Makasih banyak dukungannya ^^
Makasih juga yang tetep mau stay buat ikutin ceritanya ~luv kalian~
Aku coba buat lanjut ya semoga saja tetap suka ~•'•~AUTHOR POV
Harinya telah tiba. Kontes perburuan akan segera dimulai.
Setelah melakukan perjalanan seperempat hari dari istana ibu kota. Elizabeth menyambut para wanita bangsawan yang tengah memberikan waktunya untuk menyambut sang ratu di perburuan. Hadirnya raja yang turut mengikuti kontes, membuat para partisipan ketar-ketir melihat lawan pemburuan mereka adalah manusia nomor satu di kerajaan yang sangat ahli dalam militer. Mereka merasa sudah lemas dari awal sebelum gendang permulaan perburuan dibunyikan.
Eliza duduk di kursi balkon sebuah vila milik Marquees Styvlin yang menjadi tuan rumah kontes perburuan kali ini. Karena kondisinya yang tengah hamil, maka secara khusus diberikan kursi yang sangat empuk dengan berbagai hidangan yang mewah di sekelilingnya.
Menurutnya ini terlalu berlebihan. Meskipun ia sedang hamil, ia tidak harus dimanjakan dengan terlalu mewah seperti ini. Hidangan yang ada tepat di depan matanya cukup untuk memberi makan sepuluh orang patrician yang hadir di acara ini.
Di sela waktu penyulaman. Eliza mengambil sepotong cheese cake untuk mengisi perutnya yang mulai meminta jatah. Ini masih satu jam setelah perburuan dimulai, namun perutnya sudah merasa keroncongan.
Eliza menikmati setiap gigitan cheese cake dengan selai stroberi yang manis serta ada sedikit asam membuat cita rasa lebih sempurna. Ia ingin menitikkan air mata karena akhirnya ia dapat makan normal tanpa khawatir mual atau muntah seperti sebelumnya.
'Ini adalah kemerdekaan yang sebenarnya.'
Lirihnya dalam hati sembari menikmati lelehan cheese di dalam mulutnya.
Seorang wanita bangsawan menghampiri Eliza memberikan sapaan hangat dan sedikit membungkukkan badannya di hadapan Eliza.
"Selamat siang, Yang Mulia Ratu." Sapa wanita berambut tosca dengan mata yang senada dengan rambutnya.
"Selamat Siang, Nyonya Styvlin." Sambut Eliza tersenyum hangat menyambut istri tuan rumah acara perburuan kali ini.
"Maafkan saya karena sangat telat memberikan salam saya kepada Anda, Yang Mulia." Ucap Nyonya Stvlin bernama Irene.
Eliza memintanya untuk duduk berdampingan dengannya. Mata Irene terpukau bahwa ratunya begitu memperlakukannya dengan sangat baik.
"Terima kasih, Yang Mulia."
Ia duduk berdampingan dengan Eliza lalu tersenyum anggun sembari berbincang dengan Eliza.
"Nyonya Styvlin tidak perlu risau. Aku sangat mengerti keadaan Nyonya. Tuan Stvylin sudah menceritakannya kepadaku." Jelas Eliza kemudian menawarkan makanan kepada Irene.
"Terima kasih Yang Mulia atas kemurahan hati, Anda." Tukas Irena setelah menerima satu piring berisi cheese cake yang diberikan Eliza.
Mereka berbincang cukup intens dengan sedikit gelak tawa menceritakan suatu hal dalam kehidupan rumah tangga mereka, terutama Irene. Tidak banyak hal yang harus diceritakan Eliza, namun ia menceritakan perkembangan anaknya yang kini sudah menginjak satu tahun.
"Yang Mulia Putra Mahkota sangat hebat sudah belajar berjalan." Tanggap Irene setelah mendengarkan cerita Eliza.
"Namun aku sangat khawatir ketika ia tiba-tiba berjalan dan berjatuh mengenai sudut kasur." Ujar Eliza lalu terkekeh.
"Hal wajar Yang Mulia ketika seorang bayi sedang belajar berjalan. Kedua putraku juga melakukan hal yang sama." Sahut Irene terkikik.
Pada akhirnya mereka menceritakan anak mereka dan pencapaian yang mereka lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Become A Queen?
RomanceSemua ilustrasi dari pinterest Kesamaan alur, cerita, tokoh, dan tempat, murni ketidaksengajaan Ketika seorang pemuda tak berkekurangan bereinkarnasi menjadi seorang ratu sebuah kerajaan besar dan bersanding bersama seorang raja tiran yang ditakuti...