Kehilangan

1.6K 179 5
                                    

Mon maaf engga nyangka banyak yang nunggu kelanjutannya >< maaf banget lagi sibuk kuliah dan skripsiannn

Aaron POV

Aku terbangun di sebuah hamparan bunga yang luas dengan desiran angin menyapu kelopak-kelopak bunga hingga berterbangan. Sesosok perempuan tinggi bersurai kuning keemasan berdiri memegang sebuah payung putih keemasan di setiap sisinya. Gaunnya yang memanjang menyapu setiap rumput dan dengan anggunnya berjalan membelakangiku sembari sesekali bersenandung menarik batang bunga dan menghirupnya.

Lullaby and good night in the skies stars are bright
May the moon silvery beams bring you sweet dreams
Close your eyes now and rest may these hours be blessed
Till the sky's bright with dawn when you wake with a yawn

Suaranya membuatku terhanyut. Lembut dan tipis dengan ringannya melewati alat pendengatanku. Suara yang sudah mulai tak asing membuatku tak perlu khawatir, siapalagi jika bukan Elizabeth asli yang memiliki suara selembut dan manis seperti ini.

Di tengah waktu malam dengan sorotan cahaya bulan purnama. Menambahkan sisi femininitas darinya. Angin seakan ikut menari setiap untaian kalimat dari sebuah syair yang disenandungkan olehnya.

Hatiku menghangat. Mendengar suaranya seakan semua masalahku terlepas begitu saja. Mungkinkah di sinilah tempat terbaik untuk menenangkan diri.

Tak berselang lama, ia membalikkan tubuhnya lalu mendapati netranya menatapku dalam. Dengan spontanitas aku menatapnya kembali namun terlihat kekesalan mendalam darinya.

"Apakah kamu bodoh dan tak berakal?"

Satu kalimat pertanyaan terlontar dari bibir manisnya. Aku hanya dapat diam dan menerjemahkan apa maksudnya aku bodoh dan tak berakal?

"Kau sangat bodoh dan lemah hingga aku sangat ingin membunuhmu."

Mulutku menganga heran mengapa ia sangat terlihat kesal kepadaku? Apa ada sesuatu yang salah yang aku lakukan selama ini?

Walaupun ia terlihat kesal, susunan kalimat dan intonasinya tetap anggun. Aku bertanya apakah ini adalah hasil dari didikan yang ia dapat selama hidup menjadi seorang putri bangsawan kelas atas?

Ia melepas sarung tangan yang ia gunakan sembari memegang payung mewahnya. Ia meremas jemarinya dan... PLAKKK

Satu layangan tamparan mengenai pipi sisi kiriku. Tamparannya tak terlalu keras namun cukup membuat sensasi cenat-cenut di pipiku. Ia memasang kembali sarung tangannya dan menghela nafas panjang.

"Akhirnya aku dapat menamparmu."

Ucapnya lalu dengan santai berjalan membelakangiku. Ia memintaku untuk mengikutinya hingga menemukan sebuah hamparan air yang luas dengan pantulan cahaya bulan menambahkan nilai keindahan dari pemandangan yang sedang ku nikmati.

"Sudah cukup kau bertingkah seperti orang lemah, Aaron. Saat ini, waktunya kau bertindak seperti dirimu seutuhnya." Ujarnya lalu duduk di sisi danau dan menatap ke arah bunga-bunga lotus yang menghiasi permukaan danau.

"Apa maksudmu, Eliza?" Tanyaku terduduk di sampingnya mengikutinya memandang permukaan danau.

"Aku tahu kamu masih berusaha agar tak banyak yang mengira bahwa kamu bukanlah aku." Tandasnya.

Aku tertegun, "Mengapa kamu berpikir seperti itu?"

"Apa kau mengira aku orang bodoh? Aku tak sebodoh dan selemah seperti yang kau perankan saat ini." Ucapnya.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang