Terluka

89 14 0
                                    


Amora terdiam mematung tak percaya setelah mendengar semuanya. Apa yang telah dia lakukan? Dia tidak tahu kalau pertaruhan mereka adalah tentang kesucian Zoya. Amora pikir pertaruhan yang dimaksud hanya seputar harta atau pengakuan semata. Niatnya juga untuk membuat Zoya merasa terkhianati oleh orang yang dia sayang, tapi bukan begini caranya.

Sekarang dia terjebak dalam situasi ini tanpa bisa berbuat apa-apa. Siapa yang akan menolong adik tirinya itu. Sebenarnya Amora tidak tega membiarkan semua ini, tapi apa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan Zoya? Kalau minta bantuan keluar juga percuma, dia pasti akan terlambat datang.

Billy tidak akan menunggu lebih lama untuk menjalankan misinya. Amora harus mengesampingkan dendamnya, dia sendiri yang akan menyelamatkan Zoya. Tak mau menunggu lagi, diapun bergegas menyusul Billy yang membawa Zoya ke ruangan atas.

Namun ia terkesiap ketika seseorang menariknya. "K-kak Nicho," ia menatap tak percaya dengan kehadiran sang kakak juga kekasihnya disana.

"Apa yang kamu lakukan ditempat ini?" Tanya Celo semakin geram melihat kelakuan kekasihnya. Amora tidak langsung menjawab, pikirannya masih mencerna apa yang terjadi.

"Mana Zoya?" Tatapannya beralih pada sang kakak yang terlihat marah dengan pandangan menusuk.

Amora yang tersadar pun merubah ekspresi wajahnya. "Kita harus nolongin Zoya," imbuhnya menunjuk ke lantai atas.

Nicholas tak begitu banyak bicara dan langsung mencari keberadaan Zoya sementara Amora dan Celo mengekor dibelakangnya.

____________

"Biar gue yang bawa mobil," putus Bruno cepat, dia tidak akan membiarkan sahabatnya mengemudi dalam kondisi seperti ini. Bisa bahaya nantinya, sebab Danielle mampu memacu kecepatan mobilnya diluar batas normal dan itu akan berakibat buruk untuk mereka juga orang lain.

Mulai dari barat, Bruno memutari jalanan yang kemungkinan besar akan dilewati oleh bus yang Jessie terangkan tadi.

"Zoe, lo dimana, jangan buat gue khawatir." Gumam Danielle tak berhenti melihat-lihat keluar jendela mobil.

"Ada kemungkinan tempat yang akan Zoya kunjungi yang lo tahu, bro?" Tanya Bruno dengan pandangan fokus ke jalan.

Danielle nampak berpikir sejenak, mengingat-ngingat tempat yang pernah mereka berdua kunjungi sebelumnya.

"Makam," celetuknya saat menyadari hal itu.

"Hah? Mak_" Bruno mengulang, apakah dia tidak salah dengar.

"Makam nenek, mungkin Zoe ada di sana." Jelas Danielle.

Tak pikir panjang Bruno pun memutar kemudi langsung menuju ke tempat yang Danielle maksudkan.  Cowok itu yakin kalau sahabatnya pasti lari kesana setiap ada masalah. Dia bahkan sering mengantar Zoya ketika gadis itu sedih, mendengarkannya bercerita mengadukan semua keluh kesah pada pusara sang nenek.

Saat ini Zoya terpuruk dalam masalah, dia pasti ada di sana. Semoga saja tebakannya benar.

__________

"Lepasin gue,,," teriak Zoya memukul tubuh Billy yang berupaya mengikat tangannya ke kedua sisi ranjang.

Sementara cowok itu tampak tidak peduli sama sekali, dia terus berupaya menyelesaikan aksinya. Gairahnya sudah tidak bisa ditahan lagi, ingin segera memuaskan hasrat nafsu bejatnya.

Billy menatap raut ketidakberdayaan gadis itu dengan perasaan senang. Matanya  mulai turun memperhatikan lekuk tubuh Zoya yang dibalut celana jeans serta kemeja tipis.

"Jangan," Zoya memohon agar cowok itu menghentikan aksinya yang mulai meraba bagian wajahnya. Jujur, bulu kuduknya meremang mendapat sentuhan dari lawan jenis. "Gue mohon, lepasin gue," lirihnya dengan air mata tak berhenti mengalir.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang