Mengabaikan situasi kantin yang ramai, Zoya terlihat begitu serius menatap layar laptopnya. Dihidung minimalis itu juga bertengger kacamata anti radiasi untuk menghalau light blue yang bisa mengakibatkan matanya mudah lelah.
Segelas botol minuman disampingnya hanya tersisa setengah namun pekerjaannya belum kunjung usai. Nasib anak kuliahan di penghujung semester, tugas numpuk dikejar deadline.
Beberapa kali ia terlihat mengetuk-ngetuk keningnya, bingung. Ia bahkan mengabaikan teriakan cacing-cacing dalam perutnya yang meminta diberi nutrisi sebab dari pagi dia belum menyantap makanan apapun. Hanya air mineral yang tercecap di lidah nya.
Zoya mengalihkan pandang saat kursi yang berada didepannya berdecit ditarik seseorang. Bersamaan dengan itu sebuah tangan terulur memberikan sebungkus sandwich.
"Gue nggak laper," tolaknya dan kembali melanjutkan kegiatannya pada laptop.
Krrrryyuuukkk
Ia mendengus sekaligus malu seketika. Mengapa perutnya berbunyi diwaktu yang tidak tepat.
Jessie tersenyum geli melihatnya.
"Tuh, perut Lo aja tahu kalau ada makanan." Ujarnya.
Merasa belum ada perubahan, Jessie meraih bungkus sandwich itu dan membukakannya.
"Nih, makan. Nggak baik nolak pemberian orang, pamali." Jessie memberikan sandwich itu.
Merasa tidak enak, ditambah memang perutnya juga mulai terasa nyeri akhirnya Zoya menerima roti sandwich itu dan memakannya. Jessie tersenyum puas melihat Zoya memakan sandwich itu dengan lahap.
"Lo disuruh Danielle kesini?" Tanya Zoya membuka obrolan.
"Hah, apa?" Jessie sampai tidak bisa mendengar dengan jelas saking terkejutnya ketika gadis dingin itu memulai obrolan.
Sejenak Zoya menenggak air guna mendorong makanan yang masih tersangkut di tenggorokan. Merasa cukup, dia kembali menoleh pada Jessie yang masih penasaran dengan ucapannya tadi.
"Thanks." Ucapnya membuat raut Jessie terkejut.
"Ulangi, tadi Lo ngomong apa?" Tutur Jessie.
"Thanks,"
"Bukan yang itu. Pertama tadi, Lo nanya apa ke gue?" Tuntutnya sedikit greget.
Zoya menghela napas singkat. Gadis dihadapannya ini sungguh pemaksa dan menyebabkan.
"Kenapa lo kesini, jadi mata-mata?"
"Emang disini ada jurusan agen mata-mata gitu? Kayak SPY, CIA, emang ada ya, kok gue nggak tahu." Cerocosnya.
Sekali lagi Zoya mendengus jengah menghadapi lawan bicaranya itu. Tak hanya pemaksa, gadis itu ternyata juga lemot.
"Lo kuliah disini apa cuma disuruh Danielle buat ngawasin gue?" Tanyanya sedikit ngegas hingga menarik atensi mahasiswa lain.
Hening, Zoya malu sendiri menyesali perbuatannya dan berdiri hendak pergi meninggalkan Jessie. Melihat itu Jessie langsung bergegas mencegahnya.
"Gue nggak kuliah, kok." Ucapnya membuat Zoya menatapnya curiga.
Dilanjutkan Zoya tertawa sinis, berarti benar dugaannya.
"Kalau lo disini cuma untuk_"
"Danielle nggak ada hubungannya dengan kegiatan gue," potong Jessie cepat.
Zoya menatapnya dengan penasaran.
"Kegiatan?" Selidiknya.Jessie tersenyum tipis dan menepuk meja pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...