Eliza mencengkeram sebuah kertas buram dengan tetesan tinta membentuk satu bait kalimat membuatnya murka. Namanya tersemat di dalam sebuah perintah khusus dari seorang tuan.
Metty mengendap-endap mencuri sebuah kertas dari balik kamar pelayan di bawah naungannya. Ia mendapatkan kertas tersebut di tumpukan buku tua dan beberapa aksesoris di atas meja. Alisnya berkerut dan matanya berkedut.
Sebelum memastikan arena yang ia datangi benar-benar aman. Ia melihat berbagai kemungkinan adanya informasi tambahan di kamar gadis pelayan baru sang ratu.
Namun, hasilnya nihil, ia hanya menemukan satu kertas dan berlalu menuju keluar kamar. Sesosok perempuan melihatnya tengah berjalan di lorong istana kemudian menyapa, "Kepala pelayan, ku pikir Anda berada di ruangan ratu." Ucapnya sembari membawa ember cucian yang akan dia cuci.
Metty dengan ekspresi normal menjawabnya, "Aku kembali ke kamarku untuk membawa sesuatu yang tak sengaja aku lupakan."
Tak ada rasa curiga pada pihak lain yang menghentikan langkahnya. Wanita tersebut memberikan anggukan kecil dan melanjutkan perjalanannya.
Metty mengatakan aman ketika tindakannya tidak dicurigai. Memasuki kamar orang tanpa seizin empunya bukanlah langkah yang benar. Namun, sebuah kesempatan langka mencari tahu rasa kecurigaan yang tertanam pada dirinya dan sang ratu. Mengetahui Yris tengah kembali untuk mengunjungi rumah kerabatnya, Metty berencana mencari tahu langsung di kamarnya.
Kertas yang ia dekap dan dimasukkan pada kantung seragamnya ia tarik dan diberikan pada Eliza. Ia sengaja meremas-remas hingga berbentuk bola sebelum sampai di tangan ratunya.
Melihat itu, Eliza membukanya dan membaca setiap barisan kalimat yang tersemat di dalamnya.
"Persetan dengan semua."
Eliza mengertakkan giginya, alisnya berkerut, pelipisnya bersikut. Sebuah tulisan tangan yang dibuat secara acak adalah rencana pemberian teh Almonila bagi dirinya.
Teh Almonila adalah sebuah obat terlarang. Ia tak berbau dan tak berasa tajam sama seperti teh biasa. Namun, efek yang disinyalir akan terasa dalam jangka panjang. Butuh setahun hingga tiga tahun sampai korban yang meminumnya akan terkena reaksi dari obat tersebut. Tidak genting hingga kematian, namun, siapapun yang mengonsumsi dalam jangka panjang, ia akan lumpuh dan hilang akal. Orang-orang tak ada yang mengira bahwa hal itu berasal dari obat dari tanaman Almonila karena tidak dapat dirasakan entitasnya. Kejahatan yang begitu besar hingga seseorang ingin mencelakainya sungguh sekedar hukuman mati tak ayal akan terasa cukup.
Ekspresi sang ratu terlihat gelap, dari semua pancar aura yang ada di sisinya adalah aura putih yang manis dan hangat, siapapun akan menyukainya. Sementara itu, aura dingin dan suram menyeruak hingga pelayannya merasa tubuhnya menggigil, pertama kali ia mendapat pancaran sangat mengerikan darinya.
Di dalam waktu dua puluh detik, sebuah tali tipis tersemat pada bibirnya. Bulu matanya berkibar dan sorotan tajam yang menggelap selama waktu itu berubah hingga pelayannya tergugup dan mulutnya menganga. Sebuah mirat indah sang ratu berwarna biru laut bertukar dengan reflektor putih seperti perak pada bola matanya. Fenomena yang sekali seumur hidupnya baru ia saksikan membuat jantungnya berdebar kencang. Hatinya menancap rasa bingung dan kagum, "Ada apa dengan mata Yang Mulia?"
Eliza memberikan pandangan lurus namun begitu dalam. Ia merasa geli di sekujur tubuhnya, gundangnya sulit mencerna, namun satu baris kata yang keluar dari bibir Eliza membuatnya diam.
"Mari ikuti permainannya."
Garis matanya melengkung sempurna, bulu matanya saling bersentuhan, sorot matanya seperti seorang psikopat yang rindu presensi mangsanya. Ratu terkena DID.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...