"Yang Mulia kuda Anda telah siap."
Seorang pelayan mendatangi Eliza di tengah malam disaat semua orang telah terlelap, sebaliknya Eliza tengah terjaga hingga waktu saat ini tiba.
"Pastikan tidak ada seorang pun yang datang ke ruanganku disaat aku pergi, Metty."
Eliza telah bersiap dengan pakaiannya yang tengah menyamar dengan tudung hitam. Segera ia membuka tirai dan jendela meratapi ketinggian lantai dari kamarnya menuju tanah. Cukup tinggi namun tidak akan membutuhkan banyak waktu jika aku menuruninya menggunakan kain-kain yang diikat.
Eliza melompat setelah beberapa senti lagi menginjak tanah. Dia memberikan kode kepada Metty bahwa semua baik-baik saja.
Metty terus berdoa dia berharap tidak akan terjadi hal buruk kepada ratunya.
Bergegas Eliza menuju arah dapur belakang dan melewati beberapa gudang serta tanah kosong diisi pohon-pohon yang menjulang. Setelah beberapa waktu dia mengamati keamanan di istana, ia menemukan celah melewati berbagai pintu yang terjaga oleh para ksatria dan tentara menuju luar perbatasan istana kerajaan.
"Aku terlalu bersantai hingga lupa menangani penyerangan di acara perburuan."
Eliza menaiki sebuah kuda hitam yang kuat dan memacunya menuju sebuah bar di sisi ibu kota. Setelah beberapa waktu dia mengendarai kuda hingga sampai di sebuah bar agak tua namun cukup besar.
"Metty bilang bahwa aku harus menyebutkan kata sandi untuk mendapatkan pelayanan rahasia mereka."
Eliza memasuki bar tersebut dan bertemu seorang bartender pria berusia awal 20-an dengan pakaian sederhana. Dia duduk di salah satu kursi yang langsung berhadapan dengan bartender tersebut. Melihat sekeliling cukup aman, Eliza menatap pria di hadapannya.
"Aku memesan cocktail dengan contreau, gin, sentuhan jeruk nipis dan mint, sedikit gula lalu buah nanas di antara empat bagian."
Pria dihadapannya menyeringai tipis kemudian mengangguk.
"Nona, maaf sekali untuk buah nanas kami telah habis."
"Apakah aku dapat melihat secara langsung buah apa saja yang ada untuk tambahan pada minumanku?"
"Tentu, Nona. Namun buah yang tersisa berada di dapur belakang. Mari ikuti saya."
Pria tersebut menuntun Eliza menuju ruangan belakang. Ia mendorong sebuah meja bundar dan menemukan sebuah lantai menuju ruangan bawah tanah.
"Nona, silahkan Anda berjalan kemudian Anda akan menemukan sebuah pintu di ujung sana."
Eliza mengangguk, ia berjalan mengikuti lorong yang diterangi dengan beberapa obor di sepanjang lorong tersebut. Tampak sebuah pintu kayu dengan pegangan pintu yang telah berkarat di ujung lorong. Ia mengetuk tiga kali dan mendapati suara pria memintanya untuk masuk.
Seorang pria tengah duduk di kursi kebesarannya. Kakinya ia silangkan di atas meja kayu dengan seringaian besar di wajahnya. Eliza nampak sedikit menatapnya heran, apakah pria yang masih terlihat muda ini benar-benar bos dari jaringan informasi bawah tanah yang dikatakan Metty. Ia tampak seusia Leon mungkin sedikit lebih muda. Surai biru tua dengan mata hazel ditambah tubuh yang proporsional siapapun akan mengira dia adalah barisan aristokrat dengan segudang harta di belakangnya.
"Sudah lama aku tidak mendapatkan tamu seorang wanita cantik."
"Bahkan suaranya juga sempurna."
Eliza duduk di sebuah kursi panjang di sisi lain pria tersebut. Eliza tak bisa berlama-lama, ia segera menyebutkan maksud tujuannya datang ke tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...