Ansel

2K 238 3
                                    

Maafkan author baru publish saat ini :(

Selain sibuk dengan berbagai tugas besar, lalu dihadapkan UAS kuliahan, dan mood untuk ngetiknya lagi down :(

Maaf banget ya

Author POV

Malam ini, Aaron begitu sibuk dengan barang-barang yang akan ia bawa. Ia menyiapkan beberapa setel pakaian, sepatu, dan cemilan yang mesti harus ia bawa. Aaron dibantu oleh beberapa pelayan untuk membereskan semuanya. Han membantu menjaga Lucas selama dirinya memilah-milih.

Pepergiannya besok, Aaron sebenarnya cukup kesal karena Lucas dilarang untuk ikut oleh Leon. Leon beralasan bahwa Lucas terlalu merepotkan untuk dibawa ke sana. Alasan konyol bukan? Itu lah yang dipikir Aaron. Aaron mengancam dirinya sendiri bahwa dia tidak akan jadi ikut jika tanpa Lucas. Lalu, apa jawaban Leon? Leon hanya mengatakan 'hn' sembari mengangguk. Menyebalkan bukan? Pada akhirnya, Aaron harus merasa berat hati untuk meninggalkan Lucas karena terlalu mengidam untuk pergi berjalan-jalan ke luar istana. Ia mengatakan berulang kali kepada para pelayan, pengasuh, juru masak, bahkan tukang kebun di istananya untuk menjaga Lucas sampai mereka merasa kelelahan harus menanggapi kata berulang dari Aaron, tanpa dirinya minta, mereka pun akan melakukannya. Aaron juga sampai meminta Leon memberikan ksatria yang sangat berbakat untuk menjaga Lucas secara personal di mana pun Lucas berada.

Keesokan harinya, Aaron mencium dan memeluk Lucas untuk kepergiannya bersama Leon dan rombongannya. Cain memandang Aaron miris seakan sang ratu akan pergi ke medan perang dan tidak akan pulang kembali.

"Kapten, Yang mulia raja sudah sampai di depan istana ratu." Bisik seorang penjaga.

"Baiklah."

Cain menghampiri Aaron, "Yang mulia ratu, Yang mulia raja sudah sampai."

Aaron mengusap air matanya yang hampir menetes. Akhir-akhir ini dirinya memang sangat sensitif dan moody-an semenjak ia hamil, terkadang Cain harus begitu sabar memahami suasana hati sang ratu.

"Kalian semua, jaga Lucas sebaik mungkin, sedetail mungkin, dan jangan biarkan Lucas sendirian. Jangan lupa, asupannya harus 4 sehat 5 sempurna dan mandi 2x sehari."

Mereka semua mengangguk, "Baik, Yang mulia ratu. Kami akan menjaga Yang mulia putra mahkota sebaik mungkin."

Aaron memeluk dan mencium Lucas sebelum ia benar-benar pergi, "Lucas jangan nakal, ok? Nanti mama bawakan banyak oleh-oleh untuk Lucas."

Aaron dan Cain pergi dengan para pelayan yang sudah menggotong banyak bawaan Aaron. Sesampai di depan istana, Leon terlihat sedang berbincang dengan seseorang yang merupakan asisten pribadinya.

"Kok naik ini?" Aaron mengernyit dan memanyunkan bibirnya saat melihat kereta kuda terparkir di depan istananya.

Leon menoleh setelah mendengar suara Aaron," Ada apa dengan ekspresimu?"

"Kenapa kita naik kereta kuda.." Ucap Aaron menggerundel.

Cain dan Leon mengernyit, "Yang mulia ratu, kita memang akan menggunakan kereta kuda. Apakah ada sesuatu Yang mulia?" Ujar Cain.

"Aku dengar, Leon selalu menunggang kuda saat ia pergi untuk kunjungan.." Rintihnya.

Leon mendengus, "Kamu sadar bukan jika kamu sedang hamil?"

Aaron semakin memanyukan bibirnya, "Aku ingin menunggangi kuda." Lirihnya.

"Tidak boleh."

"Aku ingin."

"Tidak."

"Aku ingin."

Para ksatria dari pasukan Black yang akan mengawal kunjungan mereka saling bertatapan satu sama lain. Ia begitu heran melihat tingkah dua orang kasta tertinggi di hadapan mereka. Mereka juga sudah mengetahui kehamilan sang ratu karena mereka harus menjaganya atas perintah Leon karena sudah bersumpah melayani dan tidak mengkhianati perintah sang raja.

Leon mengusap wajahnya dengan kasar, "Kamu sedang hamil, E-li-za."

"Tapi aku ingin. Ini juga keinginannya." Balas Aaron dengan lirih sembari mengelus perutnya.

Leon menarik nafasnya berat, "Panggil Panther kemari dalam lima menit. Beritahu dia, jika dia lebih dari lima menit akan ku panggang kelinci kesayangannya." Perintahnya kepada salah satu ksatrianya.

Tak butuh waktu lama, Panther datang dengan nafasnya yang tersengal-sengal, "Kakak brengsek!" Teriaknya. Ia berlari dengan sekuat tenaga setelah Leon memberikannya ancaman.

"Ah, kamu sudah datang." Ucap Leon menoleh.

"Kakak brengsek! Tidak usah bawa-bawa Coco dan Cici."

"Kamu akan mengabaikan ucapanku jika aku tak mengancam kelincimu itu."

"Cih, ada apa kamu memanggilku?" Tanya Panther malas.

"Dia ingin menunggang kuda, apa bisa?" Ucap Leon sambil melirik Aaron.

Panther mengerutkan dahi, "Eliza? Serius? Dia sedang hamil."

"Aku ingin aku ingin aku ingin aku ingin aku ingin aku ingin." Racau Aaron.

"Eliza, kemauanmu ada-ada saja." Dengusnya, "Ya sudah, asal hati-hati dan jangan terlalu cepat. Jika dia sudah kelelahan, segera berhenti untuk istirahat dan pindah ke kereta kuda." Jelas Panther.

"Apa akan baik-baik saja terhadap dirinya dan janin dalam perutnya?" Tanya Leon.

"Selagi berhati-hati dan tidak terlalu berlebihan, itu akan baik-baik saja. Tapi, dia tidak boleh menunggang sendiri, kakak harus dampingi dia." Terangnya.

Aaron melotot, "Tapi aku bisa menunggangnya sendiri. Aku akan pelan-pelan."

"Tidak, Eliza. Jika kamu ingin menunggang kuda, jangan sendiri. Jika tetap bersikukuh ingin sendiri, kamu lebih baik tidak usah ikut." Jawab Panther.

Aaron cemberut, "Hem. Terserah." Ia membuang muka.

"Ibu hamil memang mengerikan." Gumam Panther.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang