"Kamu gila? Bagaimana mungkin aku melakukan itu kepada seorang gadis yang nggak tahu apa-apa." Tolak cowok itu mentah-mentah.
Dia menatap seseorang yang sangat dicintainya itu dengan tajam.
"Kamu bilang kamu cinta sama aku, tapi kenapa ngelakuin hal ini aja kamu nggak mampu. Bullshit, tau gak. Aku benci sama kamu!" Berang gadis itu membuang muka kesamping dengan kesal.
Cowok itu hanya bisa menghela napas panjang. Lihatlah sekarang gadis yang dicintainya sedang ngambek dan itu adalah kelemahannya.
"Oke, sayang," Dia mencoba menarik wajah kekasihnya itu dengan pelan agar menghadap padanya.
Gadis itu menepis keras tangan cowoknya, dia masih sangat kesal.
"Amora sayang," bujuknya terus tanpa menyerah.
"Oke baiklah, aku mau ngelakuin semuanya demi kamu."
Akhirnya cowok itu menyerah, dan benar saja wajah kekasihnya alias Amora terlihat sangat ceria mendengar cowok itu menyetujui keinginannya.
"Kamu janji bakal ngelakuin apapun yang aku mau?"
Cowok itu mengangguk mantap. "Janji"
Amora tidak mampu menutupi raut sumringah nya.
"Berarti kamu harus menjauhkan Zoya dan Danielle, apapun caranya."
"Apa nggak terlalu berlebihan, sayang?"
"Berlebihan? Ini bahkan nggak sebanding dengan apa yang aku sama mama rasain. Dia harus tahu bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita sayang." Imbuh Amora penuh dendam.
"Tapi sayang__"
"Sayang, kamu kan udah janji. Lakukan saja apa yang aku pinta,"
Sekali lagi, cowok itu hanya menghela napas pasrah. Dia tidak mungkin menolak permintaan orang yang sangat dikasihinya. Nyawanya sekalipun tidak ada artinya jika demi kebahagiaan Amora.
Dia tidak peduli dengan sisi gelap Amora, karena yang dia tahu, dia mencintai gadis itu apapun kekurangannya. Sungguh cinta sejati.
Akan tetapi akan lebih baik jika cinta sejati digunakan untuk mensupport dalam hal kebaikan bukannya kejahatan. Jangan nodai cinta dengan pengorbanan tak berarti. Karena sungguh cinta sejati tak akan saling menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
___________________
"Mama sama papa dimana? Apa mama sudah tahu kalau gue adalah Zoya? Jangan-jangan mama sudah tahu dan mereka tidak mau lagi menemui gue. Tidak, pasti mama bakalan datang, gue yakin itu."
Kalimat itu terus berputar dalam otaknya, dia memandang sudut kamar dengan tatapan kosong. Pertanyaan dimana kedua orangtuanya terus saja menghantuinya.
Dia takut kalau mamanya akan meninggalkan dirinya sendirian. Dia tidak mau itu terjadi, karena dia sangat menyayangi mamanya tak perduli apapun kondisinya.
CEKLEK
Buru-buru dia menoleh kearah pintu berharap yang datang adalah Mamanya. Tapi sepertinya dia harus lebih sabar lagi karena yang datang adalah Elle dan Dani dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan obat-obatan.
"Gimana keadaan kamu, sayang?" Tanya Elle menempatkan diri disamping kasur Zoya.
Zoya mengangguk singkat seraya memaksakan senyumnya. Dia mencoba duduk bersandar dibantu Dani yang sigap menyusunkan bantal sebagai sandarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang kosong di pojok Hati (SELESAI)
Teen Fiction[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang pertama dan beritahu teman lainnya! Kisah ini mengandung bawang! 🏅Rank 3 #depretion 🏅Rank 1 #Danielle 🏅Rank 2 #malas 🏅Rank 3 #bodoamat 🏅Ra...