Court

894 104 4
                                    

"Nghh..."

Aku mendesah ngilu, bagaimana bisa tubuhku sesakit ini. Jika dipikir kembali, pria itu benar-benar binatang buas. Dia tidak membiarkanku tidur dan membuatku bekerja semalaman. Aku tidak perlu menjelaskan pekerjaan itu secara rinci. Dengan kondisiku saat ini, seharusnya semua sudah tahu.

Aku memanggil seorang pelayan untuk mengambilkan segelas air yang menyegarkan. Aku tidak dapat bangun sejengkal pun dari ranjang. Aku menyesal mengikutinya dengan otak bodohku. Mengapa aku tidak berpikir cepat bahwa di otaknya aku adalah makanan yang dia dapat terkam kapan saja. Seorang pelayan mendatangiku dengan tertunduk, sepertinya dia malu melihat kekacauan ini. Manusia mana yang bercinta merusak perabotan rumah. Ya, hanya dia saja.

"Kau, tolong siapkan air hangat untuk berendam." Pintaku lemas. Aku ingin mengembalikan staminaku dengan berendam berjam-jam dalam air panas jika saja kulitku tidak melepuh. Beberapa pelayan telah masuk mempersiapkan sesuai perintahku.

Butuh tiga pelayan untuk menggotongku hingga sampai bak hangat. Jika orang-orang menganggapku begitu lemah. Kau harus mencoba bagaimana bermain dengan pria seagresif itu.

Dalam bak yang begitu hangat, tubuhku lebih rileks meskipun perasaan perih di awal namun cukup membuatku berstamina sekarang. Seorang pelayan memijat kepalaku lembut, dan beberapa pelayan lain memijat tanganku. Bahkan seorang pelayan lain merendamkan dirinya untuk memijat kakiku. Ya, beginilah cara seseorang untuk menikmati privilege yang dia dapatkan. Dengan statusku saat ini, tidak ada yang tidak mungkin untuk menyuruh seseorang menjilat tahi anjing. Namun, aku tidak setega itu membuat seseorang menjilat tahi anjing.

Setelah aku berendam lama hingga jari-jariku berkeriput seperti orang tua. Aku sudah bisa berdiri dengan kakiku. Saat ini, staminaku sudah cukup pulih untuk merenggangkan kaki dan sedikit berolahraga pagi. Tak hanya itu, aku memenuhi staminaku dengan makanan enak penuh protein dan lemak. Sebenarnya bukan kebiasaanku menghabiskan satu ekor ayam panggang, namun aku begitu terharu dapat merasakan makanan seenak ini setelah begitu lama hanya memakan ikan bakar yang terasa hambar.

"Bawakan aku ikan panggang lagi." Ucapku menyuruh seorang pelayan.

Belum cukup kenyang, aku membutuhkan makanan hingga perutku mekar seperti babi hutan.

Seorang pelayan membawakan ikan panggang yang cukup besar untuk aku makan sendiri. Namun, di tengah rasa nafsu makanku begitu besar. Seorang kepala pelayan menemuiku dan memberikanku sebuah pesan bahwa pria bernama Kim meminta pertemuan pribadi denganku. Aku sedikit terhentak karena aku lupa bahwa ada tugas lain yang perlu ku selesaikan. Tak perlu waktu lama untuk aku meninggalkan ruang makan dan pergi menuju istanaku.

Para ksatria dan pelayan menunduk ketika aku berjalan melewati mereka. Aku tidak menghiraukan mereka, aku hanya fokus pada kegiatanku selanjutnya, yaitu menemui Kim dan kita akan menemui wanita sialan itu untuk mengaku akan kejahatannya.

Sophia, saat ini dikurung dalam penjara khusus bawah tanah kerajaan. Setelah menjadi terduga dalam beberapa kejahatan,ayah mertua dengan segala hak dan kewenangannya yang ia peroleh dari Leon. Sophia dapat dengan mudah dikurung di menara ataupun di dalam penjara bawah tanah.

Namun, aku tercengang melihat wanita itu dengan seorang bayi mungil yang masih rentan di dalam penjara bawah tanah. Aku memelotot pada Kim, namun Kim menggeleng, dia tidak tahu bahwa bayi itu ada dalam penjara. Ia hanya melihat wanita itu ketika pemindahan ruangan ke dalam penjara bawah tanah.

Lalu, apakah ayah mertua yang memasukkannya ke dalam penjara? Tapi, ini berlebihan. Bagaimana pun anak itu tidak bersalah dan masih belum tentu kebenarannya bahwa dia bukanlah anak kandung Leon.

Aku bertanya pada seorang ksatria yang menjaga penjara, siapakah orang yang memerintahkan bayi itu dalam kurungan. Namun, jawaban ksatria itu membuatku berdecak kesal. Mengapa pria bejat itu begitu tidak berperasaan.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang