Gps

77 16 4
                                    

"Gimana?" Tanya Bruno melihat Danielle kembali ke mobil setelah memeriksa area makam. Hanya gelengan kepala sebagai jawaban.

"Gue juga udah tanya sama warga yang melintas, mereka gak melihat Zoya kesini." Bruno melaporkan hasilnya.

Danielle tersandar lesu dengan siku menopang di jendela kaca mobil. "Kemana lagi sekarang?" Tanyanya bingung.

Keduanya melirik serempak pada ponsel Danielle yang tergeletak diatas dashboard. Suara nada panggilan masuk, ternyata telepon dari Jessie.

"Gimana, Zoya udah nyampe dirumah?" Seloroh Danielle langsung menanyakan sahabatnya.

"Gue baru mau nanya apa Zoya udah ketemu," sahut suara dari seberang memupuskan harapan Danielle.

"Nanti gue kabarin kalau udah ketemu," ujarnya sendu.

"Kalian dimana?"

"Pemakaman komplek,"

"Gue nyusul ya?" Pinta Jessie.

"Hm, tunggu didepan pos." Suruh nya. Setelah itu tak ada lagi jawaban dari seberang.

Lelaki itu menyuruh Bruno ke arah pos perumahan Danielle, tempat ia meminta Jessie menunggu. Sebab daerah pemakaman itu letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya.

_____

Sekarang mereka sudah bertiga dengan Jessie yang baru menyusul. Mereka terus menelusuri tempat-tempat yang kemungkinan besar pernah disinggahi oleh Zoya. Namun sejauh ini hasilnya tetap nihil, gadis itu tidak kunjung ditemukan.

"Mau cari kemana lagi?" Tanya Bruno tampak kelelahan sebab dari tadi mereka belum beristirahat barang sejenak.

"Apa ponselnya masih belum bisa dihubungi?" Lanjutnya bertanya kepada Jessie yang duduk dikursi belakang.

Cewek itu menggeleng singkat. "Coba aja ada alat yang bisa melacak keberadaan Zoya saat ini," imbuhnya menatap keluar jendela mobil.

Danielle jadi tertarik dengan ucapan Jessie barusan. Seperti ada yang dia lupakan. "GPS!" Serunya membuat Jessie dan Bruno terperanjat.

Danielle menghela napas nyaris frustasi, kenapa dia baru ingat sekarang. "Gue udah nyalain fitur GPS di ponsel Zoe," tuturnya.

Bruno berdecak. "Kenapa gak kepikiran dari tadi, ya?" Keluhnya, memang kalau sedang dalam kondisi panik kita bisa melupakan akal sehat. Alhasil semua yang biasanya terpikir jadi lupa seketika.

Jessie pun langsung mengetikkan beberapa angka untuk melacak keberadaan Zoya melalui GPS yang terpasang.  Namun kali ini melalui jalur internet sebab kondisi ponsel Zoya sedang tidak aktif alias mati.

"Dapat," seru Jessie setelah pencariannya membuahkan hasil, titik koordinasi keberadaan Zoya telah ditemukan. Bruno dan Danielle langsung mendekat untuk melihatnya.

"Oh gue tahu tempat itu," ujar Bruno. "Jaraknya udah Deket dari sini," sambungnya menjelaskan.

"Buruan kesana," titah Danielle sudah tidak sabaran. Mereka melaju bak dikejar waktu, entah mengapa Danielle seperti mengkhawatirkan sesuatu yang buruk tentang sahabatnya itu. Semoga saja ini hanya pemikirannya dan semoga Zoya baik-baik saja.

____

Amora tidak bisa menutupi raut cemasnya melihat darah dipangkuan nya semakin merembes deras. Kepala Zoya bocor akibat menyelamatkannya dari pecahan botol minuman yang dihantamkan oleh cowok kurang ajar itu tadi.

Semua terjadi dalam hitungan detik, Amora tidak tahu dengan bahaya yang mengincarnya sebab dirinya sibuk membela diri dihadapan sang kakak. Dan Zoya, adik yang paling dia benci rela mengorbankan nyawanya demi melindungi Amora. Gadis itu tiba-tiba berlari memeluk Amora saat melihat Billy bergerak dengan sebuah botol beling.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang