Pagi-pagi sekali, Zoya bangun dengan mata yang sembab akibat menangis semalaman. Dia tidak memperdulikan penampilannya yang berantakan. Perlahan-lahan dia mencuri langkah agar bisa keluar dari rumah tanpa ketahuan. Kedua orangtuanya mungkin masih terlelap pulas dikasur mereka, karena ayam juga belum berkokok.
Terlalu dini, bahkan cahaya rembulan pun masih belum sepenuhnya bertukar peran dengan matahari. Zoya melirik ke sekitar pekarangan rumah memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya. Tidak, dia salah, sedari tadi Jessie sudah mengamati tingkah aneh tetangganya itu dari tempatnya.
Jessie juga tidak bisa tidur semalam karena terus kepikiran dengan Zoya. Dia melihat interaksi antara Zoya dan sosok misterius itu yang ternyata adalah Danielle. Sempat terkejut namun Jessie memilih diam dan menyaksikan dari kejauhan.
Zoya tampak gusar terlihat dari raut kusutnya. Entah apa yang akan dilakukan oleh gadis itu, tapi Jessie tak mengalihkan pandangannya, hingga tiba-tiba ia terkejut melihat Zoya berlari menjauh dari rumah tanpa alas kaki. Sontak saja Jessie langsung bergegas turun untuk menyusul nya. Ia khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Mau kemana kamu, Jes?" Tanya Jihan, mamanya heran melihat raut sang putri.
"Mau ngejar Zoya, ma!" Paniknya namun Jihan mencekal lengannya. Wanita paruh baya itu juga sama terkejutnya.
"Zoya kenapa?"
"Nggak tahu, tiba-tiba aja lari. Jessie takut terjadi apa-apa sama dia." Ujarnya gelisah.
"Kamu tenang dulu, lebih baik sekarang kamu samperin Danielle. Dia pasti tahu kemana Zoya pergi." Saran Jihan. Tanpa menjawab Jessie mengangguk singkat lalu berlari menuju rumah Danielle.
Tok, tok, tok
"Sebentar!" Sahut Elle dari dalam.
Pintu terbuka, Elle terkejut mendapati seorang gadis cantik sudah berdiri didepan rumahnya pagi-pagi buta seperti ini.
"Cari siapa ya?" Tanyanya ramah, sepertinya Elle belum tahu kalau Jessie adalah tetangganya.
"Maaf Tante, saya Jessie anak tetangga depan." Ujarnya ramah.
"Ohh, tetangga baru. Maaf ya Tante nggak tahu. Ayo masuk dulu" ajaknya.
Jessie tersenyum tipis. "Nggak usah Tan, emm_ Danielle nya ada?" Ucapnya langsung ke inti. Jessie sudah benar-benar takut, pikirannya mencemaskan Zoya.
Elle tersenyum manis, rupanya si bungsu sudah memiliki fans baru pikirnya. "Ada, bentar Tante panggilin. Kamu masuk dulu aja." Ucapnya.
"Boleh saya aja yang manggil langsung Tan" sungguh, Jessie benar-benar orang yang tidak sabaran.
Elle tersenyum maklum. "Ya udah, kamar Danielle ada di atas." Elle menunjukkan, tanpa berpikir panjang Jessie berlari menaiki tangga membuat Elle menggeleng lemah.
"Dasar anak zaman sekarang." Ujarnya.
"Eh_" tiba-tiba Elle teringat sesuatu. "Kamar Flynn kan juga diatas." Gumamnya.
Tok, tok, tok
"Danielle!" Teriak Jessie didepan kamar yang dia yakini milik Danielle.
"Danielle, please buka!" Ujarnya lagi sambil terus menggedor-gedor pintu kamar.
CEKLEK
Pintu terbuka lebar, ternyata tebakan Jessie benar. Danielle muncul dengan muka bantal, sepertinya ia masih mengantuk.
"Ngapain lo kesini?" Sembur cowok itu tak ramah.
Jessie mencoba untuk tidak tersinggung, namun ia tak bisa menutupi raut paniknya dan Danielle menyadari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...