tetangga baru

112 23 0
                                    


Pagi ini mentari menyapa begitu sopan. Teramat sopan malah, sampai sampai cahayanya tak begitu mengusik tidur seorang gadis yang terlihat nyaman dibawah gelungan selimut bergambar hello Kitty.

Suara napas terdengar teratur, membuat siapapun disana tak tega membangunkannya. Lihatlah, wajah berbentuk oval itu begitu bersinar sedikit terkena pancaran cahaya matahari. Bulu mata nan lentik menghiasi mata hazel yang berwarna cokelat terang yang kini tertutup rapat. Hidung mungil, bisa dibilang mancung ' jika dilihat dari samping'. Jangan lupakan pipi chubby bak squisy kalau kata Danielle. Serta bibir yang berwarna soft pink menambah kesan imut. Sungguh begitu sempurnanya ciptaan Tuhan yang satu ini.

Tidurnya begitu nyenyak bahkan ia lupa kalau ayam sedari tadi sudah berkokok berulang kali. Namun sesaat ia merasakan sesuatu mengganggu tidurnya. Dia menggeliat saat seseorang mencubit pipinya.

Lagi, dia menepuk wajahnya, terasa gatal seperti ada nyamuk yang hinggap. Sementara seseorang sedang terkekeh menyaksikan hasil dari perbuatannya.

Zoya sedikit risih kala merasakan deru napas seseorang berada dekat dengannya. Ia terkesiap kala membuka mata dan melihat wajah tengil Danielle tepat berada dihadapannya.
Dengan spontan dia mendorong tubuh Danielle, menjauhkan dari tubuhnya.

"Mau apa Lo? Jangan macam-macam atau gue teriak!" Ancam Zoya sembari menarik selimut dan menutupi tubuhnya.

Danielle tertawa mendengarnya.
"Baru aja gue mau nyium Lo, biar kayak snow white gitu. muahhh" Danielle semakin meresahkan, di akhir kalimatnya pun ia memberikan kecupan angin membuat Zoya merinding.

"Bangsat, keluar dari kamar gue" teriak Zoya bersamaan dengan bantal yang melayang tepat kewajah tampan itu.

Danielle semakin tergelak. "Canda sayang, sensian amat" godanya, dia mengubah posisi duduk disebelah Zoya dan menghadap ke arahnya.

"Udah enakan?" Tanyanya, Zoya mengangkat sebelah alisnya,  menatap Danielle heran.

"Kesambet apa Lo?" Zoya masih tak percaya kalau Danielle yang bertanya seperti itu, ditambah nada bicaranya juga lembut.

Seketika Danielle memasang wajah kecut. "Yee, orang lagi perhatian dikira kesambet. Dasar Munaroh!" ambeknya membuang muka.

"Eh iya bete wewe gombel, tadi gue mau mastiin Lo masih napas atau enggak. Soalnya capek gue tiap hari nunggu Lo bangun, serasa nunggu alien pipis kebumi" ujar Danielle ngawur.

Zoya menatap datar kearahnya. "Siapa suruh Lo bangunin gue?"

"Enggak ada lah, cuma inisiatif doang"

"Inisiatif Lo enggak guna, sana pergi!" usirnya mendorong tubuh Danielle menjauh dari kasurnya.

Bukan Danielle kalau bisa diusir dengan mudah. Dia malah kembali mendekat kearah Zoya. " Eh eh, mau denger rencana gue tadi nggak?" Tawarnya dengan senyum ceria sembari menarik turunkan alis.

"Males" Zoya kembali menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.

Danielle menarik selimut dan mengangkat tubuh Zoya agar kembali duduk dengan sangat mudah. Seringan itu tubuhnya. Zoya menatap jengkel mendapat perlakuan seperti itu. Danielle hanya nyengir.

"Bangun Zoe, temenin gue jalan yuk?" Ajak Danielle memelas dengan raut manja.

"Males" ucapnya kemudian kembali tumbang diatas kasur.

"Ayolah, Lo nggak ada terimakasih banget. Udah baik kemarin gue rawat. Kalau nggak udah death Lo sekarang." Ocehnya mengungkit kebaikannya kemarin saat Zoya sakit.

"Gue nggak nyuruh Lo rawat gue" Zoya benar, tak ada yang meminta Danielle untuk merawatnya. Meskipun Zoya sangat bersyukur masih ada yang peduli padanya.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang