51 - Tamu Tak Diundang

134 22 5
                                    

Nay memberhentikan langkahnya, sengaja berdiam diri dan memperhatikan situasi, sudah beberapa kali ia merasa diikuti seseorang dan ia yakin feeling-nya pasti benar. Bukankah sejak jaman sekolah dulu feeling-nya tidak pernah salah dan Nay percaya pada feeling nya itu.

"Gue harus tahu siapa orang yang selama ini ngikutin gue, dia pikir gue gak tahu!" Nay menghela napas panjang memeluk salah satu buku mata kuliahnya.

Mobil Kallandra berhenti di samping Nay, pria berambut hitam itu merasa heran karena gadis cantik itu malah berdiam diri di depan kampus.

"Nay," panggil pria berambut hitam itu.

Nay tersenyum tak enak."hei,"

"Kalau kamu mau langsung ke kantor, sama aku aja," tawar Kallandra.

Nay menggeleng cepat."gak. Gue lupa kalau masih ada kelas setelah ini,"

Kallandra mengangguk paham."aku duluan ya," kemudian mengklakson mobilnya dan Nay hanya melambaikan tangannya.

"Untung Kallan gak curiga," Nay mengusap dadanya.

Seorang wanita berdiri tepat di hadapan Nay dan membuka kacamata cokelatnya, wajah yang benar-benar cantik menurut Nay walaupun usia wanita itu sudah memasuki kepala tiga namun, terlihat awet muda.

"Akhirnya kita bisa bertemu, Ms. Iqbal," seru wanita itu tersenyum.

"Kayaknya kita gak ada urusan!" Nay dengan tatapan meremehkan.

Wanita itu tersenyum dengan anggunnya."tidak perlu berlama-lama. Saya hanya ingin kamu menjauh dari kehidupan Adhebran, yang biasa kamu panggil 'Kallan' itu!"

"Why?" Tanya Nay tersenyum.

"My mine!" Wanita itu tersenyum setengah berbisik.

"Gue rasa kita benar-benar gak ada urusan! Permisi!" Nay baru saja melangkah namun, wanita itu sukses menghentikan langkah gadis berambut cokelat kemerahan itu.

"Sebenarnya saya kasihan sama kamu." Ucapan itu sukses membuat Nay menoleh kembali.

Wanita itu kembali tersenyum melihat Nay yang tidak terima dengan perkataan nya barusan. Ia tahu bahwa gadis terkenal akan kesombongannya itu tidak suka dikasihani. "Kamu yakin mengingat semua tentang penembakan Kenzo pada tanggal dua September 2018 lalu?"

Nay terdiam, tubuhnya mendadak panas dingin dan gemetar. Seketika kejadian itu berputar di kepalanya, suara penembakan yang terngiang kembali di telinga nya membuat gadis itu merasa sakit kepala yang hebat.

Wanita itu tersenyum melihat reaksi Nay yang begitu trauma, ia tahu kelemahan gadis itu."dan apa kamu tahu kenapa kesaksian kamu diragukan polisi?" Mendekati Nay membuat Nay mundur perlahan."itu karena kamu mengalami sedikit gangguan sejak kejadian itu, dengan apa saya harus menyebutnya? Break down, depresi atau gila!" Tertawa keras.

Nay memegang kuat buku mata kuliahnya. Ia sudah berjuang sangat keras untuk tetap kembali melanjutkan hidupnya namun, mengapa wanita ini malah mengusik nya membuat Nay ingin sekali merobek mulut wanita itu.

"Ada saksi lainnya bahkan belum diketahui tapi, saya sudah tahu mungkin kamu akan kaget saat tahu siapa saksi kunci kejadian itu sebenarnya!" Wanita itu semakin tersenyum.

"Saya permisi!" Pamit Nay tidak ingin memperpanjang masalah.

"Bagaimana hidup dalam rasa bersalah? Menyakitkan ya?" Wanita itu semakin menjadi menyudutkan Nay.

Nay beberapa kali menghela napas panjang berusaha menahan emosi yang sudah mencapai batas maksimal.

Namun, Nay menoleh dan tersenyum."bagaimana rasanya hidup dengan sebutan 'pembunuh' seantero Italia? Tidak nyaman, menyakitkan, atau ingin marah?"

My Ice Prince & Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang