Kenapa

2.1K 235 17
                                    

Ges, aku cuman ngga update sehari ya, dulu bilangnya tanggal 25 yang ngga akan update jadi pas tanggal 24 update dua kali dan di tanggal 25 sekali. Jadi 26 ngga ada update. Hari ini, aku update seperti biasa.

Sudah dua minggu, Sophia menjadi selir dari Raja Moonnariggh. Kehadiran Sophia membuat pihak istana dan rakyat Kerajaan Moonnariggh riuh. Mengangkat Sophia menjadi selir dari sang raja yang ditakuti dan bahkan enggan saat awal ia menjadi raja untuk memilih ratu jika para anggota istana tidak mendesak dan melakukan seleksi pemilihan ratu dengan berbagai penilaian yang cenderung seleksinya dibuat oleh Robert dan Rossandro menjadi bahan pembicaraan selama dua minggu ini. Apalagi sang raja membebaskan para tawanan dari anggota istana Kerajaan Olirian terdahulu yang dipilih oleh Sophia untuk menjadi pelayan, penasihat, dan dayangnya. Bahkan saat Sophia ingin pergi kemana saja, ingin apa saja, Leon hanya mengiyakan keinginannya. Cain sendiri sempat membantah bahkan mengecam tindakan Leon yang menurutnya sudah berlebihan. Cain merasa, raja begitu memanjakan selir barunya dibandingkan ratu yang sudah begitu baik dan menghormati sang raja. Bahkan, sang ratu sudah melahirkan keturunan bagi raja demi penerus generasi selanjutnya dan begitu peduli dengan putra mahkota. Ratu sendiri dulu sempat dicegah Leon untuk pergi kemana saja. Leon hanya mengizinkan sang ratu untuk melakukan apa saja jika masih di sekitar istana kerajaan.

"Leon, sialan!" Umpatnya ketika ia sempat bercekcok dengan Leon di ruang kerja raja bahkan disaksikan oleh kedua sahabatnya yang mencoba menenangkan Cain.

"Cain, tahan.." Lirih Robert dibantu Rossandro menahan Cain yang hendak melayangkan pukulan terhadap Leon.

"Kalian semua! Kalian semua tidak tahu apa yang dirasakan ratu!" Ucapnya membentak dan mencoba melepaskan pegangan dari kedua sahabatnya.

"Cain! Ingat! Itu keputusan Leon. Ratu pun memahami itu." Ucap Robert tetap menahan Cain.

Cain memelotot, "Apa? Ratu memahami itu? Kamu gila, sialan?!"

"Cain, kamu kenapa seperti ini? Ingat! Kamu di dekat ratu untuk mengawasi ratu. Kenapa kamu jadi berpihak kepada ratu?!" Seru Robert menatap tajam ke arah Cain.

"Kenapa? Aku bersyukur Leon memerintahkanku untuk mengawasi ratu. Aku menjadi tahu bagaimana baiknya ratu, bagaimana ia memikirkan raja, bagaimana ia memikirkan perasaannya kepada raja. Aku menjadi tahu. Meski ia tegar tapi ia tetap wanita."

Cain merasa lututnya lemas, ia memikirkan takutnya sang ratu benar-benar akan pergi. Ia selalu teringat dengan ucapan ratu yang mengatakan ia bahkan rela untuk meninggalkan dan turun tahta demi seseorang yang Leon cintai.

"Leon, apa kamu benar-benar mencintai wanita itu? Kenapa bukan ratu?" Batin Cain.

Cain sangat menghormati sang ratu, bahkan jika sang ratu benar-benar pergi dari istana. Ia akan memohon kepada Leon untuk menahan ratu. Namun, jika Leon benar-benar melepaskannya, Cain akan dengan senang hati akan mundur dari Kapten Ksatria Pasukan Black untuk melayani ratu dengan berbagai resikonya.

Rossandro menatap Cain empati, ia merasa sahabatnya benar-benar menghormati sang ratu bahkan Cain berani untuk berteriak langsung di depan Leon. Rossadro mengusap punggung Cain mencoba menenangkan, "Cain, aku memang tidak tahu apa yang ratu rasakan. Tapi, aku yakin jika ratu benar-benar mencintai dan menghormati raja. Ia akan berlapang dada dan mengerti, ini sudah menjadi resiko jika ia menjadi ratu untuk menyembunyikan perasaannya dari rasa kecemburuan. Kamu juga tahu itu. Bahkan, dulu kamu yang lebih paham itu."

"Ah? Mengerti? Berlapang dada? Kalian semua memang sialan!"

Cain menepis kedua tangan sahabatnya, ia memilih pergi dari sana dan menenangkan dirinya yang sedang terbakar emosi. Ia berjalan ke sekitar danau dekat istana dan duduk di bawah pohon rindang sembari menyender di batang pohon dan memejamkan matanya menikmati tiupan angin dan suara daun yang terkena hembusan angin.

"Yang mulia ratu mengingatkanku dengan ratu Iribella."

Di lain tempat, Aaroon merasakan tubuhnya lemas dan lelah. Ya, pagi ini ia tiba-tiba saja sudah merasa kepalanya pening dan ia merasa mual.

"Haduh, aku kenapa lagi?"

Ia duduk di depan kloset setelah ia memuntahkan isi perutnya yang belum terisi apapun.

Tok tok tok

"Yang mulia, apakah anda di dalam?" Tanya Metty dari luar. Metty baru saja masuk kamar Aaron dan tidak mendapati ratunya di ranjang

"Iya, Met. Sebentar."

Aaron mulai bangkit meski ia merasa lemas, bibirnya bahkan terlihat pucat, dan di wajhnya terlihat kantung mata seperti orang yang kelelahan.

Aaron membuka pintu dan melihat Metty sedang membuka tirai dan jendela di kamarnya. Metty menoleh ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, "Selamat pagi, Yang mulia."

Aaron tersenyum tipis, "Pagi, Met."

Mata Metty menyipit melihat sang ratu terlihat lemas dan pucat, "Yang mulia, anda terlihat tidak baik-baik saja."

Metty segera menghampiri sang ratu. Aaron menggeleng tipis, "Aku hanya tidak enak badan saja, Met, mungkin masuk angin. Aku ingin tidur lagi sebentar." Tukas Aaron.

"Baiklah, Yang mulia. Apakah latihan hari ini akan dibatalkan saja dengan Kapten Louiton?"

Aaron mengangguk, "Tolong ya dan tolong bilang kepada Kapten Louiton, aku minta maaf karena akhir-akhir ini aku sering membatalkan latihan."

Metty mengangguk, "Baik, Yang mulia."

"... Yang mulia, saya juga akan memanggil dokter untuk memeriksa anda."

Aaron menggeleng cepat, "Tidak usah. Tolong kamu buatkan saja jahe madu. Chef Lyla sudah ku ajarkan membuatnya."

"Ta-tapi--"

"Tidak apa-apa, tolong buatkan saja itu, Met." Timpal Aaron memotong kalimat Metty.

Metty mengangguk, "Baik, Yang mulia." Metty segera keluar ruangan dan menuju dapur istana.

Oaa.. Oaa.. Oaa..
Tak lama Aaron menidurkan tubuhnya di kasur, ia mendengar suara Lucas yang sedang menangis. Aaron seketika langsung terbangun dan memijat pelipisnya, ia segera bangun dan menuju ke ranjang Lucas. Aaron langsung menggendong Lucas dan menimang-nimangnya. Aaron juga mencoba untuk menawarkan asi kepada Lucas, namun ia merasakan sakit di putingnya saat Lucas menghisapnya.

"Aw.. sakit.." Pekik Aaron. Ia tanpa sadar melepaskan Lucas dari putingnya.

Lucas menatap lirih ibunya yang tiba-tiba melepaskan salah satu sumber makanannya, "Lucas, maafkan mama. Tapi itu sangat sakit."

Lucas merengut dan mulai menangis lagi. Aaron menjadi merasa merasa bersalah karena ia barusan menolak Lucas untuk meminum asinya.

"Ok.. Ok sayang." Aaron memaksakan dirinya, ia mulai memberikan lagi Lucas asi meski benar-benar terasa sakit.

"Tumben sekali. Padahal Lucas tidak gigit."

Tak lama, Metty datang beserta Han. Mereka berdua melihat ratu dan putranya sedang duduk di kursi yang berselunjur sembari sang ratu sedang menyusui putra mahkota. Metty menaruh minuman yang dipesan Aaron di meja dan Han menghampiri keduanya.

"Selamat pagi, Yang mulia." Salam Han kepada Aaron.

"Pagi.."

Aaron menahan rasa linunya hingga matanya mengernyit. Ia ingin segera menyudahi sesi menyusuinya namun ia tidak mau Lucas menangis lagi.

"Yang mulia, wajah anda begitu pucat." Han menatap ratu khawatir, "Biarkan hamba saja yang menggendong putra mahkota. Putra mahkota saat ini sudah mulai tenang."

Aaron mengangguk pelan, "Tolong jaga Lucas ya."

Aaron mulai menidurkan tubuhnya di kasur ketiga kalinya. Namun, rasa mual dan lemasnya tetap ia rasakan. Aaron meminta Metty membawakan minuman yang ia pesan dan Metty memberikannya kepada Aaron. Aaron merasa eneg mencium bau jahenya yang menyerbak, ia rasa penciumannya semakin sensitif.

"Aku kenapa?"

Do I Become A Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang