rupanya

69 16 0
                                    

Kebencian Amora semakin menjadi ketika Danielle menyudutkannya. Dia akui kalau telah salah mengira video itu dari cowok itu, tapi bukannya menyesal dan minta maaf dia malah ingin kembali mengatur strategi.

Kabar Zoya di-drop out dari kampus telah menyebar ke seantero jagat. Senyum piciknya terukir dengan lebar, tinggal menunggu episode lanjutannya dan mari lihat apa yang akan terjadi.

"Itu dia, pa." Tunjuknya saat orang yang mereka tunggu telah muncul.

Ya, kali ini dia melibatkan Alben papanya untuk melengkapi rencananya liciknya.

"Papa," lirih Zoya mendapati Alben sedang bersama Amora.

Gadis itu menundukkan wajah tak berani menatap netra hitam yang menghardiknya tajam.

Alben menarik tangan putri bungsunya itu kedalam sebuah ruangan yang lebih tertutup. Bisa Zoya rasakan cekalan kuat ditangannya begitupun gurat amarah papanya itu.

Dia melepaskan tangan Zoya dengan kasar.

Plakkkk

Gadis itu terhuyung dengan bahu membentur tembok cukup keras. Wajahnya memerah, panas seperti terbakar. Tamparan itu meluapkan emosi dan rasa kecewa Alben terhadap kelakuan anaknya.

"Pa," lirihnya dengan mata berkaca-kaca sembari memegangi bekas cap lima jari yang melekat di pipinya.

Sementara Amora tersenyum senang penuh kemenangan dengan tangan bersidekap di dada, menonton adegan tersebut. Hal yang selama ini dia tunggu-tunggu akhirnya terjadi. Melihat kebencian Alben pada adiknya itu dan membuatnya se-menderita mungkin.

Alben mencengkram kuat pundak anaknya itu memaksa berhadapan dengannya. "Mau jadi apa, kamu?" Sentak nya menukik tajam.

"Ini gak seperti yang papa pikir, aku cuma_"

"Cuma bercumbuan?" Sentak nya tajam. Zoya menggeleng cepat.

"Katakan! Apa dia sudah melakukannya, hah? Apa kamu sudah tidak_" Alben tercekat dengan Kalimatnya sendiri.

Zoya menatap tak percaya dengan pertanyaan papanya. Apa maksud Alben anaknya itu sudah tidak perawan? Air mata gadis itu meluruh deras, hatinya sakit. Dia begitu terluka dengan ucapan papanya barusan.

"Apa yang sudah kamu lakukan, Zoya? Kamu mau buat Mama sakit lagi kalau tahu kelakuan kamu begini,"

"Aku minta maaf, pa," lirihnya menangis penuh sesal.

"Sekarang kamu juga dikeluarkan dari kampus, mau jadi apa, kamu?" Alben mencengkram rambutnya frustrasi dengan apa yang terjadi pada putrinya.

"Kamu tahu kondisi ekonomi kita sedang kacau, sekarang kamu malah_" dia tidak bisa lagi melanjutkan kalimatnya. Benar-benar tak habis pikir.

"Pa, aku mohon jangan benci aku," ungkap Zoya cemas kalau papanya akan menjauhinya seperti mamanya dulu.

"Papa tidak akan pernah mengampuni laki-laki brengsek itu!" Ungkapnya. Ingin sekali dia memukul wajah Billy dengan tangannya setelah apa yang telah dia perbuat pada putrinya.

"Papa mau apain kak Billy? Pa, jangan lakukan apapun," pinta Zoya sebab takut kalau papanya justru akan menghabisi cowok itu.

"Pulang! Dan jangan keluar kamarmu sebelum papa suruh." Titahnya tegas.

"Enggak, pa. Dengerin aku dulu," cicitnya dengan suara bergetar.

"Papa kecewa sama kamu,"

"Pa, papa!" Zoya mengejar langkah Alben yang mulai menjauh meninggalkannya.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang