the best doctors in the world

81 18 0
                                    


Danielle menyingkirkan tangan Amora dari kakinya dan bergerak menghadang orang-orang yang tengah berjalan mengarah ke arahnya. Amora yang juga melihatnya lantas berdiri dengan rasa penasaran.

Cowok itu menatap sodoran map yang diberikan oleh pria bersetelan jas hitam formal. "Surat penugasan yang direkomendasikan, jadi menyingkir dari jalan." Titahnya tegas.

Tapi Danielle tetaplah Danielle yang keras kepala, dia tidak akan mempercayai orang begitu saja.

"Siapa bos Lo? Om Alben? Tante Dona? Atau dia?" Tunjuknya pada Amora yang sama sekali tidak mengerti mengapa cowok itu menuduhnya juga.

Pria berjas itu nampak berbincang dengan salah satu dokter yang dia bawa, namun dalam bahasa yang Danielle tidak mengerti sama sekali. Bahasanya terdengar cukup asing ditelinga, seperti bahasa Rusia yang pernah dia dengar dari menonton serial kartun Masha and the bear.  Sebenarnya siapa dokter-dokter ini?

"Permisi," dokter Rian berlari kecil menghampiri situasi, dia langsung mengarah pada Danielle dan Amora.
"Kalian berdua bisa ikut saya sebentar," pintanya. Amora mengangguk mengiyakan tapi tidak dengan cowok keras kepala seperti Danielle.

"Gue nggak akan biarin orang-orang ini nyentuh Zoya." Tolak Danielle kekeuh. Cowok itu menatap mereka semua dengan sorot tajam. "Gue nggak akan ketipu sama penampilan dokter gadungan kayak gini,"

"Danielle," dokter Rian masih berusaha menenangkan cowok itu.

"Bisa aja mereka disuruh pura-pura merawat Zoe padahal mau bunuh dia, iya kan? Ngaku lo pada!" Sentaknya menunjuk wajah mereka.

"Mereka dokter-dokter profesional dan berpengalaman, jadi kamu tidak perlu khawatir. Kami ditugaskan dengan jaminan nyawa kami sendiri." Tutur pria yang mengenakan jas hitam formal.

Cowok itu berdecih meremehkan. "Profesional" gumamnya tersenyum mengejek. "Apa buktinya kalau kalian tidak akan menyakiti Zoya?" Tuntut Danielle merubah ekspresi wajah menjadi serius dan penuh selidik.

"Billy anggawinata," sontak Danielle menaikkan sebelah alisnya mendengar pria itu menyebutkan nama lelaki brengsek yang menjadi alasan kondisi Zoya seperti sekarang. "Jasad kami bisa lebih mengenaskan dari itu jika kami gagal menyelamatkan Nona Zoya." Sambung pria itu menjelaskan.

Penuturan itu semakin menimbulkan pertanyaan besar dibenak mereka. Danielle berusaha mencari tahu sesuatu lewat tatapan matanya, tapi lawan bicaranya itu seakan dilatih untuk tidak gentar menghadapi sorot penuh selidik didepannya.

"Siapa kalian sebenarnya? Dan siapa yang menyuruh kalian?" Selidik Amora angkat bicara setelah mendengar semuanya.
Danielle menoleh pada gadis itu seakan tak suka jika Amora bersikap baik. Karena dia masih yakin kalau semua ini juga ulah Amora.

Pria berjas hitam formal itu menatapnya sejenak.  "Saya tidak punya hak menjelaskan itu pada anda."

Amora bungkam dengan penuh kekesalan mendapat perlakuan seperti itu. Mereka kembali melanjutkan langkahnya memasuki ruangan tempat Zoya dirawat. Kali ini Danielle tidak menghalangi, cowok itu masih berusaha mencerna kalimat dari pria itu tadi.

Mereka bisa mati jika tidak berhasil menyelamatkan Zoya dan diibaratkan dengan Billy anggawinata. Jadi orang dibalik semua ini adalah orang yang sama dengan pembunuh Billy? Berarti kematian Billy bukan soal bisnis, melainkan karena ada hubungannya dengan Zoya. Tapi siapa yang sangat peduli dengan keadaan Zoya selain dirinya? Apakah ada orang lain yang Danielle tidak ketahui yang ternyata diam-diam mengawasi Zoya?

____________

"Kenapa kamu biarkan mereka mengambil alih?" Tanyanya nampak kesal. "Zoya itu tanggung jawab kita, kalau sampai terjadi sesuatu bagaimana?" Dokter Aji terlihat sangat geram. Baru sampai di rumah sakit tiba-tiba dokter Rian mengabarkan kalau tugas mereka diambil alih oleh dokter-dokter lain.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang