EĮF

111 11 0
                                    


Diperjalanan, Zoya tak berhenti memikirkan kalimat yang akan dia katakan kepada semua orang di sana. Matanya menyapu pandang jalanan yang dilalui banyak kendaraan, sesekali ia juga memainkan ponselnya mencoba mengalihkan konsentrasi agar tak terlalu larut dalam pikirannya.

"Lo beneran gak mau nyamperin nyokap sama bokap, Lo?"

Gadis itu mendengus, bosan mendengar pertanyaan itu lagi. "Akan lebih baik kalau gue gak nemuin mereka."

"Tapi_"

"Jes!" Potong Zoya, ia tak ingin berdebat lagi.

Akhirnya Jessie menyerah. Berulang kali dia membujuk Zoya agar mau bertemu kedua orangtuanya, namun gadis itu terus menolak dengan alasan mungkin inilah yang terbaik. Tapi alangkah sedihnya jika orangtuanya tau kalau Zoya akan pergi meninggalkan mereka tanpa berpamitan lebih dulu. Dengan keras kepala Zoya mengabaikan saran Jessie.

Gadis itu kini sibuk dengan ponselnya, me-scrolling akun instagramnya sembari menuliskan beberapa quote's yang selalu menjadi kebiasaannya. Hingga tak sengaja halaman lini masa pada akunnya berhenti pada akun yang baru saja meng-update sebuah foto berisikan kalimat-kalimat motivasi yang menarik perhatiannya.

Tak mesti jadi matahari untuk bercahaya
Menjadi bintang tidaklah perlu kalau hanya mau bersinar
Tidak pula harus tertawa untuk mengungkapkan kebahagiaan.
Semua orang punya caranya tersendiri dalam mengekspresikan perasaannya.
Jangan menuntut apa yang menurutmu tak pantas, karena rasa puas tak ayal masalah ego semata.
Kalau ingin membahagiakan orang lain, maka bahagiakan lah dirimu sendiri dulu.

Sekarang coba tanya pada dirimu, "apakah aku sudah bahagia?"

My_siee

Merasa penasaran dengan pemilik akun tersebut, Zoya pun memutuskan mencaritahu lebih dengan melihat insta story' akun itu. Benar saja, berbagai macam slogan, quote's penyemangat dan semacamnya yang semakin menarik perhatian gadis itu.

"Love yourself," gumamnya membaca bio di lini masa akun Instagram my_siee dengan emoticon hati berwarna ungu.

Sejenak Zoya berpikir, mungkin inilah alasan mengapa ia selalu menderita selama ini. Ya, pasti karena ini.

_____

Benar seperti dugaannya, saat Zoya dan Jessie sampai di rumah sakit semua orang serempak berdiri saking terkejutnya, seakan tak percaya melihat kehadiran Zoya disana. Elle seketika berlari menyambar tubuh gadis yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri itu, tangisnya pun pecah. Begitupun Dani dan Flynn yang sejak lama mencari keberadaan Zoya. Melihatnya berdiri didepan mereka menciptakan suasana haru sekaligus legah karena anak itu sehat-sehat saja walaupun beberapa bekas luka masih jelas terlihat di wajahnya.

"Dari mana saja kamu, sayang? Tante khawatir banget, kamu pergi kemana?" Tanyanya mengungkapkan betapa ia mencemaskan anak itu tanpa melepaskan pelukannya.

Zoya membalas dekapan hangat itu tak kalah eratnya. Dia juga merindukan semua orang, terutama Elle yang sejak dulu paling mengertikan nya. "Maafin Zoya, Tante, karena udah bikin kalian semua khawatir." cicitnya berlinang air mata.

Elle menjauhkan tubuh mereka, tangannya kini beralih untuk menyeka air mata gadis itu. Ia menggeleng menyuruh Zoya berhenti menangis. "Tapi kamu baik-baik saja kan? Apa kamu terluka? gak ada yang nyakitin kamu, kan?" Bertubi-tubi pertanyaan ia lontarkan demi memastikan kondisi anak itu.

Gadis itu mengangguk singkat. "Aku gak apa-apa kok, tan." Ucapnya meyakinkan.

"Wajah kamu kenapa sayang?" Elle baru menyadari hal tersebut. "Banyak luka dan lebam, "apa yang terjadi sama kamu?" Selidik nya.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang