War (3)

865 94 3
                                    

Seorang pria dengan surainya yang memutih terbangun dari koma yang cukup panjang. Selama dirinya koma, tidak ada seorang pun yang tahu kecuali keluarga kerajaan. Jari-jarinya yang bergerak, matanya yang mulai terbuka perlahan menelusuk ruangannya dengan bantuan cahaya matahari yang menerangi ruangan kamarnya.

Seorang pelayan yang sedang bertugas membuka tirai. Menatap erat jari-jarinya yang bergerak. Dia mengusap matanya beberapa kali hingga akhirnya dia mendekat dan memanggil kepala pelayan.

"Kepala pelayan! Yang Mulia Raja telah bangun!"

Seluruh pelayan pribadi raja beserta butler memasuki ruangan. Seseorang telah memanggil dokter terbaik kerajaan dan anggota kerajaan lainnya atas bangunnya sang raja.

"Apa kau serius Yang Mulia telah bangun?" Tanya wanita muda seorang selir putranya, Vanedict.

"Eungh..."

Sang raja mendesah pelan. Kepalanya terasa berdenyut dan tubuhnya sangat lemas. Meskipun dia berusaha membuka matanya, namun cahaya yang tiba-tiba masuk terlalu menyakitkan baginya.

"Dokter, periksa Yang Mulia." Butler yang telah datang mendampingi sang raja di ruangan. Seorang pria yang tertua di antara semuanya mendekati sang raja dan memeriksanya.

"Yang Mulia Raja sudah sangat membaik. Namun beliau harus beristirahat untuk pulih dengan sempurna."

Dokter pun memberikan resep obat dan vitamin untuk membantu pemulihan raja.

"Yang Mulia, apakah Anda sudah merasa lebih baik?"

Seorang sekretaris pribadi raja yang berdiri sedari tadi bertanya. Ada rasa cemas dan bahagia bersamaan yang dia rasakan.

"Hn..."

Hanya gumaman pelan sebagai balasan. Dia belum bisa berinteraksi dengan orang-orang.

---

"Kita harus pergi ke perbatasan sekarang, Yang Mulia."

Ajudan pribadi menghampiri Ivan yang tengah membaca peta di ruang kerjanya. Dia sedang mencoba mencari jalan untuk melarikan diri dari kekacauan.

'Setelah bunyi genderang. Aku harus segera pergi.'

Pria tak bertanggung jawab. Menyulut kobaran api yang padam. Hanya secuil nyali yang ada.

Ivan begitu percaya diri, peperangan akan ia menangkan. Dia sudah mengumpulkan segala kekuatan dan dia akan pergi menjaga dirinya untuk merayakan kemenangan.

"Kita harus bersiap untuk menyambut lawan."

Ivan menyeringai.

Seorang pelayan mengetuk pintu ruang kerja. Dia datang membawa berita tentang kabar raja yang telah bangun.

Ivan sedikit terbelalak namun tertutupi dengan raut wajahnya yang datar.

"Baiklah, aku akan menemui ayahku." Ucapnya berdiri kemudian meninggalkan ruangan.

"Ingat, berita raja yang koma dan bangun tidak boleh sampai publik tahu, kalian mengerti?"

Ivan dengan sengaja memerintahkan kepada para bawahan kepercayaannya untuk menutupi kehidupan sang raja. Raja hanya dikabarkan sakit dan mendapat perawatan di istana. Namun, tidak ada yang tahu bahwa raja tidak berada di istana melainkan di suatu tempat kecil yang tidak terlalu jauh dari istana pusat.

---

Seminggu kemudian

Pasukan Moonnariggh telah bersiap. Begitupun dengan para pasukan Houssenburgg telah berada di garda depan. Mereka berdiri tegap, menunggu genderang perang untuk memulai.

Leon telah menggunakan jubah besinya yang sangat kuat dengan wajahnya yang begitu bersemangat. Kuda hitamnya yang tinggi dan besar dilengkapi perlengkapan perang terbaik kerajaan. Tangan Leon berkedut, dia tidak sabar ingin membelah setiap syaraf yang memuncratkan darah segar di pedangnya.

Calvin, seorang panglima perang yang bertugas melindungi raja. Dia melirik sang raja dengan senyum tipis. Sedikit aneh melihat seorang penguasa yang ketagihan dalam berperang.

"Yang Mulia, semua telah siap. Dan kabar mengenai Yang Mulia Ratu. Belum ada yang melihat Yang Mulia Ratu hingga saat ini, Yang Mulia."

Seorang ksatria menghampiri Leon setelah semuanya telah siap dimulai.

"Tetap pantau kabar ratu."

Ksatria itu mengangguk, "Baik, Yang Mulia."

"Calvin, bagaimana dengan Vanedict? Apa dia telah muncul?"

Leon bertanya pada Calvin yang masih berdiri di sampingnya yang hendak menaiki kuda cokelat miliknya.

"Ya. Dia sudah datang di markasnya beberapa waktu lalu."

Ujar Calvin menerangkan.

"Jangan ganggu aku untuk memotong lehernya."

Sahut Leon dan memecut kuda hitamnya berlari.

"Baik, Yang Mulia."

Leon maju pada barisan terdepan. Didampingi oleh Calvin dan para panglima perang yang telah memenuhi posisinya masing-masing selama beperang.

Leon memandang Ivan. Penghinaan baginya seorang raja menemui wakil raja sebagai pemimpin perang. Sedikit janggal melihat raja Houssenburgg tidak memulainya. Ada sesuatu yang pria itu sembunyikan di belakangnya. Raja yang bijak dan damai membuat kekacauan untuk memulai peperangan. Tidak sesuai citranya yang dia buat.

"Vanedict, neraka tidak cukup bagimu. Aku akan mengirimu ke dalam kerak neraka.."

Ivan tersenyum hina, menganggap ucapan Leon sebagai lelucon.

"Jika aku harus pergi ke dalam kerak neraka. Eliza yang akan menjadi permaisuriku di alam sana."

Ivan tertawa mencemooh Leon. Guratan besar di pelipisnya menekan kulitnya.

Suara genderang perang mengiringi kedua pasukan yang memenuhi benua.

"Aku akan membunuhmu, Vanedict."





Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang