Kallandra menghela napas panjang, menghitung mundur selama dua puluh detik guna meredam gejolak emosi di dadanya, pria berambut hitam itu kembali mengingat perkataan sahabatnya yang tidak ingin melanjutkan kisah cinta yang sempat terjalin dulu bersama Nay, pria berambut hitam itu butuh alasan yang logis.
"Kallan," panggil gadis berambut cokelat kemerahan itu tersenyum padanya.
"Hei," sapa pria itu seadanya menahan rasa sesak di dadanya.
"Apa yang kamu pikirkan sampai selarut ini?" Tanya Nay menyodorkan secangkir americano pada pria itu.
Kallandra menerima nya dan menyeruput kopi itu perlahan."memikirkan kamu," tak sepenuhnya berbohong.
Nay setengah tertawa."why?"
Pria itu kemudian menggeleng, memandang langit malam kota Milan."apa kau tidak merasa aneh pada sikap Kentara padamu?" Kemudian menatap gadis itu.
Nay menyeruput hot chocolate nya lambat-lambat, sengaja memang sambil otaknya berpikir jawaban yang pas."aneh gimana?"
Kallandra berdecak malas."aku bertanya dan kau malah melempar pertanyaan juga!"
Nay mengendikkan bahu, memilih melihat langit malam kota Milan yang indah menurut orang-orang. Kallandra mengamati gadis itu bahkan gadis secerdik Nay tidak bisa menjawab pertanyaan sederhananya saking rumitnya jika ditanya soal percintaan.
🖤
Kentara terus memandangi Nay, Kezia, Kenzi dan Babby Ken yang sudah terlelap, waktu menunjukkan pukul tiga dini hari namun, matanya tidak bisa terpejam sedetik pun.
Menyesal, rasa bersalah, bahagia, kecewa semua bercampur menjadi satu di dalam dadanya, pria berambut pirang keemasan itu menghela napas panjang memikirkan nasibnya sendiri setelah dinyatakan sembuh dari HIV/AIDS.
Kallandra tidak tahan lagi dan masuk ke kamar gadis itu yang di dalamnya ada Kentara, sahabatnya.
"Kita perlu bicara!" Tegas Kallandra dengan suara dalam namun, memberikan penekanan.
Kentara menoleh singkat."tentang apa?"
"Tentang keegoisan Lo!" Kemudian keluar dari kamar gadis itu.
Kentara beranjak dari duduknya namun, sebelum benar-benar meninggalkan gadis itu tak lupa memberikan kecupan di kepala Nay dan mengusapnya dengan sayang.
"I Will always love you, sweetheart!" Bisik Kentara begitu lirih kemudian memandang Nay sebentar dan keluar dari kamar gadis itu.
Kezia membuka matanya ternyata gadis kecil itu sudah terbangun karena ingin buang air kecil sejak Kallandra masuk ke kamar namun, gadis kecil itu takut pada Kallandra dan memilih memejamkan matanya kembali.
"Ma, bangun. Zia mau pipis," Kezia menepuk pelan pipi Nay.
Nay dengan malas membuka matanya dan mengantar Kezia ke toilet namun, kembali memejamkan matanya sambil menunggu Kezia yang buang air kecil itu.
"Ma," panggil Kezia saat sudah selesai dan keluar dari toilet.
"Zia, Mama ngantuk. Besok aja ya," Nay segera saja berbaring dan melanjutkan tidurnya.
Kezia cemberut dan mengambil tab-nya lalu menulis apa yang sudah didengarnya. "I Will always love you, sweetheart" tulis Kezia di tab miliknya.
"Papa mau nangis saat bilang ini ke Mama," Kezia berkaca-kaca memandang Nay yang sudah tertidur menunjukkan yang sudah di tulis di tab miliknya.
🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince & Fire Heart
RomanceSeri ketiga dari My Ice Dosen -Jika kebohongan bagaikan kebenaran lalu apa yang harus aku percaya?- Started 25 January 2020 Finished 31 Jully 2021