batas waktu

87 17 0
                                    


Matahari pagi menyambut hari Zoya dengan indah. Angin sepoi-sepoi menambah kesan damai ditambah hijaunya rerumputan tak absen juga bunga-bunga yang mulai bermekaran diterpa sinar mentari membuat suasana pagi ini lebih menyenangkan. 

Duduk di bangku taman yang ada di area rumah sakit dengan perban kecil masih membalut lukanya, Zoya sesekali tersenyum melihat interaksi lucu seorang anak yang sedang disuapi oleh perawat yang menjaganya. Kemudian seorang wanita menghampiri anak itu, mungkin ibunya sebab wajahnya begitu mirip dengan si anak. Terlihat wanita itu memperingati anaknya yang begitu aktif dalam kondisinya hingga membuat perawat kerepotan.

Namun hatinya kembali terluka kala memori kelam itu terputar begitu saja, mengingatkan ia akan masa kecilnya yang tidak begitu indah untuk dikenang.

Wajahnya memerah panas, sepertinya air matanya hendak tumpah. Sakit sekali, dia benci mengingat masa-masa itu. Dia pernah diabaikan, dia sering dikucilkan, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti anak kecil itu. Sadar akan lamunan tak berarti itu, Zoya langsung menyeka air matanya dengan kasar dan memilih membuang muka kearah lain. Tidak lagi ingin melihat interaksi ibu dan anak itu yang seolah mengejek masa kecilnya dulu.

Untuk apa dia memikirkan hal itu, toh sekarang keadaannya sudah membaik. Dia sudah menerima kasih sayang yang adil, mamanya juga sudah kembali seperti semula. Jadi kenangan buruk itu biarlah berlalu.

"Bagaimana keadaanmu?"

Zoya terkesiap dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba berdiri dibelakangnya. Namun raut terkejutnya tak berlangsung lama setelah ia mengetahui yang datang. Gadis itupun kembali memasang muka datar seperti biasanya, dia benar-benar tidak menyukai orang tua ini.

Terdengar helaan napas berat disampingnya. Tuan Andromeda sudah memposisikan diri dengan duduk disebelah cucunya itu.

"Zoya mau ketemu mama." Ungkap Zoya tanpa menoleh pada kakeknya.  Dia tidak mengerti mengapa kedua orangtuanya tidak kunjung menemuinya padahal dua hari yang lalu Zoya ingat betul kalau orangtuanya juga Danielle ada saat dia siuman.

Tapi sepertinya dia tahu sekarang, pasti kakeknya ini yang melarang mereka menemuinya. Sungguh Zoya sangat jengkel, dia juga tidak bisa kabur karena ada dua bodyguard yang terus menerus mengawasinya. Padahal dia sangat merindukan orang tuanya juga sahabatnya yang menjengkelkan itu.

Zoya tak mengerti mengapa lelaki tua itu begitu ingin menjaganya, sampai perlu repot-repot mengirimkan bodyguard berbeda-beda setiap waktunya. Apakah ada alasan khusus dari semua itu? Jangan-jangan Zoya hanya dijadikan umpan untuk keuntungan pribadinya, lagipula semua orang juga tahu siapa tuan Andromeda itu. Pebisnis licik dan terkenal akan kekejaman nya.

Tuan Andromeda terkekeh kecil dan itu membuat kening Zoya mengerut bingung. "Sudah berpikir buruknya?" Seketika wajah Zoya pias, seperti maling yang tertangkap basah. Bagaimana mungkin orang tua ini bisa tahu pikirannya, jangan-jangan dia cenayang pikir Zoya.

Merubah ekspresi nya lagi. "Saya mau ketemu Mama saya, titik." Ucap Zoya dengan suara meninggi.

"Nenek mu sudah berangkat lebih awal ke Jerman," lelaki tua itu malah membahas istrinya, mengabaikan ucapan Zoya juga tatapan tak sukanya. "Dia ingin mempersiapkan semuanya untuk kamu." Sambungnya.

Zoya berdecak kesal. "Saya mau ketemu Mama saya, ngerti gak?"

Tuan Andromeda menatap mata tajam cucunya itu dengan tenang lalu  mengangguk singkat. "Kamu sadar apa yang kamu lakukan?" Tanyanya membuat kening Zoya berkerut bingung. Apakah dia tersinggung dengan ucapan Zoya barusan?

"Mama kamu tidak pernah menginginkan kamu. Lalu untuk apa kamu mau menemuinya?" Lanjutnya, sontak Zoya menatapnya tak terima.

"Saya yang tahu mama saya. Dan saya tahu mama saya sangat menyayangi saya melebihi apapun, jadi berhenti berbual karena anda tidak tahu apa-apa tentang mama saya!" Hardiknya tajam.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang