siasat

80 22 0
                                    


Ke-empat pria yang ke semuanya menyandang status mahasiswa semester tujuh itu nampak seru bersenda gurau sambil melempar lelucon. Gelak tawa mereka bahkan sampai menarik perhatian beberapa pengguna jalan yang melintas.

Ya, salah satunya adalah Billy anggawinata. Mahasiswa yang cukup berpengaruh di kampus, sebab dia pernah menjabat sebagai ketua BEM dan juga aktif dalam beberapa kegiatan kampus.

Tipe pria idaman bagi sebagian kaum hawa. Tak hanya modal tampang dan kehormatan, kekayaannya terbilang cukup menggiurkan. Sikapnya yang ramah juga berperan andil menyokong kesempurnaan makhluk ciptaan Tuhan yang indah itu.

Namun, sebaik-baiknya manusia pasti juga mempunyai kelemahan dan kekurangan. Billy itu tipikal orang yang haus akan kekuasaan dan pengakuan.

Terkadang ambisinya yang tinggi membuatnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tidak suka dipandang remeh.

Hanya ketiga temannya saja yang mengetahui sikap asli lelaki itu hingga ia sering dimanfaatkan untuk melakukan beberapa tantangan. Citranya sebagai ketua BEM dan sikap ramahnya menutupi kekurangan yang ada dalam dirinya.

"Gimana tuh cewek songong, udah berhasil belum lo buat takluk?" Tanya salah satu temannya.

Billy mengulas senyum tipis. "Kecil," dia menjentikkan ujung jarinya menganggap remeh.

"Serius, jangan bohong Lo." Sahut yang lain tak mau langsung percaya.

"Nggak percaya gue, mana mungkin tuh gunung es bisa luluh dalam waktu yang singkat."

"Bacot! Kalian tunggu aja, bentar lagi gue bakal buktiin kalau tuh cewek beneran tunduk sama gue." Tutur Billy dengan seringai tipis.

"Jangan lupa taruhan kita, awas kalau lu pada pura-pura lupa!" Lanjutnya memperingati teman-temannya.

"Iya, siap." Jawab mereka malas.

"Sudah gue duga,"

"Eh banci kaleng, copot, copot!" Lelaki  disamping Billy terlonjak kaget.

Yang lain juga terkesiap mendengar suara dari belakang mereka.

Amora berjalan ke depan mereka seraya bersidekap dada. Langkah kakinya berhenti tepat dihadapan Billy yang terlihat mati kutu sebab rencananya diketahui.

"Dari awal gue emang udah curiga sih, mana ada cowok yang beneran suka sama tuh cewek sampah."

Mendengar nada suara Amora yang menyebut Zoya 'cewek sampah' membuat raut Billy yang semula tegang berubah heran.

"Lo tenang aja, gue dukung lo. Dan tentang hal ini gue bakal jaga rahasia, asalkan_" sengaja Amora menggantungkan kalimatnya.

Sementara teman-teman Billy hanya menjadi penyimak yang baik disana.

"Asalkan lo harus buat Zoya menderita, se-menderita mungkin." Sambungnya.'

"Maksud Lo?"

"Gue mau dia menderita!" Tekannya serius.

Billy semakin tidak mengerti mengapa Amora justru membelanya.

"Dia kan saudara Lo, kenapa lo malah_"

"Dia bukan siapa-siapa gue. Lanjutkan aja taruhannya."

Setelah mengatakan itu Amora langsung pergi menjauh dari sana.
Billy kembali duduk bergabung dengan teman-temannya meski ia masih memikirkan apa penyebab Amora sangat menginginkan penderitaan Zoya.

"Kapan Lo akan membuktikan omongan Lo?" Tanya temannya membuat Billy tersadar dari lamunannya.

"Secepatnya,"

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang