Percakapannya dengan sang kakek kemarin masih terus terngiang di dalam benak Zoya. Dan ternyata kakeknya benar-benar mengabulkan permintaan Zoya, dilihat dari sejak kemarin kamarnya tidak lagi dijaga oleh orang-orang suruhan kakeknya itu. Akhirnya Zoya bisa bernapas lega, karena sungguh dia sangat kesal jika terus diawasi. Dia tidak bisa leluasa untuk kemanapun, didalam kamar mandi pun ia hanya diberi waktu 30 menit jika lewat dari itu maka bodyguardnya akan mendobrak pintu kamar mandi tersebut.
Dia bisa merasakan bagaimana ketatnya pengawasan sang kakek untuknya. Jika ditanya alasan katanya tuan Andromeda tidak ingin sesuatu yang sama terjadi kepada Zoya seperti yang dialami mamanya, Dona dulu.
Sekarang yang menjadi pikiran Zoya adalah siapa yang betul-betul menyayangi dan menginginkannya didunia ini. Dia tidak bisa membedakan mana cerita yang benar dan salah. Satu sisi penderitaan dari mamanya, dan sisi lain dari orang tua yang membesarkan mamanya. Keduanya punya luka dimasing-masing persepsi dan manakah yang benar-benar menginginkan Zoya.
Mamanya bilang, kakek dan neneknya ingin menggugurkan janinnya kala itu. Tapi benar kata kakeknya kalau saat itu Dona sedang berada dalam tekanan mental, jadi semua yang dia katakan hanyalah halusinasi belaka.
"Mama kamu bahkan hampir membunuhmu dengan tangannya, jangan kamu pikir kakek tidak tahu."
Sebuah kalimat menyadarkan Zoya akan hal itu. Ya, kakeknya benar kalau selama ini mamanya selalu mengatakan akan membunuh Zoya dan peristiwa itu benar saja hampir terjadi.Seketika Zoya langsung meraba lehernya, wajahnya terlihat pias kala mengingat kejadian beberapa tahun silam. Dengan amarahnya Dona mencekik leher Zoya hingga gadis itu meronta kesakitan dan nyaris kehabisan napas sebelum akhirnya Alben datang.
Zoya benci dengan memori itu. Sesaknya masih terasa hingga sekarang. Kakeknya benar, Mamanya lah yang menginginkan kematiannya bukan kakeknya.
Tapi apa arti semua kasih sayang Dona selama ini? Bukankah mamanya rela berobat keluar negeri hanya agar bisa menyayangi Zoya sepenuhnya. Berarti mamanya benar-benar sangat menyayanginya.
"Kamu hanya pelampiasan karena anak kesayangan mereka sudah meninggal..."
Kalimat itu terngiang juga seakan menjadi jawaban kebingungan Zoya.Semua itu benar, bahkan setelah kematian Zendaya mamanya malah menganggap Zoya yang mati. Zoya selalu hidup dalam bayang-bayang Zendaya. Dia harus berperan layaknya Zendaya, bahkan batu nisan pun dirubah menjadi nama Zoya. Itu artinya orangtuanya menginginkan Zoya yang mati, bukannya Zendaya.
Zoya tak lain hanyalah boneka mereka, pengganti Zendaya. Orangtuanya hanya berpura-pura menerimanya agar mereka tidak kehilangan alat mereka. Terhitung karena mereka sudah tahu kalau Zoya lah ahli waris dari keluarga Andromeda, bukan Zendaya. Jadi, mereka menginginkan harta Andromeda dan Zoya hanyalah kuncinya. Mereka tidak benar-benar menyayangi Zoya. Benarkah seperti itu?
Tidak! Zoya menggeleng cepat. Dia tidak percaya semua itu sebelum membuktikannya secara langsung. Zoya yakin kalau kedua orangtuanya menyayanginya dengan tulus, dan Zoya yakin kalau mamanya berusaha sembuh hanya untuknya. Bukan semata karena harta. Zoya yakin itu.
"Gue akan buktiin kalau omongan kakek tua itu bohong!" Tegas Zoya penuh keyakinan.
___________________
"Siapa dia, ma? Siapa tuan Andromeda itu?" Selidik Danielle bertanya. Dia sudah cukup penasaran semenjak nama itu disebutkan.
"Tuan Andromeda itu, papanya Tante Dona." Jelas Elle pada putranya itu.
Kening cowok itu mengernyit heran. "Berarti dia kakeknya Zoe? Tapi kenapa selama ini dia gak pernah nemuin Zoe. Dia tahu Zoe tersiksa sama Tante Dona, apa dia gak ada niatan buat nyelamatin Zoe dari rumah itu?" Imbuh Danielle tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...