Seminggu berlalu, hari ini para pasukan sedang bersiap untuk kepergiannya menuju kerajaan Olirian. Leon beserta jajarannya turut serta di garda tengah dengan Cain. Aaron pun saat ini hadir untuk melepas kepergian para pasukan dan sang raja.
"Akhirnya akan segera dimulai.."Batin Aaron. Ia sudah terpikirkan cerita romansa yang akan terjalin oleh sang raja dengan tokoh wanita utama. Aaron sejak lusa kemarin sudah memikirkan apa yang akan dia rencanakan jika tokoh wanita utamanya telah datang. Mungkinkah ia akan meminta perceraian atau sebatas turun tahta dan menjadi selir dengan mengangkat tokoh wanita utama menjadi ratu yang baru.
Selama kepergian sang raja dan pengawalnya Cain, Panther yang memang dasarnya adalah seorang yang berkecimpung di dunia kesehatan bukan seorang petarung di garda depan. Tidak diizinkan oleh Leon untuk turut serta meski sebagai tim medis sekalipun, sebaliknya ia dipercaya untuk tetap di istana dan memantau sang ratu beserta putra mahkota.
"Kak, aku juga ingin berpatisipasi di peperangan. Aku belum pernah mengikutinya sekalipun."Rengek Panther beberapa hari setelah kepulangannya ketika mendengar bahwa kerajaan Moonnariggh akan berperang dengan kerajaan Olirian.
"Diam di sini dan awasi ratu dan makhluk bulat itu."Tolak Leon.
Panther terus merengek bahkan sempat menawarkan diri ia akan bekerja keras untuk menjadi dokter di sana meski ia harus kehilangan nyawanya sendiri. Namun, hal itu membuat Leon dengan tatapan tajam dan suaranya yang menegaskan bahwa Panther benar-benar ditolak untuk ikut serta.
"Kau pikir, siapalagi yang akan menggantikanku jika kita berdua mati?"Pertanyaan retorik membuat Panther diam.
"... Berhentilah keras kepala dan lakukan apapun yang kau mau di istana."Lanjutnya.
"Kakak tidak mungkin mati dengan mudah. Jika kakak mati, aku tidak berniat sedikit pun menjadi raja untuk menggantikanmu. Kakak tahu, aku tidak memiliki obsesi menjadi penguasa."Ujar Panther.
"Sudah, kau diam saja di istana."Ucap Leon.
Panther saat ini sudah tidak mau berdebat dengan kakaknya lagi dan memilih menuruti perintahnya.
Kembali ke waktu sekarang
Para pasukan seluruhnya sudah siap, Leon pun sudah menunggangi kuda hitam besar dan tingginya yang bahkan lebih tinggi dari tubuh Aaron saat menjadi Eliza. Aaron melihatnya dari belakang setelah para pasukan sudah mulai sedikit demi sedikit melangkah pergi.
"Aku harap ini awalan yang baik dan juga semoga akhirku tidak akan mati dimutilasi olehnya."Batin Aaron.
Panther yang berdiri di samping Aaron melirik dengan ujung matanya melihat Aaron yang menatap kepergian para pasukan yang sudah sedikit menjauh dari mereka. Saat ini, Panther juga yang menggendong Lucas memberikan lambaian tanda perpisahan.
"Eliza.."Panggil Panther. Panther memang lebih terbiasa memanggil nama dibandingkan dengan memanggilnya dengan kata ratu.
"Ya, pangeran?"Jawab Aaron.
"Kamu tidak usah khawatir, kakak akan pulang dengan selamat. Bahkan, malaikat pencabut nyawa pun sudah malas untuk menghampiri kakak."Ucap Panther terkekeh.
"Semoga saja saat pulang, ada kabar baik dari mereka."Kata Aaron tersenyum.
"Tentu saja."Panther pun membalas senyuman Aaron.
Semenjak seminggu lalu setelah bertemu pertama kali dengan Aaron. Panther memang sempat curiga terhadap Aaron. Namun, dalam waktu singkat, Panther malah semakin terhanyut dan menumpas kecurigaannya terhadap Aaron bahkan Panther cukup menyukai Aaron karena sikap dewasa, lembut, dan perhatiannya yang saat bertemu banyak orang tanpa melihat kedudukan mereka. Dan sikapnya terhadap putra mahkota, membuat Panther semakin menyukainya. Panther yakin, Aaron memang ratu yang layak di kerajaan Moonnariggh dibandingkan para wanita bangsawan lain yang sempat ia kenal yang hanya tergoda oleh paras dan kekuasaan kakaknya.
Mereka kembali ke istana. Panther meski seorang dokter bukan berarti ia tidak memiliki dasar untuk pertahanan diri. Ia memilikinya, hanya saja, ia tidak sehebat Leon. Panther lebih menyukai sesuatu yang bersifat sains dibandingkan sesuatu yang menggunakan kekuatan fisik.
Aaron duduk di kursi ruang depan istana ratu bersama Panther dan Lucas. Panther sendiri sudah menganggap istana ratu menjadi rumah keduanya karena dia senang sekali ke sana untuk bermain bersama Lucas, keponakan kecilnya.
"Lucas, nanti sudah besar, kamu akan jadi raja yang lebih hebat dari ayahmu!"Seru Panther sembari mengangkat Lucas dan melempar Lucas ke atas membuat Aaron jantungan melihatnya.
Lucas malah tertawa saat ia mendapat lemparan yang cukup tinggi dan membuat Panther ingin melemparnya lebih tinggi lagi.
"Lucas.."Lirih Aaron dalam hati merasa khawatir takutnya Lucas malah terjatuh.
"Kyaaa.. Kekekek Huwaaa.."Oceh Lucas.
"Lucas juga, jangan kejam seperti ayahmu, ok?"Ucap Panther mengerlingkan matanya.
"Bahkan adiknya sendiri tahu kakaknya kejam.."Batin Aaron.
"Mma.. Mma.. Ppa.. Ppa.."Lucas mulai lagi memanggil dengan sebutan mama dan papa.
"Mama kamu lagi duduk dan papah kamu sedang pergi untuk berperang."Balas Panther seakan berdialog dengan Lucas.
Aaron melihat Panther, ia merasa cukup penasaran dengan kehidupan pribadi laki-laki di hadapannya. Ia tidak pernah tahu, Panther itu seperti apa dan bagaimana cerita hidupnya. Ia hanya tahu selama seminggu ini, itu pun ia hanya melihatnya bukan menanyakan langsung kepada laki-laki jangkung itu.
"Pangeran.."Aaron mencoba memberanikan dirinya.
Panther memiringkan wajahnya memandang Aaron, "Ada apa, Eliza?"Tanyanya.
"Aku ingat kamu bilang bahwa kamu belajar di benua sebrang untuk mempelajari kedokteran. Di manakah benua itu?"Tanya Aaron.
Panther menjawab, "Benua timur, tepatnya di kerajaan Weihan. Aku mempelajari pengobatan tradisional timur karena aku tertarik, apalagi di sana sangat terkenal sekali berbagai pengobatannya yang sangat manjur."
"Wah.. jadi kamu ahli di bidang itu ya.."Ucap Aaron dengan mata berbinar.
"Tentu, aku juga menjadi lulusan terbaik di sana."Jawab Panther membanggakan dirinya sendiri.
"Dengan begitu, saat kepulanganmu ke sini. Kamu pasti ingin lebih banyak berkecimpung di bidang itu kan?"Ujar Aaron.
Panther mengangguk, "Hidupku untuk diabdikan untuk menolong orang."Ucapnya.
"Kamu sangat hebat! Pasanganmu kelak nanti pasti sangat beruntung."puji Aaron.
Panther terdiam sejenak, "Aku tidak berencana menikah, Eliza."Tandasnya.
Aaron mengernyit, "Mengapa? Bukankah setiap orang ingin menikah?"
"Aku tidak menginginkannya, aku bahagia menjadi seperti ini. Asal aku bisa hidup damai. Lagian, aku punya Lucas juga yang bisa menghiburku."Panther langsung ceria melihat Lucas dan menggelitiki bayi bulat di pangkuannya.
Aaron mengangguk dan memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Ia paham itu, saat ia menjadi Aaron, ia pun sempat berpikiran yang sama dengan Panther. Ia merasa, bahwa pasangan itu bukan targetnya. Targetnya adalah ia hidup bahagia dengan apa yang ia lakukan, tanpa paksaan, tuntutan, dan ancaman dari siapapun.
"Semoga kamu mencapai apa yang kamu inginkan, pangeran."Aaron tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...