"MATI! ANAK PEMBAWA SIAL! HARUSNYA KAMU MATI, KAMU GAK PANTAS LAHIR DI DUNIA INI. MATI KAMU, AKU BUNUH KAMUUUUUUUUUUU!!!!""Mama, maafin Zoya, ma," ujar Zoya masih berusaha sekuat tenaga untuk menemui Dona meskipun tangannya ditahan oleh Danielle sebab melihat kondisi Dona juga mulai beringas terus memberontak setelah melihat kehadiran Zoya.
"Zoe, udah, Tante Dona belum tenang sekarang. Lebih baik kita pergi dulu dari sini." Saran Danielle mengingat situasinya.
"Enggak," tolak Zoya menepis tangan Danielle. "Gue mau ketemu Mama, gue mau minta maaf. Gue gak mau Mama benci lagi sama gue," tutur Zoya keras kepala.
"PERGI KAMU!
"Ma,"
"AKU BUNUH KAMU, ANAK SIALAN!"
"Zoya lebih baik kamu ikut Tante dulu, ya?" Bujuk Elle juga.
"Gak Tan, Zoya mau sama Mama,"
"ARGHHHHHH!!!!" teriak Dona semakin tidak terkontrol membuat tenaga Alben dan Dani mulai kewalahan menahan pergerakan wanita itu.
"Mama!" Gadis itu juga memberontak hingga cengkraman Danielle terlepas begitupun Dona menendang Alben dan Dani lantas menyambar Zoya yang berlari ke arahnya sehingga keadaan semakin mencekam.
"Zoya!" Mereka terkejut bukan kepalang sebab bukan memeluk tapi Dona meraih lalu mencekik leher Zoya dengan kuat hingga tubuh gadis itu sedikit terangkat dengan mata terbelalak. Sementara pasokan oksigen di paru-parunya kian menipis tapi Mama nya seakan tidak memperdulikan kesakitan anaknya itu.
"Akan ku bunuh kamu!" Ujar Dona menatapnya tajam dan semakin menekankan jemarinya seperti hendak menembus nadi Zoya dengan kuku-kukunya.
Danielle, Alben, Dani, dan Elle terus mencari cara agar Dona bisa melepaskan cengkraman pada leher Zoya namun Dona seolah kehilangan akal sehat sepenuhnya sampai tak memperdulikan ucapan sekitarnya. Tenaga mereka juga kalah meskipun sudah ditarik tapi tangan Dona terus mengerat pada leher gadis itu yang mulai pucat akibat aliran oksigen hingga darahnya disumbat.
"Ma_ma," cicit Zoya lewat pergerakan mulutnya sebab suaranya tak lagi bisa terdengar, ia mulai melemah dengan oksigen semakin menipis. Matanya mendadak sayu pandangannya pun buram tetapi air mata tetap mengalir, mungkinkah ini akan menjadi akhir dari perjalanan hidupnya?
"Tante lepas!"
Brukkk
Seketika tubuh wanita itu terpental ke belakang begitupun dengan Zoya yang langsung terhempas jatuh tersungkur. Kuatnya dorongan Danielle membuat Dona terbaring sampai tak sadarkan diri sementara Zoya merasa tidak suka melihat mamanya diperlakukan seperti itu.
"Zoe,"
Gadis itu menolak bantuan Danielle dengan sisa tenaganya, ia berusaha merangkak untuk kembali menghampiri Mamanya yang telah pingsan. Namun perlakuan tidak terduga membuat Zoya nyaris tak bisa bernapas.
"Puas kamu?" Suara Alben tiba-tiba menyambut gendang telinganya. Bagaimana bisa dia tidak percaya dengan sosok dihadapannya ini. Padahal jangankan menyakiti, selama ini Alben tidak pernah memarahinya. Tapi sekarang papanya itu malah membentaknya meski tau kondisinya sekarang ini seperti apa.
"Papa," lirih Zoya dengan suara lemah.
"Semuanya sudah papa lakukan untuk kamu, Zoya. Pergi kesana kemari mengurus kebutuhan kamu, mendaftarkan kuliah di universitas impian kamu. Tak memikirkan masalah finansial keluarga kita, Mama sama papa hanya mau yang terbaik untuk kamu. Tapi apa yang kamu katakan, Zoya?" Ujar Alben mengungkapkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...