Meninggalkan kediaman Holland, Zoya pulang dengan keadaan basah kuyup. Hal ini mengharuskannya masuk melalui pintu belakang agar tidak mengotori rumah.
Dia berjalan dengan perlahan takut kehadirannya diketahui mama dan papanya yang mungkin capek sehabis pulang kerja.
"Sayang?" Langkah Zoya terhenti karena mendapati papanya memanggil dirinya.
Ia berbalik menghadap papanya. "Iya pah" Ben memperhatikan keadaan putrinya dari atas sampai bawah.
"Dari mana kamu, kok basah-basahan gini?" tanyanya penasaran dengan gurat khawatir. Zoya menggaruk tengkuknya tak gatal.
"Kena hukum" ucapnya pelan namun masih terdengar jelas.
Ben langsung tertawa mendengar perkataan putrinya. " Ngelakuin apa lagi kalian berdua, enggak bosen- bosennya kena hukum" Ben menggeleng gemas.
Zoya memberengut ditempatnya. "Danielle yang ngajak ribut, nyebelin" adu Zoya.
"Kalian emang nggak bisa akur, kasian Flynn jadi repot ngurusin kalian" Ben merasa prihatin, sedari dulu Flynn yang selalu diberi tugas menjaga Danielle dan Zoya.
Huachimm
"Tuh kan bersin, buruan mandi habis itu ganti pakaian kamu. Biar nggak flu" omel Ben khawatir karena Zoya mulai bersin.
Zoya mengangguk langsung pergi kekamar dan membersihkan dirinya. Tubuhnya rentan sekali terkena flu. Daya tahannya sangat lemah, tapi dia selalu punya cara untuk menutupi kekurangannya itu.
Usai mengganti pakaian, Zoya pergi menemui Dona dikamar nya.
Dia mengetuk pintu kamar dengan sopan dan masuk setelah mendapat sahutan dari dalam."Ma," sapanya melihat Dona masih berkutat dengan laptop diatas meja.
"Hai sayang" timpal Dona tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
Zoya sedikit mengintip pekerjaan Dona. "Mama udah makan?" Tanyanya memastikan.
"Kamu duluan aja makannya, tadi Mama udah beliin makanan kesukaan kamu"
"Aku tanya Mama udah makan belum?" Ulangnya.
"Belum, nanti aja mama belum laper. Kamu duluan aja jangan nungguin mama" ujarnya masih fokus dengan pekerjaannya.
Zoya menghembuskan napas, niatnya tadi akan mengajak Dona makan bareng. Tapi seperti biasa, mamanya terlalu sibuk sampai waktu makan pun tidak pernah teratur.
Zoya berjalan kedapur, meraih kotak yang berisi makanan dan memeriksanya. " Lagi dan lagi" untuk kesekian kalinya Zoya harus menelan pil kekecewaan setelah melihat isi kotak makanan tersebut.
"Mie instan time!" Ucapnya dengan nada sendu sembari membuka laci tempat biasanya dia menyimpan mie instan.
"Astaga" Zoya menepuk keningnya sendiri. "Lupa beli" ia membuang napas gusar.
Tadi pagi rencananya sebelum pulang kerumah dia hendak mampir ke supermarket guna membeli persediaan semua kebutuhannya yang sudah habis, termasuk stock mie instan.
Zoya tak bisa memasak apapun selain mie instan. Dan sekarang pasokan mie nya habis. Sepertinya malam ini dia akan tidur dengan kondisi perut kosong.
Dia terus berpikir bagaimana cara mengatasi rasa laparnya untuk malam ini saja. Ke Indomaret? Ayolah, Zoya terlalu malas untuk berjalan keluar rumah. Apalagi jarak dari rumahnya ke Indomaret lumayan jauh jika ditempuh dengan jalan kaki.
Kalau dia tidak makan, bisa-bisa maag nya kambuh. Zoya sangat gengsi disentuh penyakit.
Setelah sekian lama berperang dengan pikirannya, akhirnya Zoya memutuskan untuk pergi ke Indomaret. Seperti biasa, gengsinya terlalu tinggi jika harus dikalahkan oleh penyakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...