Liar

1.8K 208 6
                                    

Seberkas cahaya menelusup masuk dari cela-cela ventilasi ruangannya. Dengan kantung mata hitam terpampang menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Ia menyingkap selimutnya lalu tertatih berjalan sedikit sempoyong menuju kamar mandi.

"Padahal aku tidak usah menunggu. Tapi aku takut dia melakukan macam-macam jika aku tertidur sebelumnya." Eliza mengucek sebelah matanya lalu membasuh wajah, matanya perih karena ia kekurangan tidur.

Pelayan setianya membuka setiap tirai dan jendela untuk memberikan suasana sejuk. Tak lama seorang pelayan pria mengetuk pintu dan menyampaikan pesan bahwa mertuanya mengajaknya untuk sarapan bersama.

Eliza merendam tubuhnya di bak yang berisi air hangat merilekskan otot-ototnya yang menegang dan menghilangkan wajah lesunya. Jari-jarinya mulai mengkerut karena terlalu lama terendam dalam air hingga pelayannya mengingatkan agar tak terlalu berlama-lama.

Di tengah waktu dirinya dirias oleh beberapa pelayan yang memang penanggung jawab untuk pakaian dan riasannya di Ansel. Mereka bertanya apakah ratunya cukup beristirahat semalam karena nampak lesu dan kantung mata hitam yang tetap bertengger di wajah cantiknya.

Eliza hanya menjawab bahwa ia terlalu banyak membaca hingga lupa waktu untuk alasan kebohongannya. Padahal semalaman ia hanya duduk diam di sofa atau melamun terlentang di kasur bahkan ia malas melakukan hal lain selain kedua hal itu selama menunggu.

Selang waktu, Zulius menunggunya setelahnya ia menuju ruang makan ketika seorang pelayan menyampaikan bahwa ratu sudah selesai bersiap.

Hidangan khas Ansel melengkapi meja panjang dengan garnis membuatnya semakin sempurna.

Eliza duduk berhadapan dengan Zulius. Meski rasa mualnya masih terasa namun lebih baik dari biasanya. Mungkin semakin lama usia kandungan semakin baik pula kondisi tubuhnya, pikirnya.

"Kamu terlihat lelah." Ujar Zulius netranya melihat wajah menantunya yang sayu.

"Tidak, Ayah. Aku baik-baik saja." Ucapnya spontan.

Zulius menatap mata Eliza lalu mengabaikan apa yang ia ucapkan. Ia tak mau terlalu mendesak menantunya.

Sesi makan berakhir, baik Eliza ataupun Zulius kembali ke aktivitasnya masing-masing. Sebenarnya Zulius mengajak Eliza untuk berjalan-jalan di taman hanya saja ia ingin merebahkan tubuhnya di kasur lalu kembali tidur menyelesaikan waktu tidurnya yang terpotong karena bergadang.

Saat sedang berjalan melewati lorong. Ia tiba-tiba ingin sekali pergi ke perpustakaan meminjam buku untuk dibawa ke kamarnya dan membacanya sebelum kembali tidur. Menurutnya, metode itu membantunya untuk tidur lebih lelap dan lebih relaks dibanding biasanya. Ia pun segera berbalik arah menuju ke arah perpustakaan.

Ketika ia berjalan di lorong, ia melihat dua orang yang terlihat samar dari kejauhan seperti sepasang wanita dan pria. Semakin mendekat dirinya dengan mereka. Matanya yang sayu seakan akan loncat ketika melihat raja dan selir dengan pakaian yang berantakan. Mereka pun tak sempat merapikan rambutnya hingga Eliza terkejut melihat keduanya. Sadar mereka sedang ditatap oleh seseorang di belakangnya. Leon terbelalak ketika Eliza memandang ke arahnya dan Sophia.

"Eliza."

Suaranya yang parau dan berat membuat Eliza yakin bahwa pria itu adalah Leon. Seseorang yang ia tunggu semalaman hingga ia tidur di waktu fajar hanya untuk menunggu pria yang sedang bermalam dengan selirnya.

"Brengsek."

Aaron menatap hina Leon dengan wajahnya menggelap dan jari-jari tangannya mengepal keras. Waktu berjam-jam yang ia habiskan semalam hanya untuk melihat ini diesok harinya?

Eliza tak mempedulikan jika Leon ingin melakukan apapun dengan Sophia. Namun seharusnya dia tahu bahwa tak usah mengatakan jika ia akan bermalam di tempatnya. Ia sudah mewanti-wanti kedatangan Leon untuk memberikan pembatas dan kewaspadaan jikalau Leon melakukan hal-hal aneh terhadapnya.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang