Who is He?

2.2K 282 22
                                    

Mereka berempat berleha-leha di ruangan besar nan megah ini sembari menggoda sang raja yang terus mendecak kesal dengan wajah datarnya seakan ia tak peduli dengan ucapan sekawanan sahabat durhakanya.

"Yang mulia raja, Yang mulia ratu datang berkunjung.."Tutur seorang pelayan sembari memberikan hormat kepada Leon.

"Wohh.. Yang mulia ratu datang ke sini?"Robert melongo lalu merapikan dirinya dan berdiri dari duduknya.

"Benar, Tuan Housenbert."

"Biarkan dia masuk."Ujar Leonardo.

Sang pelayan pamit dari hadapan raja dan tak lama membukakan pintu besar nan tinggi itu memberi hormat kepada sang ratu yang sudah berdiri di depan pintu besar sedari tadi. Aaron masuk perlahan, melihat ke sekeliling ruangan dengan kedua bola matanya dan berdecak kagum melihat bangunan yang begitu besar nan luas. Kekaguman Aaron terbuyarkan oleh suara parau nan berat khas Leonardo.

"Ada apa kamu datang kemari?"Tanya Leon dengan tatapan tajam seakan menembus ke dalam kedua bola mata Aaron.

"Salam hormat Yang mulia raja, kedatangan saya kemari mungkin kurang tepat, karena saya dengar anda baru saja menyelesaikan rapat. Namun, kedatangan saya kemari hanya ingin menanyakan mengenai perkembangan dari dari ide saya."Jawab Aaron.

"Bagus."Jawab Leon dari pertanyaan Aaron dengan singkat.

Aaron ingin sekali menghela nafas panjang dan berat atas ucapan Leon yang tak ada basa-basinya, "Bagus itu seperti apa, Yang mulia?"Aaron mulai menenangkan dirinya agar suaranya tak menyiratkan bahwa dia kesal.

"Bagus, ya bagus."Jawaban Leon membuat siku di pelipisnya.

"Yang mulia, karena hari ini kita membatalkan kunjungan ke desa Lyuwon. Apakah saya bisa pergi ke sana bersama Lucas tanpa Yang mulia nanti?"Tanya Aaron.

"Tidak. Kamu diam di istana. Jangan pernah berani pergi ke sana."Ucap Leon dengan suara bassnya seakan mempertegas dan mengancam jika berani untuk melanggar.

Robert dan Rosandro dengan kompak menyentuh pelipisnya dengan telunjuk mendengar percakapan dua orang dengan kasta tertinggi di kerajaan. Cain pun yang sedari tadi berdiri hanya menghela nafas berat dengan mata terpejam.

"Mulai lagi deh Leon.."Batin Cain.

Aaron memang sudah kesal apalagi saat ini ia sedang datang bulan membuat ia mudah sekali terpancing emosi. "Tahan Aaron tahan.. Kalo kamu marah, hidupmu yang terancam."Batin Aaron menenangkan dirinya yang sebentar lagi akan meledak.

"Baik Yang mulia. Namun, saya harap, saya mendapat informasi perkembangannya dengan lebih terperinci."Ujar Aaron.

Bruak~

Serempak mereka menoleh ke sumber suara keras yang baru saja mereka dengar. Aaron mengerutkan kening melihat siapa dalang atas suara bruak yang dia dengar barusan, "Siapa?"Batin Aaron. Aaron memerhatikan dengan lebih intens terhadap lelaki tinggi bersurai hitam legam dengan mata biru maya. Lelaki itu sedikit mirip dengan Leonardo, pikir Aaron.

"Panther?"Robert terbelalak seakan tidak percaya dengan sosok laki-laki yang ia lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Panther?"Robert terbelalak seakan tidak percaya dengan sosok laki-laki yang ia lihat.

"Panther? Namanya sejenis macan kumbang?"Pikir Aaron.

"Kalian sedang di sini rupanya! Pantas saja aku mencari kalian di ruang biasa tidak ada."Ujar laki-laki yang dipanggil Panther.

"Kenapa kamu sudah kembali?"Sekarang suara Leon yang menggema.

"Kakak.. kamu begitu dingin terhadap adik semata wayangmu ini. Apa jangan-jangan.. kakak tidak mengharapkan aku pulang?"Laki-laki yang Aaron lihat begitu ekspresif berkebalikan dengan Leon.

"Ternyata dia adiknya Leon? Kok aku baru tahu dia punya adik?"Batin Aaron.

Leon enggan menjawab. Mata Panther melihat ke arah Aaron dengan memiringkan kepalanya, "Siapa gadis ini?"Tanya Panther menunjuk dengan telunjuk tangan kanannya.

"Kamu tidak sopan sekali, Panther. Beliau Yang mulia ratu."Ucap Robert mencibir.

"HAH?! RATU?!"Teriakan Panther membuat telinga Aaron sakit dengan suara tenornya karena Panther tepat sekali berteriak di dekat telinganya.

"KAMU RATU?! SEJAK KAPAN?! INI PERMAINAN APALAGI?! APA KAMU DIJANJIIN SESUATU OLEH KAKAKKU HINGGA KAMU MAU BERSANDIWARA?!"

Telinga Aaron lama kelamaan akan tuli jika laki-laki ini terus berteriak tepat di telinganya.

"Panther, kamu bisa menyakiti telinga Yang mulia ratu!"Seru Robert mendatangi dan menyela diantara mereka berdua.

"Ini sungguhan?! Kakak! Kenapa kamu tidak mengabariku jika kamu sudah menikah?! Kamu tega sekali!"Ketusnya.

"Apa hubungannya denganmu."Jawab Leon santai.

"KAKAK! Aku belajar di benua sebrang dan sekarang aku sudah bisa menjadi dokter di usiaku yang masih muda, tapi kamu diam-diam menikahi seorang gadis dan menjadikannya ratu?! Gila.. apa kamu.. jangan-jangan.. kamu menghamili gadis ini sehingga diminta pertanggung jawaban?! No.. no.. kamu tidak akan sampai sebodoh itu!! Arghh!! Aku tidak bisa berpikir jernih!"Rancau Panther memegang kepala dan menggeleng-geleng tak karuan.

Robert yang saat ini berdiri diantara Aaron dan Panther mengenyit heran dengan kelakuan adik sang raja, "Kakakmu memang sudah menghamili dan punya bayi."Ujarnya.

"HAH?!! BAYI?! MAKSUDMU ANAK KANDUNG DARI KAKAK?!"Teriakannya saat ini bukan membuat telinga Aaron sakit, namun telinga Robert yang saat ini menjadi korbannya.

"KECILKAN SUARAMU, BODOH!"Teriak Robert.

"Kakak.. punya anak? Jadi, kakak memang menghamili seseorang? Jadi aku sudah menjadi paman? Aku punya keponakan..?"Gumam Panther menggigit ibu jarinya.

"...Aku jadi paman di usiaku ke 20? Kado yang luar biasa sekali untuk keberhasilanku menjadi dokter."

Mata Panther saat ini menatap tajam ke arah Aaron, "Namamu siapa? Dari keluarga mana? Berapa usiamu? Apa kamu menjebak kakakku? Kamu hanya mau tahta ratu saja kan? Kamu pasti memberi pil perangsang ke dalam minuman kakaku kan hingga ia bisa menghamilimu?"Cerca Panther menghardik Aaron.

"Gila saja, memangnya aku mau melakukan hal itu?!"Seru Aaron dalam hati.

"Panther, kamu sangat tidak sopan! Yang mulai ratu tidak melakukan itu semua! Dia memenangkan seleksi ratu yang diadakan dua tahun lalu. Jadi berhenti mengatakan omong kosong!"Bentak Robert geram mendengar lontaran Panther.

"Pemilihan ratu? Kalian semua.. Benar-benar mengabaikan aku sebagai anggota kerajaan.."

Rosandro menghembuskan nafasnya berat, "Sudahlah, saat ini kamu sudah kembali. Selamat atas kelulusanmu menjadi dokter."Ucap Rosandro.

"Terima kasih atas kado kejutannya, SEMUA!"Jawab Panther menekankan kalimat akhir.

"... Aku ingin melihat anakmu, mungkin saja dia bukan anakmu kak!"Ketus Panther.

"Cih.. tidak mungkin Panther, dia memang anak kakakmu."Cibir Robert.

"Siapa yang tahu.."Jawab Panther mengangkat bahunya.

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang