Pembalasan dendam

96 13 0
                                    


"Arghhhhhh" Zoya mengerang kesakitan tatkala lututnya menghantam permukaan aspal dengan begitu keras hingga tubuhnya pun ikut terjerembab.  Perih menjalar dikedua kaki serta tangannya akibat kulit arinya yang terkoyak dan mengelupas. Seseorang sepertinya telah sengaja melakukan ini pada Zoya.

Zoya berangsur duduk kemudian hendak menoleh ke belakang untuk mencaritahu siapa dalang yang menyebabkan ia sampai terjatuh akibat tendangan kuat dari belakangnya. Entah ada masalah apa orang tersebut mendadak menyerang Zoya, namun belum sempat bergerak rambut panjangnya sudah ditarik dengan cukup kasar hingga kepala gadis itu mendongak ke atas dengan paksa.

"Lepasin!" Ucap Zoya mencoba meraih tangan pelaku dan menyingkirkan cengkraman mematikan itu akan tetapi gagal. Ia bahkan tidak dapat menandingi kekuatan orang tersebut. Dari pergerakannya dan siluet tubuh yang sekilas ditangkap oleh indera penglihatan Zoya, orang tersebut berjenis kelamin laki-laki. Tapi ia masih belum bisa melihat wajahnya.

Berusaha sekuat tenaga Zoya melepaskan diri akan tetapi orang tersebut justru semakin menarik kuat surai rambut Zoya ke atas membuat gadis itu mau tak mau harus berdiri menyamai tinggi untuk mengurangi rasa perih akibat tarikannya. Kulit kepala Zoya seperti akan terkelupas saking sakitnya, tidak sampai disitu, Zoya bahkan diseret menuju sebuah bangunan tua yang berada tak jauh dari sana dengan kondisi menyedihkan seperti itu.

Belum bisa menghentikan jambakan kuat dikepalanya kini Zoya juga dipaksa mengikuti kemana orang tersebut membawanya. Dengan tertatih-tatih dan memohon Zoya berupaya menghentikan langkah orang tersebut namun seakan tuli ia justru menambah kuat cengkeramannya pada rambut Zoya membuat cewek itu berteriak kesakitan. Zoya bahkan telah berteriak sekuat tenaga meminta tolong, berharap ada yang mendengarnya namun situasi jalanan yang sepi membuat harapan itu menjadi mustahil.

Berulang kali ia tersandung bahkan terjatuh tapi orang tersebut tetap tak memperdulikannya. Tubuh Zoya jatuh tertelungkup, bukannya kasihan orang itu bahkan tak segan menyeret tubuh Zoya dalam kondisi tersebut membuat teriakan gadis itu semakin kencang. Rasa sakit, perih terasa begitu menyiksa belum lagi ketika rasa asin darah mulai tercecap di lidahnya. Hidung, kening, bahkan bibirnya pun terluka, wajahnya kini berlumuran darah. 

Tangis Zoya seketika pecah, ia terus memohon belas kasih pada orang tersebut yang entah dengan alasan apa sampai tega melakukan hal ini padanya. Namun orang tersebut tetap bungkam tak menanggapi ucapan gadis itu bahkan ia tidak terusik dengan teriakannya.

_____

"Halo, bro!"

"Lo belum balik, kan?"

"Baru mau cabut, kenapa bro?" Ujar Bruno diseberang sana. Baru saja dia dan karyawan nya akan pulang usai mendapatkan kabar bahwa Zoya sudah ditemukan.

"Zoe kabur lagi, dan kali ini masalahnya makin parah." Terang Danielle dengan satu tangan dibalik setir sembari matanya terus  berupaya menelusuri jalanan mencari keberadaan Zoya lagi.

"Oh, shit!" Umpat Bruno diseberang sana, entah ia mengumpat pada siapa.

"Kenapa? Lo bisa bantu gue kan?" Tanya Danielle menyadari seperti ada hal yang lebih penting dialami sahabatnya itu.

"Gawat, Niel."

"Apanya yang gawat?  Jangan buat gue kalut, bro!" Konsentrasi Danielle terpecah mendengar kalimat Bruno barusan.

"Om Rega_"

"Bro, gue lagi nyari Zoe, masalah Om Lo itu nanti aja kita ngebahasnya." Sela Danielle.

"Dengerin gue dulu, barusan gue dapet kabar dari bokap kalau keberadaan Om Rega udah diketahui dari cctv gedung salah satu teman bokap gue. Dan gawatnya Zoya juga ada ditempat yang sama."

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang