"Assalamualaikum, pagi, nek!" sapa seorang pria melangkah mendekati wanita yang usianya nyaris seabad itu.Wanita yang disebutnya nenek itu tersenyum ramah. "Waalaikumussalam," jawabnya senang dengan kedatangan si pria.
Dia selalu menyukai pria satu itu. Pria yang hampir setiap hari tak pernah absen berkunjung.
Pria itu mengambil posisi duduk ke sofa disebelah sang nenek usai menjabat tangan seperti biasanya. Anak yang sopan."Om sama Tante dimana, nek?" Ia bertanya sembari mengedarkan pandangan mencari dua orang yang dimaksud.
"Danielle, datang kok gak nyariin Tante?" Danielle menoleh saat mendengar suara orang yang dicarinya. Ia berdiri dan menghampiri wanita paruh baya yang masih kelihatan awet muda itu.
"Baru aja, tan," ucapnya tersenyum sopan. "Om dimana?" Tanyanya ramah, biasanya lelaki yang disebut om itu selalu standby di dekat tantenya. Lengket kayak perangko.
"Udah berangkat kerja, katanya ada meeting mendadak. Mana belum sempat sarapan. Dasar ya om kamu itu kebiasaan," cerorosnya tanpa jeda namun kemudian terkekeh diujung kalimat, membuat Danielle juga tersenyum. "Maaf ya, tante jadi nyerocos," ucapnya disela-sela tawanya.
Danielle terkekeh menanggapi. "Udah biasa itu, kalau sehari nggak ngomel bukan tante namanya." candanya.
"Kamu ini," ia menoel hidung bangir milik Danielle. "Oh iya, kamu Udah sarapan belum?" Lanjutnya sembari meletakkan aneka lauk-pauk ke atas meja makan dengan dibantu Danielle.
Danielle menggeleng singkat. "Belum_" kemudian ucapannya terhenti. " Oh, astaga!" Dia menepuk keningnya sendiri.
Saking larutnya berbicara dengan tante Dona, dia sampai melewatkan tujuan awal maksud dari kedatangannya.
"Danielle lupa, tan," ucapnya dramatis. Sedangkan Dona hanya tersenyum geli melihat tingkah Danielle yang heboh sendiri.
Tanpa pamit Danielle berlari menaiki tangga menuju ruangan pojok dilantai dua. Mengabaikan sopan santun yang tadi ia perlihatkan didepan para orang tua. Tidak aneh bagi si pemilik rumah, Danielle bukan tamu yang harus menjaga image. Dia sudah seperti bagian dari anggota keluarga di rumah itu. Dan pemandangan di pagi hari ini bukan sesuatu yang jarang, karena hampir setiap hari terjadi.
Tok, tok, tok
"Zombieee! bangun woii," teriak Danielle sambil menggedor-gedor pintu kamar Zoya dengan sangat tidak sopan.
Berkali kali Danielle memukul pintu kayu dengan begitu keras, bahkan meneriakkan nama Zoya yang diplesetkan menjadi zombie, tetap saja tidak ada sahutan dari dalam.
"Zom__" baru saja akan menggedor kembali, pintu kamarpun terbuka.
Danielle tercengang sekaligus hampir gila melihat pintu yang terbuka bukan yang ada dihadapannya. Tapi pintu pojok berlawanan arah dari yang ia ketuk yang terbuka. Ternyata dari tadi dia mengetuk pintu yang salah. Pantas saja tidak ada sahutan.
Dia menatap Zoya setengah kesal, berjalan menghampiri gadis itu dengan tatapan menukik tajam. "Sejak kapan Lo pindah kamar?" Cercanya merasa tak terima dengan apa yang dia lihat.
Zoya menatapnya dengan malas. "Berisik!"
Blam....
Ujarnya bersamaan dengan bantingan pintu. Zoya menutup kembali pintu kamar dan hendak melanjutkan tidurnya, meninggalkan Danielle dengan muka memerah menahan kesal diluar sana.
Cowok itu menatap pintu yang tertutup itu dengan syok sekaligus kesal. Menarik napas panjang dan menghembuskannya beberapa kali guna mengontrol emosi. "Tenang Danielle, orang sabar jodohnya Kyle jenner, " gumamnya tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...