Warm

1.1K 111 0
                                    

Akhir-akhir ini aku kelelahan. Bagaimana tidak, dalam satu waktu aku harus menelaah laporan-laporan bersamaan dengan menghadiri acara perjamuan dengan para tamu.

Setelah aku kembali ke istana. Bukan berarti aku terbebas dari banyak pekerjaan. Banyak pekerjaan yang telah ku tinggalkan dan harus ku selesaikan dalam beberapa hari. Bahkan, aku harus melepaskan waktu bermainku bersama Lucas dan latihan seperti yang biasa ku lakukan.  Untung saja, ada Kim yang menggantikanku sementara waktu untuk bermain dan menjaga Lucas.

"Yang Mulia, berikut beberapa undangan yang menginginkan Yang Mulia untuk hadir." Ucap sekretarisku bernama Lidyana.

"Undangan darimana saja?" Tanyaku yang masih sibuk dengan berkas-berkas yang ku baca.

"Ada dua dari instansi pemerintahan kerajaan, tiga dari acara amal, dan satu acara perayaan ulang tahun putra mahkota Huoussenberg." Ujar Lidya menjelaskan.

Aku memandang Lidya dengan bingung, "Putra Mahkota Huoussenberg? Maksudmu Ivan teman Yang Mulia?" Maafkan saja, sudah lama berlalu sehingga aku sedikit ragu karena lupa.

"Benar, Yang Mulia." Ucap Lidya.

"Dia mengundangku secara resmi ataukah pribadi?" Tanyaku pada Lidya.

"Itu... Beliau mengirimkan secara pribadi untuk Anda." Sahut Lidya.

Aku menggeleng, "Tolak. Aku hanya datang untuk undangan resmi bukan pribadi." Jelasku kemudian aku melanjutkan kembali mengerjakan pekerjaanku.

"Baik, Yang Mulia." Lidya pamit lalu kembali ke mejanya.

--

Huaaaa aku selesai mengerjakan seluruh pekerjaanku hari ini. Punggungku terasa pegal dan mataku sakit melihat banyak sekali tulisan tangan yang berusaha menyaingi tulisan dokter di lembar laporan yang ku terima.

'Sepertinya aku harus mewajibkan semua orang menggunakan mesin ketik.' Pekikku. Bagaimana tidak, tulisan mereka benar-benar buruk. Sudah penuh dengan tinta, tulisan sambung mereka berantakan. Masih mending aku berusaha membacanya. Jika saja aku pengajar seperti di kampus lamaku. Mereka sudah mendapat nilai E untuk semua pekerjaan mereka. Aku akan memerintahkan Lidya untuk membuat kebijakan itu menjadi titah resmi dariku.

"Yang Mulia, izinkan saya berpendapat bahwa mesin ketik bukan sesuatu yang mudah dimiliki oleh para bangsawan karena harga yang melambung dan keterbatasan unit yang di edar di pasar." Terang Lidya padaku.

"Lalu? Apakah bangsawan itu tidak mampu membeli setelah mendapat banyak pajak dari rakyat dan investasi mereka di berbagai bisnis yang ada? Bahkan perekonomian kerajaan kita sudah semakin baik hari demi hari hingga mencapai angka tinggi dan teratas dari kerajaan-kerajaan lain di seluruh benua." Timpalku pada Lidya. Meskipun permasalahan ekonomi bangsawan bukanlah pekerjaanku tapi aku cukup jeli melihat berita-berita yang ada.

"Tetapi untuk izin edar beserta unit--"

"Menurutmu siapa yang memberikan izin atas keterbatasan unit? Tidak ada. Raja kita yang memberikan mereka izin usaha namun tidak ada aturan bahwa unit mereka harus terbatas. Mereka hanya bermain untuk menjadikan produk itu langka. Berikan perintah bagi para pelaku usaha untuk memperbanyak unit karena perintahku. Jika tidak, akan ku cabut izin usaha mereka dan menggulungkan bisnis yang telah mereka jalankan." Terangku

"Ba-baik, maafkan atas kelancangan saya sebelumnya, Yang Mulia. Saya akan melaksanakan seperti perintah Anda." Ucap Lidya.

"Dan satu lagi, tidak ada alasan bagi para bangsawan untuk melawan perintahku hanya karena keterbatasan unit. Jika ada satu orang yang tidak setuju, cabut saja gelar mereka." Ketusku.

Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku. Aku memutuskan untuk menemui Kim dan Lucas. Seperti perkiraanku, Lucas adalah penawar penatku setelah seharian bekerja. Aku memeluk bayi itu dan tanpa sadar Lucas meronta karena pelukanku.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang