Seduce

2K 224 2
                                    

Sang kusir memutar kembali kereta kudanya. Beberapa orang diperintahkan untuk membawa kuda hitam milik Leon.

"Tidak. Aku ingin kuda berwarna putih kesukaanku." Ketus Aaron menggeleng kepalanya.

"Kuda ini lebih kuat." Tukas Leon.

"Tidak. Aku tidak suka. Lihat! Kuda hitammu itu bahkan terlihat malas. Berbeda dengan kuda putihku yang selalu semangat dan ceria." Jawab Aaron.

"Bagaimana cara melihat kuda semangat atau tidak." Gumam Panther.

Leon memerintahkan membawa kuda lain berwarna putih. Bukan kuda yang biasa digunakan Aaron. Namun, kuda lain yang memang selalu dilatih untuk berperang dan perjalanan jauh.

"Hem.. Kuda ini berbeda, meski sama-sama putih dengan kuda yang sering ku tunggangi. Kenapa tidak kudaku yang biasanya saja?"

"Kudamu belum bisa ku percaya. Sudah, jangan plin plan, yang hitam atau yang putih?"

"Hem.. Terserah deh!" Ketus Aaron.

"E-li-za.." Leon mengepal erat tangan kanannya, "Pilih, kamu tahu arti memilih bukan?"

"Iya iya, yang hitam saja."

Leon menghela nafasnya berat, "Ayo naik."

"Sabar, kakak. Dia sedang hamil anakmu juga." Bisik Panther meledek.

Leon menunggangi kudanya setelah Aaron menungganginya terlebih dahulu. Panther melambaikan tangannya setelah rombongan Leon mulai bergerak.

"Pangeran, aku titip Lucas ya!" Seru Aaron membalas lambaian tangan Panther.

"Serahkan padaku, Eliza."

Rombongan mereka mulai meninggalkan gerbang istana kerajaan. Mereka harus lebih bersabar karena mereka tidak bisa menambahkan kecepatan berkuda mereka karena ada ratu yang sedang hamil.

Perlahan mereka mulai memasuki kawasan hutan yang rindang. Ini pertama kalinya, Aaron keluar dari gerbang istana dan melihat hutan serindang ini. Aaron pun terkesima melihat banyak hewan yang berlalu lalang. Tak hanya itu, ia bisa melihat sesekali kereta kuda yang berselingsingan.

"Wah ada tupai!" Seru Aaron menunjuk ke arah batang pohon melihat tupai yang sedang meloncat melewati satu per satu batang pohon.

"Wah ada rusa!" Serunya lagi.

"Wah ada kelinci dan monyet!"

Leon hanya mendengarkan ocehan dari istrinya yang duduk di depannya melihat ke sana ke mari dengan wajah riangnya.

"Unghh.." Aaron menutup mulutnya.

Leon menatap Aaron dan menghentikan laju kudanya, "Ada apa?"

"Aku mu--" Aaron tak tahan dan seketika ia turun dengan cepat membuat Leon terkesiap.

Aaron berlari menuju sisi jalan dan memuntahkan isi perutnya. Leon segera turun dan menghampiri Aaron.

"Kamu masih mual?" Tanya Leon.

Cain yang melihatnya pun langsung segera turun, "Yang mulia ratu, apakah anda tidak apa-apa?"

"Aku melupakan itu."

"Itu?" Tatap Cain bingung.

"Minyak atsiri yang selalu ku gunakan saat aku mual." Terang Aaron.

"Ah itu." Cain merogoh kantung pakaiannya, "Pelayan pribadi anda menitipkan ini." Cain memberikan sebotol kecil minyak.

"Ah ini. Pasti Metty yang memberikannya padamu bukan?"

Cain mengangguk, "Benar, ia mengatakan kepada saya untuk membawa ini sebagai cadangan jika Yang mulia ratu kehilangan atau kehabisan."

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang