencuri pandang sekilas ke arah Aaron. Kenapa Yang mulia raja menikahinya- Itulah yang dipikirkan Makanzie dalam perjalanan. Yang ia tahu bahwa Elizabeth adalah gadis berhati dingin yang kaku. Namun ketika ia melihatnya kembali setelah sekian lama, Elizabeth yang ia tahu lebih ekspresif dan lembut bahkan ia terlihat lebih hidup. Apa karena ia lupa ingatan sifatnya pun berubah- Pikirnya lagi.

Zulius mengajak Aaron untuk masuk ke ruangan yang ternyata sebuah kamar yang luas dengan tatanan interior ekslusif. Aaron ragu karena ia sebenarnya masih merasa kikuk dengan ayah mertuanya. Namun ia tak boleh bersikap tidak sopan, ia pun masuk ke dalam ruangan tersebut.

Zulius memerintahkan Makanzie untuk membawakan cemilan. Perutnya sedikit lapar dan waktu makan malam masih cukup lama. Tibalah di ruangan itu hanya ada mereka berdua hingga Aaron semakin kaku karena hanya ada mereka.

Zulius memandang Aaron sembari memberikan bantal dari ranjang.

"Mendiang istriku selalu meletakkan bantal tidur di punggungnya ketika ia hamil. Dia bilang punggungnya lebih cepat pegal dibanding biasanya." Ucap Zulius.

Aaron hampir saja lupa sekian kalinya bahwa ia sedang hamil.

"Terima kasih, Ayah." Jawab Aaron mengambil bantal tersebut dan meletakkannya di belakang punggungnya. Memang benar seperti apa yang Zulius ucapkan. Ia merasa lebih rileks sekarang.

"Selama hamil, apakah kamu sudah mengalami namanya mengidam?" Tanya Zulius setelah ia duduk kembali di tempat semula.

Aaron mengangguk kecil, "Ya, Ayah." Tukasnya menahan malu. Jika mertuanya tahu bahwa dia bukan Elizabeth tetapi Aaron seorang pria tulen mengalami ngidam, apa yang mertuanya pikirkan.

Zulius rupanya penasaran apa yang diidamkan mantunya itu.

"Beritahu Ayah kamu mengidam apa?" Tanya Zulius terkekeh.

Aaron malu untuk mengatakan bahwa ia mengidam wangi tubuh khas Leon.

Aaron terlihat melamun sementara Zulius menatapnya bingung.

"Ada apa? Apa karena terlalu banyak? Tenang saja, itu hal normal, mendiang istriku saja sering kali mengidam saat hamil Panther, salah satunya bahwa ia ingin aku botak." Jelas Zulius tertawa renyah .

"... Jangan-jangan kamu juga mengidam ingin Leon botak." Sambungnya.

"Mana mungkin." Ucap Aaron spontan.

"Ya, aku tahu. Sepertinya kamu mengidam lebih normal dibanding mendiang istriku." Ujar Zulius.

Aaron terlihat merona, "Aku hanya mengidam wangi khas Yang mulia raja." Ucapnya pelan, untungnya pendengaran Zulius tajam sehingga suara Aaron terdengar olehnya.

"Benarkah? Mendiang istriku malah membenci wangi tubuhku! Bahkan ia sampai memintaku untuk pisah ranjang sementara!" Seru Zulius dengan mata membulat.

Aaron tercengang, "Benarkah, Ayah? Lalu berpisah ranjang?" Tanya Aaron yang sekarang malah ia merasa penasaran.

"Benar! Dia memaksaku untuk berpisah ranjang! Meski aku menolak, ia tetap bersikukuh bahkan mengancam bahwa ia tidak akan menganggap aku suaminya." Tukas Zulius sedikit dengan nada sewot dengan menyilangkan tangan di depan dada.

Aaron terkekeh bahwa mertuanya ternyata pernah menderita karena wanita hamil. Ia bersyukur bahwa dirinya tidak mengidam hal semacam itu meski dia malah lebih parah dengan kabur dari istana untuk berjalan-jalan.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang