"Panggil adik kamu!" Suruh Miranda pada putranya, mereka sudah cukup lama menunggu Amora yang tidak kunjung datang.
Baru saja hendak berdiri yang ditunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya, kali ini penampilan gadis itu sudah lebih baik setelah Miranda menyuruhnya membersihkan diri dan berganti pakaian. Namun raut wajahnya masih tetap sama, gadis itu menunduk pasrah jika akan dimarahi lagi sebab dia pantas menerimanya.
Amora berjalan menghampiri bundanya yang sedang duduk ditepi ranjang sementara Nicholas mengambil tempat duduk disebuah kursi yang berada di samping tempat tidur dan menghadap pada bundanya. Emosi cowok itu juga lebih tenang daripada tadi.
Melihat kedua anaknya telah berkumpul Miranda mengeluarkan sebuah foto dari balik buku diary yang selama ini dia simpan rapat tanpa ada yang tahu bahkan Alben sekalipun. Diary tersebut berisikan momen-momen bahagianya ketika remaja.
Amora dan Nicholas hanya memperhatikan pergerakan Miranda, mereka menunggu sang bunda berbicara.
"Tante Dona gak pernah merebut papa dari bunda," Kalimat pertama yang membuat Nicholas dan Amora kebingungan apa maksudnya.
Miranda menghela napas berat, rasanya tidak mudah mengungkit sebuah kenangan masa lalu. "Bunda lah yang merebut papa Alben dari Tante Dona." Sambungnya.
Amora menatap sang bunda, semakin tak mengerti. "Bunda,"
Miranda mengangguk singkat, dia tahu kedua anaknya ingin penjelasan lebih. "Seharusnya bunda gak merahasiakan ini dari kalian," ucapnya menatap wajah kedua anaknya bergantian.
"Siapa yang ada didalam foto ini?" Nicholas akhirnya buka suara setelah mengamati foto yang ditunjukkan oleh Miranda.
"Mereka," tunjuknya pada dua pasangan yang saling rangkul dari kanan. "Tante Elle dan om Dani." Jelasnya.
"Orang tuanya Danielle?" Selidik Amora, Miranda mengangguk.
"Yang dua tengah," tunjuknya lagi.
"Papa sama Tante Dona?" Tebak Nicholas, lagi-lagi Miranda mengangguk.
"Dan ini bunda." Sambung Nicholas, ya mereka mengenali wajah sang bunda saat masih muda.
"terus cowok disamping bunda itu siapa?" Sahut Amora penasaran.
Seketika wajah Miranda menjadi murung, ia menatap foto lelaki yang tengah merangkulnya kala itu. Tak disangka setitik air mata menetes tepat diatas foto cowok yang ditunjuk oleh Amora hingga membuat Nicholas dan Amora yang melihatnya menjadi khawatir.
"Kenapa Bun?" Panik Amora.
"Dia pacar bunda," jawabnya sendu.
Amora dan Nicholas saling pandang, pertanyaan yang ada dibenak mereka sama.
"Kami dulunya adalah sahabat, papa Alben, Tante Dona, om Dani, Tante Elle, bunda, dan Naufal pacar bunda," Miranda menjeda kalimatnya sejenak untuk menghela napas agar bisa lebih tenang. "Tapi bunda menghancurkannya."
Kedua anaknya menyimak penjelasan yang diberikan sang bunda tanpa menyela, sebab mereka belum mengerti arah pembicaraan tersebut.
Miranda tidak sanggup mengatakannya tapi ini harus dia lakukan, sekuat hati dia coba meyakinkan dirinya. "Bunda mengandung Nicholas disaat belum waktunya," dia melirik Nicholas yang juga tengah menatapnya. "Bunda hamil diluar nikah."
Bak ditikam dari belakang, Nicholas terdiam kaku menatap lekat manik mata sang bunda mencari-cari celah kebohongan disana sebelum akhirnya buka suara. "Jadi Nicho anak ha_"
"Enggak," tampik Miranda cepat, dia tahu apa yang ada dipikiran kedua anaknya itu. "Bukan kamu, tapi perbuatan bunda yang haram." Tegasnya.
Nicholas menunduk lemah. "Papa Alben yang melakukannya?" Tebak Nicholas langsung tertuju pada sosok yang hingga kini masih dibencinya setelah semua perbuatannya pada keluarga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...