Luar negeri

97 23 0
                                    


Setelah tiga hari dirawat akhirnya Zoya sudah diizinkan untuk pulang. Dia sudah sembuh dari segi fisik namun tidak dengan mentalnya.

Dua hari semenjak pulang dari rumah sakit, Zoya tak beranjak dari jendela kamar hanya untuk memastikan apakah kedua orangtuanya sudah pulang atau belum.

"Mau sampai kapan lo berdiri disitu." Ujar cowok itu mulai bosan.

Danielle bangkit dari kasur, duduk menyamping menatap ke arah Zoya yang nampak acuh padanya.

"Gue kangen mereka," lirih Zoya.

Kata itu lagi, Danielle sampai jengah mendengarnya.

"Sebentar lagi mereka pasti pulang, lo sabar aja. Kalau Tante Dona udah benar-benar sembuh pasti mereka bakalan pulang." Tutur Danielle mengulang kalimat yang sama seperti pertanyaan Zoya yang berulang.

"Tapi kapan? Gue kangen sama Mama. Sudah seminggu ini nggak ada kabar sama sekali. Mereka berobat kemana? Kenapa harus pergi saat gue butuh mereka."

Zoya tak berhenti memikirkan semua ini. Seperti ada yang disembunyikan darinya, tapi apa.

Sebenarnya Danielle juga tidak tahu dimana keberadaan om Alben dan Tante Dona. Yang dia tahu kalau Elle dan Dani menyuruh mereka menjauhi Zoya sebelum Dona sembuh total.

Mereka mengatakan kalau Dona mulai terapi diluar negeri, tapi kenyataannya itu bohong. Karena Dani memutus semua komunikasi mereka. Dia juga menyewa beberapa orang untuk menjauhkan Zoya dari kedua orangtuanya.

Entah itu sebuah keputusan yang tepat atau bukan, tapi mereka hanya ingin Zoya bisa bahagia dengan kehidupannya.

"Zoe," panggil Elle dari balik pintu membuat obrolannya dengan Danielle terhenti.

Sejenak Elle menatap Danielle lalu melanjutkan kalimatnya.

"Ada Billy dibawah, mau ngajak jalan, Katanya."

"Tuh, Billy wonka udah dateng. Siap-siap gih," suruh Danielle padahal dalam hatinya dia tidak rela membiarkan Zoya pergi bersama orang lain. Tapi demi kebahagiaan cewek itu dia akan berusaha untuk ikhlas.

"Tapi__"

"Udah, kamu butuh refreshing biar nggak terlalu banyak pikiran. Entar masuk rumah sakit lagi, kamu mau Mama kamu pulang padahal belum sembuh?"

Zoya menggeleng singkat, dia mau mamanya sembuh. Jangan sampai pengobatannya gagal hanya karena mendengar dia sakit. Tante Elle benar, dia butuh liburan.

"Ya udah kamu siap-siap, tapi jangan lama-lama. Kasian Billy nunggunya,"

"Iya tan,"

"Niel, ayok bantu Mama angkat galon." Ajak Elle pada Danielle.

"Hilihhhh dasar mama manja, masa ngangkat galon aja nggak bisa." Cibir Danielle.

"Ohhh jadi kamu ngejek mama, gitu?"

"Emang manja, huuuu" Danielle memeletkan lidah bak anak kecil.

Plakkk

"Awwwww, sakit' kenapa lu nampar gue?" Berang cowok itu menatap Zoya tajam.

"Nyebelin banget muka Lo, sana pergi." Usirnya.

Elle tersenyum memperhatikan tingkah keduanya yang tidak pernah berubah. Selalu saja bertengkar dari dulu.

Danielle menarik tangan Elle kemudian memalingkan mukanya dengan sebal. Ia melirik Zoya dengan ekor matanya lalu kembali melengos pergi.

Setelah jauh dari kamar Zoya, Elle menggenggam erat tangan Danielle hingga cowok itu memusatkan perhatiannya pada sang Mama.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang