pasport

62 15 0
                                    


Tok, tok, tok

Zoya menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya, memilih mengabaikan suara kedua orangtuanya yang sedari memanggil. Dia sedang tidak ingin bertemu siapapun. Cuma mau sendirian sekarang.

"Udah, ma, biarin Zoya sendiri dulu." Ujar Alben pada istrinya yang tak berhenti mengetuk pintu kamar Zoya.

"Tapi, mas, dia nangis, aku khawatir ada apa-apa." Dona tak bisa mengontrol dirinya ketika mendapati Zoya pulang dengan keadaan kacau sembari menangis.

CEKLEK

Alben dan Dona menoleh serempak dan menemukan putrinya tengah berdiri diambang pintu dengan mata sembab.
Dona langsung menghampiri putrinya itu.

"Kamu kenapa, sayang?" Tanyanya dengan raut khawatir.

Gadis itu berusaha untuk tersenyum agar terlihat baik-baik saja didepan Dona. "Enggak apa-apa, ma. Zoe lagi pengen sendiri, dulu." Ujarnya.

"Ini bukan soal Billy, kan?" Sahut Alben penasaran.

Zoya menggeleng lesu. "Hubungan kami udah baik-baik aja. Zoe, cuma lelah, mau istirahat." Terangnya.

"Tadi kamu ketemu Danielle?" Kali ini Dona yang bertanya.

"Ma," lirih Zoya. "Aku nggak_" ucapannya terjeda. "Nanti aku jelasin, sekarang aku mau istirahat."

Dona menatap raut murung itu. Sebenarnya ia ingin mendengar penjelasan Zoya sekarang, tapi melihat kondisi putrinya nampak lelah dia membiarkannya sendiri dulu.

Sepeninggal Alben dan Dona, hati Zoya kembali ingin menangis kencang. Tapi dia tidak mau menunjukkannya dihadapan Dona. Itu akan menambah pikiran Mama nya, mengingat kondisi sang Mama yang belum sepenuhnya pulih takutnya dia ikutan stres.
Mungkin Zoya memang ditakdirkan untuk menyimpan kesedihannya sendirian.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah nomor tak dikenal muncul dilayar nya. Zoya membuang ponsel tersebut ke atas kasur, malas untuk membacanya. Dia sedang tidak mau diganggu.

Saat hendak menutup pintu ia tersentak kaget mendengar pintu balkon dibelakangnya berdenting nyaring. Sepertinya ada yang melemparkan benda keras hingga mengenai pintu balkonnya. Buru-buru Zoya mendekati pintu kaca tersebut untuk melihat pelakunya.

Ia terpaku ditempatnya. Bagaimana mungkin dua orang kemarin bisa ada disini? Ya, dua pria yang memperhatikannya dicafe kemarin tengah berdiri diseberang jalan menatap padanya.

Buru-buru Zoya mengunci pintu balkon tersebut tak lupa juga ia tutup dengan tirai. Lalu ponsel yang berada diatas kasurnya kembali berdering mengagetkannya.

Apakah yang menelponnya itu pria-pria misterius di bawah?
Ponsel itu tak berhenti berdering namun tak kunjung diangkatnya. Hingga kemudian timbul sebuah notifikasi pesan chat dari nomor tersebut.

Tangan Zoya terulur membuka isi pesan tersebut.

+62 822xxxxxxxxxx
Tuan Andromeda ingin bertemu.

Sontak Zoya mendengus jengkel. Ketakutannya berubah menjadi kesal setelah tahu siapa yang dari kemarin mengikutinya. Rupanya mereka orang suruhan kakeknya. Dengan kasar, gadis itu kembali membuka pintu balkon dan kali ini berani menatap dua pria itu.

Dia ingin berteriak mengusir mereka, tapi bagaimana kalau Dona mendengarnya? Alhasil ia memilih mengetikkan beberapa huruf untuk membalas pesan singkat dari nomor tadi.

Anda
Pergi!

Sebuah kata yang lugas Zoya kirimkan.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang