Melukis senja🎶

93 24 0
                                    

Sepanjang jalan Zoya terdiam melamun memikirkan kejadian yang menimpanya di mall tadi. Tangannya memeluk erat tubuh Danielle, bahkan tanpa diminta.  Pandangannya sayu, kepalanya bersandar nyaman dibahu belakang Danielle.

Tak bisa dipungkiri, Danielle merasa iba dengan apa yang terjadi pada sahabat kesayangannya itu. Sesekali Danielle melirik kaca spion untuk memastikan keadaan Zoya.

Zoya menegakkan tubuhnya dan melirik ke jalanan belakang. "Niel, kenapa belok kiri sih, Lo mau bawa gue kemana lagi?" Tanyanya dengan suara sedikit parau akibat terlalu banyak menangis.

Danielle tersenyum tipis. "Bacot! Tinggal nurut aja, atau mau gue lempar?" Timpalnya sok ngegas.

Kesal, Zoya memukul bagian belakang helm Danielle, hingga cowok itu menggerutu.

"GUE MAU PULANG!" Teriak Zoya kencang.

"PEGANGAN!" sorak Danielle tak kalah kencangnya melajukan motor bak pembalap profesional.

Sontak Zoya mengeratkan pelukannya ke badan Danielle. Meski kesal, mau tak mau dia harus berpegangan, karena kalau tidak dia bisa terpental jatuh dari motor.

Motornya berhenti di depan gerbang bandara.
"Aw, adaw!, Anjrit!, Ampun, awsss, ampun, BANGSAT!" Danielle menggeliat kesakitan saat Zoya menghujami nya dengan cubitan-cubitan kecil mematikan.

Mata Zoya mendelik tajam, napasnya memburu degup jantungnya berpacu lebih cepat karena ketakutan saat motor Danielle melaju bak orang kesetanan. Ia benar-benar kesal.

"Lo mau nyulik gue, hah?" Cercanya.

Danielle terkekeh menyebalkan. "Idih, kepedean banget Lo, nggak guna, ngapain gue nyulik Lo." Sahutnya lempeng.

"Terus ngapain Lo bawa gue ke bandara?" Sungut Zoya.

"Mau gue tawarin ke om-om bule. udah, bacot banget sih. Ikut aja" celetuk Danielle asal. Dia menarik tangan Zoya saat cewek itu hendak mendebatnya lagi.

Ternyata mereka pergi ke sebuah cafe yang letaknya disamping bandara. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh artis kenamaan tanah air, yakni pamungkas dengan judul "to the Bone" menyambut mereka.

"Hey, bro!" Sapa seorang cowok berpenampilan seperti barista dengan rambut keriting gondrong yang di kuncir setengah.

"Hai, bro!" Balas Danielle seraya melakukan tos ala cowok-cowok kebanyakan.

"Tumben banget Lo mampir, sama cewek lagi." Kelakarnya melirik Zoya yang tampak diam tak perduli.

"Siapa? Pacar lo ya? Kenalin dong!" Bisiknya pada Danielle dihadiahi sikuan kecil diperutnya. Setelahnya mereka berdua tertawa kecil dan saling lempar lelucon yang terdengar garing ditelinga Zoya.

"Kenalin, ini Zoya. Dan Zoe, ini namanya Borneo" ucap Danielle memperkenalkan.

"Wah lu, main ubah nama orang aja. Borneo, Lo kira gue klub sepakbola." Sanggahnya tak terima.

"kenalin, gue Bruno. Bukan Bruno mars, tapi. Hehehe,  panggil aja Bruno Pluto." koreksinya memperkenalkan diri ulang dengan sedikit tambahan lelucon.

"Zoya." Jawabnya singkat menjabat tangan Bruno, tanpa ekspresi alias datar hingga membuat Bruno merasa canggung.

"Widihh, makin sukses aja Lo, bro!" Celetuk Danielle mencairkan suasana.

Bruno tersenyum manis. "Yah, lumayan lah, bro. Cukup untuk modal nikah" candanya hingga menghasilkan gelak tawa.

"Tapi, gue rasa Lo yang bakalan nikah duluan nih, kayaknya." Lanjutnya melirik Danielle dan Zoya bergantian.

"Kayaknya sih iya, gimana beb?" Danielle merangkul pundak Zoya dan berucap jahil.

Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang