"Ada apa ini?" Aku melihat keadaan istana di Houssenburg sedang disibukkan dengan para pelayan dan para ksatria yang berlari ke sana kemari seakan sesuatu terjadi.
Aku melihatnya bingung, mengapa dengan tiba-tiba mereka menjadi sangat sibuk dan terburu-buru? Apakah ada tamu yang sangat penting akan datang? Tidak, aku mendengar bahwa 'mereka sudah bertolak dari kerajaan'.
'Mereka itu siapa?' Pikirku. Aku menggeleng dan melangkah menuju ruanganku.
Sudah tiga minggu berlalu setelah aku dikurung di istana Ivan. Pria itu benar-benar bejat, dia tidak mengizinkanku untuk keluar dari istananya. Bahkan, aku tidak bisa mendapatkan informasi dari bawahanku mengenai kondisi kerajaan.
Aku duduk sembari melihat jendela dari balkon kamar. Cukup beruntung kamar yang ku tempati menghadap langsung ke arah gerbang istana belakang sehingga aku bisa melihat para pelayan dan ksatria yang sibuk berlarian.
'Malam ini, aku harus coba mengendap melalui jalan itu. Mungkin kekacauan ini menjadi peluang bagiku untuk melarikan diri.' Batinku membayangkan rencana yang sudah ku siapkan.
Seorang pelayan wanita dengan wajahnya yang angkuh membawa trolley makanan dan menata meja di kamarku dengan makanan yang masih panas. Dia memintaku untuk segera datang dan menghabiskan makan siang yang telah ia hidangkan. Masih ada belas kasih dari pria itu memberikanku makanan layak. Ku harap Cain dan Metty pun diperlakukan sama setelah aku terus memberontak pada Ivan akan membunuh diriku sendiri jika dia membunuh dan memperlakukan mereka seperti dulu saat pertama kali aku melihat Cain dan Metty dirantai dan disiksa di penjara bawah tanah.
"Bisakah kau keluar?" Ucapku dingin pada pelayan yang berdiam diri di dekatku memerhatikanku sedang melahap makanan yang tadi dia hidangkan.
Tanpa sopan santun, dia keluar tanpa hormat padaku dan itu membuatku kesal. Apakah dia tidak diajarkan tata krama untuk menghormati orang? Najis, jika aku harus memiliki pelayan arogan seperti itu. Aku bersyukur para pelayan di bawah naunganku bersikap baik padaku atau pada orang lain. Berkebalikan dengan pelayan arogan tadi bahkan padaku yang merupakan seorang ratu.
'Aku menandaimu, pelayan.' Ketusku dalam hati.
Di tengah malam. Aku berpura-pura tertidur agar para pelayan pergi dari kamarku.
Aku melihat kanan kiriku, 'aman'. Aku bergegas untuk bersiap dan berganti pakaianku dengan pakaian yang lebih sederhana dan ringan.
"Di luar pasti ada penjaga." Gumamku sembari mendekatkan telingaku pada pintu besar kamar.
Aku membuka jendela secara perlahan dan melihat sekelilingku memastikan bahwa tidak ada pelayan atau ksatria yang berjaga di bawah.
Aku sudah terbiasa untuk mengendap dan melarikan diri. Namun, aku belum tahu kondisi lingkungan istana Ivan sehingga aku harus menunggu hingga tiga minggu sebelum melakukan rencana yang sedang ku jalankan.
'Aman.'
Aku sudah mengikat panjang kain panjang dan pakaianku yang ada di kamar untuk membuat tali yang menjulur hingga aku dapat menuruni tempat ini dan pergi dari istana.
'Cain, Matty, tunggu aku. Aku akan segera membebaskan kalian.'
Aku menuruni tali panjang yang ku ikat itu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara nyaring yang membuat mereka sadar bahwa aku melarikan diri.
Setelah aku menginjakkan kaki di baris terakhir. Aku melompat kecil kemudian menatap sekeliling dan berjalan perlahan. Aku sudah menguasai langkah kaki tanpa suara sehingga aku dapat menyamarkan keberadaanku dari orang-orang.
Ku perhatikan, gerbang ujung yang nampak para penjaga sedang berdiri mengintai setiap orang yang datang dan pergi dari gerbang istana belakang. Terlihat, sebuah pohon besar di sudut dinding tinggi dan aku memanjatnya hingga atas pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...