Matahari sedikit malu-malu menampakkan diri dipagi ini. Namun seperti biasa, orang-orang dengan sejuta ambisi tetap semangat menjalani hidupnya demi mengais rupiah. Bahkan saking semangatnya, ada yang sudah pergi bekerja sejak ayam belum berkokok.
Memang, didunia ini uang menempati posisi teratas sebagai rantai kehidupan. Siklusnya juga terbilang aneh, seperti kata seorang cendikiawan terkenal. "Kalau mau uang harus kerja. kalau mau kerja harus kuliah. dan kalau mau kuliah harus punya uang." Jadi harus mulai dari mana dulu?.
"Niel, itu makanannya udah mama siapin" ujar Elle melihat kedatangan putra bungsunya.
Danielle berjalan masih setengah mengantuk. Pagi ini ia bangun agak siang karena tak ada jadwal kuliah. Dia memeluk mamanya dari belakang dan menyandarkan kepalanya dengan manja dibahu sang mama yang sedang bersiap-siap.
"Morning, ma" ucapnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Morning, sayang" Elle mengecup pipi anaknya itu dan mengelus kepalanya.
"Woi, apaan main peluk-peluk bini gue!" Dani baru saja datang dan hendak menghentikan aksi drama peluk-pelukan antara ibu dan anak itu.
"Apaan sih, figuran diem aja" Danielle semakin mengeratkan pelukannya, sementara Elle terkekeh geli melihat ekspresi kesal diwajah suaminya.
"Mama!" Dani merengek seperti anak kecil. Danielle merasa geli mendengarnya, belum lagi melihat raut papanya 'menjijikan' batinnya.
"Lihat wajah papa, rasanya pengen muntah. Jijik" ucap Danielle dengan ekspresi pura-pura mau muntah.
"Hei, apa kamu bilang. Mau dikutuk jadi arca kamu?" Ancamnya.
"Yang manjur itu kutukan mama. Papa tuh banyak dosa, mana Sudi Tuhan ngabulin do'a papa. Yang ada kutukannya bisa berbalik." Ujar Danielle ngawur.
Dani berkacak pinggang tak terima. "Mana ada, kamu tuh yang banyak dosa. Udah meluk-meluk bini orang, terus nyumpahin orangtua." Omelnya.
"Apaan sih, bini elu tuh mama gue!" Sanggah Danielle tak tinggal diam.
Memang anak dan papa sama-sama suka berdebat. Jadi wajar saja kalau Danielle menuruni sifat sang papa yang tidak mau kalah.
Dani mengetuk kepala putra bungsunya itu dengan gemas. "Yang sopan, ngomong sama orangtua udah kayak ngomong sama temen. Lo-gue, sok gaul banget!" Ujarnya.
"Sudah, ayo pa, nanti telat." Elle menghentikan perdebatan singkat itu, Sambil melirik arloji ditangannya.
"Niel, itu sarapan udah Mama siapin, terus buburnya juga udah mama buatin." Elle menunjuk ke arah meja makan.
Dia mendekati meja makan dan memeriksa semua yang ada disana. "Ma, obatnya mana?" Tanya Danielle sedikit mengejar mama dan papanya yang sudah diluar.
"Oh iya, mama lupa. Di atas meja mama, dikamar. Obatnya ada dibotol kecil warna putih." timpalnya, Danielle mengangguk dan berlari kekamar yang mamanya arahkan.
_______________
" Pagi mister Ben" sapa Danielle tersenyum ceria melihat Ben saat akan memasuki mobilnya.
"Pagi Niel" Ben balas tersenyum.
"Enggak kuliah kamu?" Tanyanya kemudian."Enggak ada jadwal, om. Libur" Ben mengangguk mendengar jawaban Danielle.
"Eh tante, cantik banget hari ini" dia kembali menyapa Dona yang baru saja keluar dari rumah.
"Kamu ini, suka banget ngerayu tante" Dona tertawa kecil mendengar sapaan khas seorang Danielle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...