Mulai

1.1K 125 4
                                    

"Mana nungkin saya tidak senang, Yang Mulia. Saya bertanya-bertanya kemana Anda pergi dan bagaimana keadaan Anda. Sa-saya turut bertanggung jawab karena saya yang meminta kepada Yang Mulia untuk berlibur ke Marstan." Dia berbicara dengan mata berlinang.

'Cih, perempuan sialan. Drama apa lagi?' Decakku kesal melihat tingkah dramatisnya.

"Kamu yakin?" Aku memandang Sophia dengan tatapan mengejek padanya. Hatiku sudah memberontak untuk berlaku baik pada orang yang berusaha menggulungkanku bahkan menyakiti orang-orangku.

'Sampai kapan makhluk ini hidup?' Batinku.

"Tentu saja, Yang Mulia. Tapi saya senang Anda kembali selamat. Benarkan, sayang?" Dia mengelus perutnya yang sudah membesar. Sudah berapa lama dia mengandung? Tujuh bulan atau lebih? Masa bodoh. Aku tidak peduli bahkan jika dia mengandung selama 10 tahun aku tidak peduli.

Aku tak menghiraukan Sophia. Ah, iya. Kesempatanku.

Aku menatap Leon. Mengalungkan tanganku di leher jenjangnya. 'Tahan, meskipun aku jijik bersikap seperti ini.'

"Yang Mulia, apakah Anda merindukan saya?" Ucapku dengan intonasi menggoda.

"Saya merindukan, Anda. Selama saya hidup di tempat yang gelap. Saya rindu sosok Yang Mulia bersama saya." Sambungku lalu tanganku bergelayut di lengannya.

"Saya bertanya-tanya berapa lama saya kesepian saat itu. Saya hampir saja menangis karena rindu pada Anda."

Aku bisa melihat wajah masam Sophia dari sudut mataku. Ya, aku suka membuat orang itu marah. Marahlah, dengan itu aku akan menghancurkanmu, Sophia.

"Yang Mulia, maukah Anda menemani saya malam ini.  Saya akan menghangatkan..." dengan setengah berbisik aku mengatakannya, "Ranjang Anda."

Semua terbelalak bahkan Kim Seok menatapku tak percaya. Aku sudah seperti gadis bordil bukan yang sedang menggoda pelanggannya. Masa bodoh, aku hanya fokus untuk membuat gadis itu murka. Ayo tunjukkan lebih teruk wajah masammu itu.

"Kau yakin? Datanglah ke kamarku malam ini. Sesuai ucapanmu. Hangatkan ranjang dinginku." Suara berat nan serak itu membuatku mendesir. 'Apa ini? Mengapa Leon membalas tawaran palsuku. Dia hanya bercanda bukan?'

"Baik, Yang Mulia sesuai permintaan Anda. Saya tunggu di ruangan Anda."

Dia mengecupku, "Hn. Pergi ke kamarku aku akan segera menyusul."

Aku mematung. Mengapa dia begitu cepat bertindak?! Aku hanya memancing Sophia! Mengapa kau yang terpancing denganku?!

"Ehem, ba-baik. Saya permisi." Aku keluar dengan malu. Aku berusaha bersikap dengan normal.

'Arghhhhhh! Aku ingin menjadi batu! Aku terlalu malu melihat orang-orang!'

Aku tak tahu mengapa. Aku benar-benar berakhir di kamar Leon. Leon tidak akan melakukannya bukan? Hei, aku hanya menggoda Sophia bukan benar-benar ingin menghangatkan ranjang Leon. Bagaimana ini? Bisakah aku kabur?

"Yang Mulia, saya akan membantu mengganti pakaian Anda." Ucap seorang pelayan.

"Hn." Jawabku.

Aku mengganti pakaianku dengan pakaian tidur. Meski sebelumnya aku protes pada mereka yang akan memakaikanku busana tipis yang sangat menggoda.

Krettt

Suara pintu terdengar. Aku melihat sosok seorang pria siapalagi jika bukan Leon. Jantungku berdegup kencang. Aku harus menjelaskan kepada Leon bahkan aku tidak sungguh-sungguh melakukannya.

"Leon.." Ucapku padanya.

Dia melihatku, "Hn.".

"Perihal tadi, aku hanya bercanda. Aku hanya ingin melihat orang-orang terkejut karena sikapku." Terangku berharap Leon paham apa yang ku maksud. Tetapi dia hanya diam dan berjalan ke arahku.

Leon mendekat hingga aku terus melangkah mundur dan terduduk di atas kasur. Aku menelan air salivaku. Apa yang dia lakukan? Mengapa jarak kita terlalu dekat? Aku pengap. Aku bisa mendengar suara nafasnya dengan sangat jelas.

"Lalu, apakah aku terlihat bercanda?" Ucapnya menatapku tajam.

Dia serius. Dia terlihat sangat serius.

"Leon, ta-tapi--"

Dia mengecup tengkukku.

"Aku serius menginginkanmu."

Kemudian dia berbisik, "Hangatkan ranjangku. Buatkan keturunanku, Aaron."

Aku terbelakak ucapannya yang berat membuat tubuhku memanas. 'Apa-apaan ini?!! Mengapa aku tergoda dengan ucapannya?!'

Perlahan-lahan dia mengecup tubuhku. Aku menahannya. Meskipun aku mencoba memberontak, kekuatan ototnya tak bisa aku tahan. Aku bisa melihat manik-manis keemasan di kedua matanya. Itu tandanya dia sedang bernafsu. Bagaimana ini? Terakhir kali aku melakukannya ketika aku mabuk. Aku tidak siap jika aku melakukannya dalam keadaan sadar.

"Leon, tahan dulu. Akuuu--"

Dia menciumku dengan kasar, dia membungkamku dengan ciuman.

"Ehmhshhh. . Leon berhenti."

Leon semakin menekanku. Dia berusaha meraba-raba tubuhku.

"Aku mengingat apa yang membuatmu tidak berdaya." Bisiknya setelah menghentikan ciumannya.

Dia mendekat seraya berkata dengan suaranya yang khas, "Aku mulai." Lalu dia menyeringai padaku.

Mataku terbelalak. Pertama kali ku lihat dia menyeringai seperti itu. Jantungku akan meledak!

'Siapapun tolong aku!!!!!'

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang