Terhitung sudah lima hari sejak pertunangan Zoya diumumkan, Danielle tidak pernah pulang kerumahnya lagi. Ada perasaan aneh yang memaksanya untuk menghindar sejenak dari kenyataan pahit yang selama ini tak pernah ia bayangkan akan terjadi.
Dia begitu kecewa sebab orangtuanya juga Flynn merahasiakan hal itu darinya. Elle sudah berusaha menjelaskan semuanya kepada cowok itu, tapi dengan keras kepalanya dia memilih hengkang dari rumah beralasan kalau dia membutuhkan waktu sendiri untuk mengerti situasi.
Tak ada yang tahu dia pergi kemana. Namun demi memastikan kalau keadaannya baik-baik saja Danielle rajin mengirim pesan singkat kepada ibunya agar tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dia juga selalu masuk kuliah meski secara diam-diam agar tidak terlihat oleh Zoya, dia masih belum mau bertemu cewek itu. Kabar baiknya berarti cowok itu masih berada dekat dari rumah.
"Eh, Zoya?" Elle kaget mendapati Zoya didepan pintu bersamaan saat ia hendak keluar rumah.
Gadis itu tersenyum manis seraya mengulurkan semangkuk kolak dengan asap yang masih terlihat pertanda baru saja dimasak. "Dari Mama." Ujarnya.
"Emmm kelihatannya enak nih, ayo masuk dulu." Ajak Elle ramah kemudian menyambar mangkuk tersebut.
"Nggak usah, tan. Zoe mau langsung kuliah." Tolaknya halus.
Elle mengangguk singkat. "Dijemput Billy?" Tanyanya dibalas anggukan.
Sebelum benar-benar pergi, Zoya sempat melirik kedalam rumah Elle demi memeriksa apakah sahabatnya itu sudah pulang atau belum.
"Danielle masih belum mau pulang." Lirih Elle membuat Zoya menatapnya sendu.
Zoya menghela napas singkat. "Kayaknya Niel marah banget sama aku, ya tan?" Ungkapnya merasa bersalah.
Elle tersenyum dan menggeleng cepat. "Dia nggak marah sama kamu, Danielle cuma lagi butuh waktu aja buat nerima semuanya." Tuturnya mencoba menepis rasa penyesalan gadis itu yang bisa memperparah kondisi mentalnya.
"Tapi, tan_"
"Tuh, pangerannya udah jemput. Berangkat gih sebelum terlambat." Potong Elle menunjuk mobil Billy dengan dagunya.
Zoya menoleh dan mendapati Billy tengah menunggunya didalam mobil.
"Zoe minta maaf kalau selama ini banyak ngerepotin kalian." Celetuknya tiba-tiba membuat Elle menggeleng. Apalagi raut gadis itu mendadak muram."Kamu ngomong apa sih, sayang?" Sanggah Elle tidak mengerti.
"Zoe pamit tan, Assalamualaikum!" Pamitnya langsung pergi usai menyalimi tangan Elle.
"Waalaikumussalam." Timpal Elle yang mendadak khawatir dengan keadaan Zoya.
Diperjalanan hingga tiba di kampus, Zoya tak berhenti memikirkan Danielle. Ia terus melamun dan tak menanggapi ucapan Billy membuat cowok itu bingung.
"Kamu sakit?" Tanyanya tapi gadis itu bergeming seolah tuli.
"Ya?" Panggilnya menaikkan sedikit volume suara namun tetep tak ada sahutan.
"YAYA!"
"Apaan sih, Niel!" Sahut Zoya kesal lalu terdiam setelah menyadari kalau lawan bicaranya adalah Billy.
"Maaf, kak." Cicitnya merasa bersalah kepada Billy.
Mencoba terlihat tenang, Billy mengulas senyum maklum. "Nggak apa-apa, aku ngerti kok. Pasti kamu kangen sama sahabat kamu, iyakan?" Zoya mengangguk singkat.
"Kita cari Danielle, gimana?" Tawar Billy membuat Zoya menatapnya.
Gadis itu berdecak frustrasi. "Cari kemana?" Keluhnya sudah menyerah padahal belum mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...